Cek Jadwal Lengkap Imunisasi Anak Terbaru 2023 dan Cara Mengatasi Efek Sampingnya

undefined

IDAI baru saja mengeluarkan jadwal imunisasi anak terbaru 2023. Cek jadwalnya di sini, Bun!

Jadwal imunisasi anak termasuk salah satu hal yang wajib diketahui dan ditaati oleh para orang tua.

Perlu diketahui, imunisasi membantu melindungi kesehatan anak serta masyarakat umum secara keseluruhan.

Dikutip dari laman Stanford Children’s Health, imunisasi tidak hanya melindungi anak dari berbagai penyakit mematikan, tetapi juga melindungi anak-anak lain dengan menghilangkan atau mengurangi penyakit berbahaya yang dulunya menular dari anak ke anak.

Agar anak terlindungi secara optimal, pastikan Parents sudah memenuhi semua jadwal imunisasi anak atau yang juga disebut jadwal imunisasi bayi.

Ada imunisasi wajib maupun imunisasi tambahan dalam jadwal imunisasi ini. 

Tak ingin terlewat? Periksa jadwal imunisasi anak berdasarkan rekomendasi tabel imunisasi anak terbaru tahun 2023 dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berikut, yuk!

Artikel Terkait: Pentingnya Vaksinasi Anak di Era Pandemi, Wajib Ikut Demi Keselamatan! 

Tabel Jadwal Imunisasi Anak Terbaru 2023 Menurut IDAI dan Panduan Membaca

Jadwal imunisasi anak 2023 IDAI

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meluncurkan rekomendasi Imunisasi Anak terbaru 2023.

Ketua Satgas Imunisasi IDAI Hartono Gunardi menyampaikan, dalam rekomendasi tersebut, ada 2 jenis vaksin baru yang perlu diberikan kepada si Kecil. 

Pertama, yaitu vaksin Dengeu untuk demam berdarah yang dimulai dari usia 6 tahun.

Kedua, yaitu vaksin HPV untuk anak perempuan untuk pencegahan kanker serviks, dimulai dari usia 12 tahun.

Tidak hanya itu, ada juga perubahan indikasi pada rekomendasi Imunisasi terbaru 2023 untuk anak. 

“Ada juga indikasi baru. Jadi, dulu penggunaannya sampai umur 5 tahun, sekarang diperlebar untuk anak-anak dengan kondisi khusus sekarang diperbolehkan di atas 5 tahun.

Untuk memahami tabel jadwal imunisasi bayi atau anak, Parents perlu membaca keterangan tabel. Berikut ini cara membaca tabelnya:

  • Kolom usia terdiri dari kolom-kolom usia bayi, yakni dari lahir, usia 1, 2, 3 bulan dan seterusnya. Setelah 24 bulan, kolom berlanjut dengan kolom tahun, dimulai dari 3, 5, 6 tahun dan seterusnya.  
  • Kolom imunisasi terdiri dari daftar nama jenis imunisasi yang harus diikuti anak.

Informasi kolom berwarna:

  • Biru: imunisasi untuk perlindungan optimal/primer
  • Kuning: catch up, melengkapi imunisasi yang belum lengkap (imunisasi kejar)
  • Hijau: booster
  • Pink: daerah endemis
  • Orange: untuk anak dengan risiko tinggi

Jadwal Imunisasi Bayi Sesuai Usia dan Jenis Vaksinnya

1. Hepatitis B

Vaksin hepatitis B (HB) monovalen sebaiknya diberikan kepada bayi segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. 

Bayi dengan berat lahir kurang dari 2000g, imunisasi hepatitis B sebaiknya ditunda sampai berumur 1 bulan atau lebih. Kecuali ibu HBsAg positif dan bayi bugar, berikan imunisasi HB segera setelah lahir tetapi tidak dihitung sebagai dosis primer. 

Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir. 

Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama DTwP atau DTaP.

2. Polio

Umumnya, vaksin polio diberikan dalam bentuk tetes.

Vaksin polio 0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir.

Apabila lahir di fasilitas kesehatan, pemberian bOPV-0 yaitu saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama.

Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. 

Sementara, vaksin IPV atau polio suntik minimal diberikan 2 kali sebelum berumur 1 tahun bersama  DTwP atau DTaP.

3. BCG

Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan.

Bila berumur 3 bulan atau lebih, BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif.

Bila uji tuberkulin tidak tersedia, BCG dapat diberikan. Bila timbul reaksi lokal cepat pada minggu pertama dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis tuberkulosis.

4. DTP

Vaksin DTP dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. 

Booster pertama diberikan pada umur 18 bulan.

Booster berikutnya diberikan pada umur 5-7 tahun atau pada program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) kelas 1.

Umur 7 tahun atau lebih menggunakan vaksin Td atau Tdap.

Booster selanjutnya pada umur 10-18 tahun atau pada program BIAS kelas 5. Booster Td diberikan setiap 10 tahun.

5. Hib

Pemberian vaksin Hib masih sama dengan aturan lama, yaitu pada usia 2, 4, dan 6 bulan, atau 2 bulan sekali.

Sementara booster Hib diberikan pada umur 18 bulan.

6. PCV

Vaksin PCV diberikan pada usia 2,4, dan 6 bulan. Lalu dilanjut dengan booster pada usia 12-15 bulan.

Jika belum diberikan pada usia 7-12 bulan, maka pemberian PCV 2 kali dengan jarak minimal 1 bulan dan booster setelah usia 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya.

Jika belum diberikan pada usia 1-2 tahun, berikan PCV sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 2 bulan.

Jika belum diberikan pada usia 2-5 tahun, imunisasi PCV dapat dikejar dengan syarat untuk PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan, sedangkan untuk PCV13 diberikan 1 kali.

7. Rotavirus

Vaksin rotavirus diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga dengan interval 4 sampai 10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu.

8. Influenza

Vaksin influenza diberikan pada usia minimal 6 bulan, diulang setiap tahun.

Untuk imunisasi pertama kali bila berusia antara 6 bulan sampai 8 tahun, diberikan 2 kali dengan interval minimal 4 minggu.

Untuk pemberian usia 9 tahun atau lebih, imunisasi pertama 1 dosis.

9. MR/MMR

Vaksin MR / MMR pada umur 9 bulan berikan vaksin MR.

Bila sampai umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR.

Booster diberikan umur 18 bulan berikan MR atau MMR.

Booster kedua diberikan pada umur 5-7 tahun (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR. 

10. Japanese Encephalitis (JE)

Vaksin Japanese encephalitis (JE) diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah endemis.

Adapun daerah endemis tersebut yaitu Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Kepulauan Riau.

Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun kemudian.

11. Varicella

Vaksin varicella untuk mencegah cacar air diberikan mulai usia 12 bulan atau terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar.

Untuk imunisasi kejar, pada usia 1-12 tahun diberikan 2 dosis dengan jarak 6 minggu sampai 3 bulan.

Usia 13 tahun atau lebih dengan jarak 4-6 minggu.

12. Hepatitis A

Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan sampai 12 bulan kemudian.

13. Tifoid

Vaksin tifoid diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun.

14. HPV

Vaksin human papilloma virus (HPV) diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun 2 kali dengan jarak 6 – 15 bulan.

15. Dengue

Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan seropositif dengue.

Ini dibuktikan dengan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif).

Atau dibuktikan dengan pemeriksaan serologi IgG anti dengue positif.

Artikel Terkait: Jadwal Imunisasi Bayi Usia 0-24 Bulan Sesuai Arahan IDAI

Manfaat Imunisasi Anak 

Cek Jadwal Lengkap Imunisasi Anak Terbaru 2023 dan Cara Mengatasi Efek Sampingnya

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dikutip dari laman WebMD, sebagian besar imunisasi anak yang direkomendasikan adalah 90 hingga 100 persen efektif menangkal penyakit tertentu.

Anak-anak yang vaksinnya 100% efektif melindungi beberapa orang yang belum sepenuhnya diimunisasi.

Selain itu, imunisasi anak juga mengurangi kemungkinan semua orang terpapar penyakit ini.

Tujuan Imunisasi Anak 

Berdasarkan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, tujuan imunisasi anak adalah agar mendapatkan imunitas atau kekebalan anak secara individu dan eradikasi atau pembasmian suatu penyakit dari penduduk suatu daerah atau negeri.

Sedikitnya, 70% dari penduduk suatu daerah atau negeri harus mendapatkan imunisasi.

Yang tidak kalah pentingnya adalah imunisasi ulang (booster) yang perlu dilaksanakan dalam waktu-waktu tertentu untuk meningkatkan kembali imunitas atau kekebalan sang anak.

Dampak Jika Terlambat Jadwal Imunisasi Anak

Apakah akan berdampak pada kesehatan anak bila terlambat jadwal imunisasi?

Bila pemberian imunisasi terlambat dari jadwal, sebenarnya tidak akan mengurangi efektivitas vaksinasi tersebut untuk membentuk imunitas tubuh.

Namun, selama jangka waktu keterlambatan tersebut, antibodi yang dimiliki anak untuk melawan jenis penyakit tersebut akan melemah.

Akibatnya, anak lebih rentan terserang penyakit tersebut.

Jika terlambat, Parents tidak perlu mengulang pemberian vaksinasi dari awal, melainkan cukup memberikan imunisasi lanjutannya.

Usahakan agar imunisasi dilakukan tepat waktu.

Melakukan imunisasi sesuai jadwal bisa melindungi anak dari penyakit secara optimal.

Plus, juga akan memudahkan orang tua mengecek kelengkapan pemberian imunisasi.

Cara Kerja Vaksin

imunisasi anak

Melansir laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksin bekerja untuk melatih sistem kekebalan untuk mengenali dan memerangi patogen, seperti bakteri, virus atau patogen lainnya.

Vaksin mengandung bagian yang lemah dari organisme tertentu (antigen) yang memicu respons imun di dalam tubuh, atau dikenal sebagai vaksin hidup.

Sementara, vaksin yang mengandung bagian antigen tidak aktif disebut juga dengan vaksin mati.

Vaksin yang lebih baru berisi cetak biru (blueprint) untuk memproduksi antigen daripada antigen itu sendiri. 

Terlepas dari apakah vaksin terdiri dari antigen itu sendiri atau cetak biru sehingga tubuh akan memproduksi antigen, versi yang dilemahkan ini tidak akan menyebabkan penyakit pada orang yang menerima vaksin.

Melainkan akan mendorong sistem kekebalan mereka untuk merespons sebanyak mungkin. itu akan terjadi pada reaksi pertamanya terhadap patogen yang sebenarnya.

Beberapa vaksin memerlukan beberapa dosis, dengan jarak berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Hal ini kadang-kadang diperlukan untuk memungkinkan produksi antibodi berumur panjang dan pengembangan sel memori.

Dengan cara ini, tubuh dilatih untuk melawan organisme penyebab penyakit tertentu, membangun memori patogen sehingga dapat melawannya dengan cepat jika dan ketika terpapar di masa depan.

Singkatnya, jika anak telah mendapatkan suntikan vaksin saat imunisasi anak, maka tubuh sudah terbentuk sel memori yang memproduksi antibodi.

Jika tubuh terpapar patogen yang sama lebih dari satu kali, respons antibodi jauh lebih cepat dan lebih efektif daripada yang pertama kali terjadi karena sel-sel memori siap untuk memompa antibodi melawan antigen itu.

Ini berarti bahwa jika anak tersebut terkena patogen berbahaya di masa depan, sistem kekebalan mereka akan dapat segera merespons, dan melindungi dari penyakit.

Jenis Imunisasi dan Efek Sampingnya 

imunisasi anak

Beberapa vaksin yang termasuk dalam program imunisasi anak wajib juga memiliki efek samping.

Sebagian besar ini ringan (misalnya, lengan yang sakit atau demam ringan) dan hilang dalam beberapa hari.

Dikutip dari laman CDC, efek samping tersebut terjadi berdasarkan jenis imunisasi anak, seperti:

1. Hepatitis B

Adapun efek samping imunisasi Hepatitis B yang dirasakan anak, umumnya adalah:

  • Nyeri di tempat suntikan 
  • Demam
  • Kulit gatal-gatal dan kemerahan.

2. Polio

Adapun efek samping vaksin polio yaitu:

  • Nyeri di tempat suntikan
  • Bengkak di area suntikan 
  • Kulit kemerahan di mana suntikan diberikan dapat terjadi setelah vaksinasi polio
  • Demam
  • Mudah lelah
  • Kehilangan nafsu makan.

3. BCG

Hampir sama dengan vaksin lainnya, vaksin BCG yang melindungi anak dari penyakit tuberkulosis ternyata memiliki efek samping, seperti:

  • Demam
  • Ruam merah di area suntikan
  • Benjolan hingga nanah di area suntikan
  • Muncul bekas suntikan (hematoma)
  • Muntah
  • Sakit perut

4. DTP

Seperti diketahui, imunisasi anak ini berguna untuk melindungi dari penyakit difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan juga memiliki efek samping, yaitu:

  • Nyeri atau bengkak di tempat suntikan
  • Demam lebih dari 38 derajat Celcius
  • Rewel
  • Merasa lelah
  • Kehilangan nafsu makan
  • Muntah
  • Kejang
  • Menangis tanpa henti selama 3 jam atau lebih
  • Pembengkakan seluruh lengan atau kaki, terutama pada anak yang lebih besar ketika mereka menerima dosis keempat atau kelima.

5. Hib

Vaksin Haemophilus influenzae tipe B (Hib) memiliki efek samping, diantaranya:

  • Kemerahan, kehangatan, dan pembengkakan di tempat suntikan 
  • Demam 
  • Mengantuk
  • Kehilangan nafsu makan

6. PCV

Vaksin PCV yang tengah digratiskan di beberapa daerah di Indonesia ini juga tak luput dari Kejadian Infeksi Pasca Imunisasi (KIPI), seperti:

  • Kemerahan, bengkak, atau nyeri di tempat suntikan
  • Demam
  • Kehilangan nafsu makan
  • Rewel (mudah tersinggung)
  • Merasa lelah
  • Sakit kepala
  • Kedinginan dapat terjadi setelah vaksinasi PCV13.

7. Rotavirus

Imunisasi yang dilakukan untuk mencegah infeksi rotavirus dilaporkan memiliki KIPI seperti:

  • Iritabilitas di lokasi suntikan
  • Diare 
  • Muntah ringan.

8. Influenza

Vaksin influenza ternyata ada dalam bentuk vaksin inaktif alias mati dan vaksin hidup.

Keduanya memiliki efek samping kurang lebih sama, seperti:

  • Nyeri, kemerahan, dan bengkak di tempat suntikan
  • Demam
  • Nyeri otot
  • Sakit kepala 
  • Hidung berair atau hidung tersumbat
  • Mengi
  • Muntah
  • Sakit tenggorokan
  • Batuk.

9. MR/MMR

Beberapa tempat hanya menyediakan vaksin MR untuk mencegah penyakit campak dan rubella.

Namun, beberapa tempat seperti rumah sakit besar juga sudah dilengkapi dengan imunisasi MMR untuk mencegah penyakit campak, gondongan, dan rubella.

Vaksin ini rupanya memiliki efek samping yaitu:

  • Lengan yang sakit akibat suntikan
  • Kemerahan di tempat suntikan
  • Demam
  • Ruam ringan
  • Pembengkakan kelenjar di pipi atau leher
  • Nyeri sementara dan kekakuan pada persendian (kebanyakan pada wanita remaja atau dewasa) terkadang terjadi setelah vaksinasi MMR.

Reaksi yang lebih serius jarang terjadi.

Ini bisa termasuk kejang (sering dikaitkan dengan demam) atau jumlah trombosit rendah sementara yang dapat menyebabkan pendarahan atau memar yang tidak biasa.

Pada orang dengan masalah sistem kekebalan yang serius, vaksin ini dapat menyebabkan infeksi yang dapat mengancam jiwa.

Orang dengan masalah sistem kekebalan yang serius tidak boleh mendapatkan vaksin MMR.

10. Japanese Encephalitis (JE)

Vaksin ini bertujuan untuk mencegah penyakit radang otak (ensefalitis) yang disebabkan oleh gigitan nyamuk di daerah endemis.

Vaksin ini juga memiliki efek samping, yaitu:

  • Nyeri, tertekan, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan
  • Demam 
  • Sakit kepala 
  • Nyeri otot.

11. Varicella

Efek samping dari vaksin varicella yaitu:

  • Lengan yang sakit akibat suntikan
  • Kemerahan di tempat suntikan
  • Demam
  • Ruam ringan
  • Pembengkakan kelenjar di pipi atau leher
  • Nyeri sementara dan kekakuan pada persendian.

12. Hepatitis A

Vaksin hepatitis A memiliki efek samping:

  • Nyeri atau kemerahan di tempat suntikan
  • Demam
  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Kehilangan nafsu makan.

13. Tifoid

Efek samping dari imunisasi anak yang bertujuan untuk mencegah penyakit tipes ini adalah:

  • Nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan
  • Demam
  • Sakit kepala
  • Ketidaknyamanan
  • Sakit kepala
  • Sakit perut
  • Diare
  • Mual, dan muntah 

14. HPV

Yang terjadi setelah mendapat suntikan vaksin Human Papillomavirus (HPV) adalah:

  • Nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan
  • Demam
  • Sakit kepala.

15. Dengue

Seperti namanya, vaksin dengue mencegah penyakit demam berdarah memiliki efek samping yaitu:

  • Nyeri di area suntikan
  • Muncul benjolan pada area bekas suntikan (hematoma)
  • Sakit kepala
  • Muntah.

Artikel Terkait: Jangan Dilewatkan, Ini Beragam Jenis Imunisasi untuk Anak Sekolah Dasar

Penanganan Efek Samping

Dilansir dari laman IDAI, untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca vaksinasi, dipertimbangkan untuk pemberian parasetamol 15 mg/kgbb (miligram/kilogram berat badan anak) kepada bayi atau anak setelah imunisasi, terutama pasca vaksinasi DPT.

Kemudian dilanjutkan setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan, maksimal 4 kali dalam 24 jam.

Jika keluhan masih berlanjut, diminta segera kembali kepada dokter.

Di tempat suntikan kadang-kadang timbul kemerahan, pembengkakan, gatal, nyeri selama 1 sampai 2 hari.

Cobalah untuk memberikan kompres hangat di area suntikan untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut. 

Terlepas dari itu, imunisasi anak sebaiknya diberikan sesuai usia atau kalau bisa diberikan melalui imunisasi kejar.

Jangan lupa mencatat jadwal imunisasi anak di buku KIA.  

Semoga informasi di atas memberikan manfaat mengenai jadwal imunisasi anak dan efek sampingnya ya, Parents!

***

Baca Juga:

Jadwal Imunisasi Anak, Pastikan Tidak Ada yang Terlambat, Parents

Daftar Lengkap Vaksinasi Anak Usia 0-12 Bulan Sesuai Anjuran IDAI

Pentingnya Vaksinasi Anak di Era Pandemi, Wajib Ikut Demi Keselamatan!

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.