Pernahkah Parents mendengar tentang rotavirus? Mungkin sering, karena rotavirus adalah salah satu vaksin yang ada pada jadwal imunisasi anak Anda.
Rotavirus adalah virus penyebab diare yang paling umum pada bayi dan balita. Menurut statistik, hampir setiap anak berusia 5 tahun pernah mengalami 1 kali infeksi rotavirus.
Gejala Infeksi Rotavirus
Gejala umum dari penyakit ini adalah diare hebat. Kehadiran virus ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan kotoran atau tinja di laboratorium. Sedangkan penularan virusnya melalui mulut, karena virus tersebut masuk dan merusak dinding usus sehingga menyebabkan infeksi dan diare.
Pada bayi dan balita, jenis infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi seperti dehidrasi hebat dan ketidakseimbangan elektrolit tubuh. Hal ini disebabkan karena hilangnya sejumlah cairan tubuh akibat diare yang terus menerus, muntah dan demam.
Beberapa gejala yang dapat kita lihat, yaitu:
- Diare hingga 20 kali dalam sehari
- Muntah hingga 15 kali dalam sehari
- Demam hingga 39,4ºC bahkan bisa lebih
- Sakit di sekitar perut
- Kehilangan nafsu makan
Bayi berusia 3 hingga 24 bulan memiliki risiko yang tinggi terjangkit penyakit ini. Oleh karena itu, berilah vaksin rotavirus sesuai jadwal imunisasi dokter atau posyandu.
Artikel terkait: Semua yang Ingin Parents Ketahui tentang Vaksin Rotavirus
Apakah Infeksi Rotavirus Menular?
Jenis infeksi ini sangat menular dan cepat menyebar melalui tangan atau objek apa pun yang telah tercemar. Virus ini dapat bertahan di permukaan benda yang telah tercemar hingga berhari-hari karena sifatnya kebal terhadap alam.
Penularan di antara keluarga sangat mudah terjadi. Penelitian menunjukkan setidaknya di antara 102 orang dewasa, 36 di antaranya ikut menderita rotavirus pada saat mereka merawat anaknya. Bahkan penyakit ini dapat ditularkan melalui interaksi anak di sekolah.
Penanganan Infeksi Rotavirus
Tidak ada penanganan khusus untuk infeksi yang satu ini, kecuali mencegah dehidrasi melalui asupan cairan ke dalam tubuh. Virus ini tidak dapat dihentikan dengan antibiotik.
Gejala pada umumnya mereda atau hilang dalam waktu 3-8 hari. Namun, bila terjadi dehidrasi yang hebat, penderita memerlukan perawatan di rumah sakit.
Pencegahan
Tidak ada cara lain untuk mencegahnya kecuali melalui vaksin dan menjaga kebersihan. Terkadang, bayi yang telah vaksinasi pun masih bisa menderita penyakit ini karena virus rotavirus beraneka ragam.
Jagalah kebersihan tangan dan apa pun yang masuk melalui mulut. Jangan lupa mencuci tangan setelah mengganti diaper dan buang air. Ayo segera ambil tindakan pencegahan bagi keluarga Anda.
Kapan Vaksin Rotavirus Diberikan?
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian imunisasi anak rotavirus pada usia 2 bulan. Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2 macam, yaitu:
Vaksin diberikan sebanyak 3 dosis yaitu pemberian pertama pada usia 6-14 minggu, sedangkan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian. Lalu, diberikan dosis ke-3 maksimal pada usia 8 bulan.
Diberikan sebanyak 2 dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis kedua pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan).
Mengutip dari NHS, bayi memerlukan 2 kali vaksinasi rotavirus dengan jarak minimal 4 minggu agar terlindungi sepenuhnya.
Jika bayi melewatkan dosis pertama, vaksin dapat diberikan hingga usia 15 minggu. Namun, apabila bayi melewatkan dosis kedua, vaksin dapat diberikan hingga usia 24 minggu.
Semua dosis vaksin rotavirus harus sudah selesai diberikan sebelum anak menginjak usia 8 bulan.
Artikel terkait: Apa yang Harus Diketahui Orangtua Baru tentang Diare Rotavirus?
Seberapa Efektif Vaksin Rotavirus?
Vaksin rotavirus sangat efektif dan memberikan perlindungan yang baik terhadap infeksi rotavirus. Ada kemungkinan bayi terkena infeksi rotavirus setelah vaksinasi, tetapi ini jarang terjadi dan biasanya gejalanya lebih ringan daripada jika mereka tidak vaksinasi.
Tidak diketahui secara pasti berapa lamanya vaksin rotavirus memberikan perlindungan. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa 2 dosis vaksin dapat melindungi anak selama beberapa tahun.
Dilaporkan dari situs resmi Centers for Disease Control and Prevention dalam uji klinis, Rotateq menunjukkan 98% perlindungan efektif terhadap gejala gastroenteraaaaaaaitis rotavirus parah seperti demam, muntah, diare, dan perubahan perilaku.
Vaksin jenis ini juga memberikan perlindungan 74% terhadap gastroenteritis dengan tingkat keparahan apa pun. Misalnya radang lambung dan usus yang disebabkan oleh rotavirus selama musim pertama (sekitar Desember hingga Juni) setelah vaksinasi.
Bayi yang vaksinasi dengan Rotateq juga 94% lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gejala serius yang mengharuskan perawatan di ruang gawat darurat. Serta, 96% lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit selama dua tahun pertama setelah vaksinasi.
Di sisi lain, dua uji klinis menemukan vaksin rotavirus jenis Rotarix memiliki 85 hingga 96% perlindungan terhadap gastroenteritis rotavirus parah melalui dua musim (Desember hingga Juni).
Satu studi menemukan Rotarix 96% efektif dalam mengurangi kasus rawat inap melalui dua musim rotavirus.
Apakah Vaksin Rotavirus Aman?
Sebelum disetujui pengedarannya, vaksin rotavirus telah diujicobakan pada lebih dari 70.000 anak dan terbukti aman.
Akan tetapi, vaksin sebelumnya yang disebut RotaShield, ditarik dari pasaran setelah digunakan selama dua tahun karena ditemukan sedikit meningkatkan risiko intususepsi.
Yakni suatu kondisi di mana usus kecil terlipat kembali ke dalam bagian lain dari usus, dan menyebabkan obstruksi usus.
Vaksin Rotateq dan Rotarix yang sekarang digunakan sama sekali tidak meningkatkan risiko intususepsi dan dianggap aman sepenuhnya.
Kondisi Anak yang Tidak Boleh Menerima Vaksin Rotavirus
Setelah pemberian vaksin rotavirus, perlu diperhatikan apakah ada reaksi alergi yang muncul pada anak.
Melansir dari WebMD, anak yang memiliki reaksi alergi parah terhadap dosis vaksin rotavirus sebelumnya tidak boleh diberikan dosis vaksin selanjutnya lagi.
Jika bayi menderita penyakit sedang atau berat pada saat vaksinasi dijadwalkan, lebih baik menunggu sampai bayi pulih sebelum divaksinasi.
CDC juga merekomendasikan untuk memeriksakan diri ke dokter jika sistem kekebalan bayi melemah. Hal-hal yang dapat membahayakan sistem kekebalan tubuh meliputi:
- Paparan HIV/AIDS atau penyakit lain yang melibatkan sistem kekebalan tubuh
- Pengobatan dengan steroid jangka panjang
- Kanker atau pengobatan kanker dengan sinar-X atau obat-obatan
Artikel terkait: 3 Hal yang Parents Harus Tahu untuk Menghindari Risiko Rotavirus pada Anak
Efek Samping
Sebagian besar bayi tidak akan mengalami masalah sama sekali setelah menerima vaksin rotavirus. Beberapa gejala umum yang terjadi mungkin bayi akan menjadi gelisah, rewel, dan mengalami diare ringan selama beberapa hari setelah vaksinasi.
Perlu dicatat bahwa vaksin apa pun memiliki kemungkinan menimbulkan reaksi alergi yang serius. Tanda-tanda reaksi alergi yang perlu diwaspadai di antaranya:
Dalam kasus yang sangat jarang, vaksin dapat menyebabkan:
- Reaksi alergi parah (anafilaksis)
- Penyumbatan di usus bayi (intususepsi)
Akan tetapi, pada umumnya vaksin rotavirus memiliki risiko reaksi serius yang sangat kecil.
Sebelum si kecil menerima vaksin apa pun, sebaiknya Parents berdiskusi langsung dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan mengenai hal-hal yang ingin diketahui atau yang dikhawatirkan mengenai vaksin rotavirus.
Artikel diupdate oleh: Annisa Pertiwi
Baca juga:
Ketahui Cara Mengobati Diare pada Anak Beserta Penyebabnya
Benarkah Infeksi Rotavirus pada Anak Merupakan Hal Musiman?
Benarkah ASI Membantu Pencegahan Infeksi Rotavirus?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.