Seiring perkembangan anak, Bunda akan menemui beragam masalah yang sering membuat khawatir, contohnya yaitu GTM pada anak.
GTM atau gerakan tutup mulut merupakan sikap yang ditunjukkan si kecil saat ia enggan menerima makanan.
Bukan hanya khawatir, perasaan sedih dan bingung pun pasti akan bercampur aduk menjadi satu di dalam benak Bunda ketika anak mulai GTM.
Sebab, saat fase GTM pada anak terjadi, dari mana si kecil akan mendapatkan nutrisi hariannya?
Sebelum membahas lebih lanjut terkait GTM, patut Bunda ketahui, menurut dr. Meta Hanindita, Sp.A., sebenarnya istilah GTM tidak ada di dalam medis.
Istilah GTM dibuat oleh para orang tua yang anaknya mengalami masalah tidak mau makan.
“Istilah GTM ini tidak ada standarnya dan tidak ada bakunya di medis, itu hanya sebutan dari para orangtua yang anaknya ada masalah makan. Seperti, ada yang kalau makan lama banget, makannya diemut, suka melepeh makanan, atau susah naik tekstur,” ujar Meta saat ditemui di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
“Bahkan menolak sama sekali makanan sampai tutup mulut, jadi namanya gerakan tutup mulut. Serta, yang mengeluhkan setiap mau makan harus lari-lari dulu, nonton YouTube dulu, atau harus jalan-jalan dulu,” sambungnya.
Penyebab GTM pada Anak
Dokter Meta melanjutkan, sekitar 50 hingga 60 persen orang tua yang mengaku anaknya memiliki masalah makan, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata hanya 20 hingga 30 persen yang anaknya benar-benar ada masalah makan.
Lalu, dari 20 hingga 30 persen itu pun, hanya 1 hingga 2 persen yang memang memiliki gangguan makan serius.
Hal tersebut akhirnya membuat sulit untuk mengetahui faktor utama penyebab anak mengalami sulit makan atau GTM.
Sebab, setiap anak yang sempat mengalami masalah makan cenderung memiliki faktor penyebab yang berbeda-beda.
“Dari berbagai penelitian, ternyata penyebab gangguan makan pada anak adalah karena Inappropriate Feeding Practices atau praktik pemberian makan yang tidak sesuai. Ini bisa dilihat dari kualitas, kuantitas, tekstur, tahap perkembangannya juga terhadap aturan makan yang seharusnya diterapkan, dan jam makan,” jelas Meta.
Di samping itu, masalah GTM yang terjadi pada anak-anak usia antara 1 hingga 3 tahun pun dikarenakan di usia ini si Kecil mulai memasuki fase Food Neophobia.
Yakni, fase ketakutan untuk menerima makanan baru.
“Sebetulnya ini proses seleksi alam karena usia itu masa-masanya eksplorasi. Fase food neophobia ini dibuat supaya anak nggak masukin sesuatu lalu dimakan, segala dimakan,” kata Meta pada Sabtu, 25 Januari 2020.
“Jadi untuk mencoba makanan baru, mungkin dia ada kesulitan. Tapi, pada prinsipnya, sejak awal MPASI pun sudah ada banyak Parents yang sudah mulai stres karena baru mulai makan tapi buka mulut saja susah,” imbuhnya.
Cara Menghadapi GTM pada Anak
Untuk mengetahui faktor penyebab yang membuat si Kecil susah makan, sebaiknya memang Bunda melakukan pemeriksaan ke dokter anak.
Sebab, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya jika setiap anak kemungkinan memiliki faktor penyebab sulit makan yang berbeda-beda.
“Kalau Bunda sudah mencoba konsultasi pada dokter anak dan masih belum menemukan penyebabnya, maka bisa mencari dokter spesialis anak konsultan nutrisi yang akan membantu mencari tahu sampai akarnya,” ucap Meta.
“Pemeriksaan pun bukan hanya pemeriksaan fisik saja. Terkadang butuh pemeriksaan laboratorium, butuh pemeriksaan rontgen, jadi tidak sesedehana itu,” lanjutnya.
Sementara itu, anak menolak atau sulit makan juga bisa jadi karena Parents tidak menerapkan jam makan yang teratur.
Atau bahkan ketika waktunya makan, si Kecil juga diberi aktivitas lain, contohnya sambil menonton video di gawai, naik odong-odong, atau jalan-jalan keliling komplek rumah.
Apabila Parents masih melakukan hal itu, si Kecil makan sambil menonton video YouTube dan lainnya, mulai sekarang lebih baik diubah.
Begitu juga dengan jam makan yang lebih disiplin.
“Bisa juga sesederhana aturan makan yang belum diterapkan secara disiplin. Lalu, biasakan anak untuk fokus makan di kursinya, tidak melakukan aktivitas lain. Serta durasi makan harus dibatasi selama 30 menit. Habis atau tidak makanannya, jika sudah 30 menit berarti harus berhenti makan,” tegas Meta.
Risiko GTM pada Anak yang Harus Diwaspadai
Apabila masalah makan pada anak sudah berada pada tahap yang parah, maka dapat berisiko mengakibatkan gangguan pada satu nutrisi. Misalnya, anak berisko mengalami malnutrisi.
“Itu karena akhirnya asupan yang diterima anak tidak adekuat. Tidak sesuai kebutuhannya,” ungkap Meta.
Ia menambahkan, selain berisiko malnutrisi, anak yang mengalami masalah makan juga akan mengalami gangguan nutrisi yang berdampak pada terganggunya pertumbuhan anak. Parahnya, bisa sampai menganggu psikis atau perilakunya.
Cara agar GTM Tidak Terulang di Kemudian Hari
Adapun cara-cara yang disarankan oleh dokter Meta, di antaranya yaitu:
- Mencari tahu faktor penyebab mengapa anak tidak mau makan
- Terapkan aturan makan yang sesuai
- Disiplin dalam jam makan dan durasi makan hanya 30 menit
- Biarkan anak fokus saat makan
***
Parents, itulah informasi terkait masalah GTM pada anak, semoga informasi ini bermanfaat, ya!
Baca juga :
Bayi Lakukan Gerakan Tutup Mulut? Jangan Khawatir, Ini Tips Mengatasinya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.