Setiap tahun negara kita ‘diserang’ penyakit dengue. Penyakit yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti ini biasanya hadir di musim pancaroba. Kasus dengue setiap tahun, menurut data Kementerian Kesehatan, tergolong tinggi. Terhitung sejak Januari hingga 12 April 2022 saja, sudah tercatat ada 32.213 kasus dengue di mana 323 di antaranya meninggal. Ini artinya, kasus ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Berikut ini beberapa cara mencegah penyakit dengue.
Cara Mencegah Penyakit Dengue, Salah Satunya dengan Vaksin Dengue
Kasus Dengue Tertinggi di Jawa Barat
Data kematian akibat penyakit dengeu di Indonesia tahun 2021-2022 (Foto: istimewa)
Kasus dengue (dengue sebelumnya dikenal dengan demam berdarah) tertinggi selama 2 tahun ini (2021-2022) terdapat di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di mana, tahun ini saja, jumlah kematian yang disebabkan dengue di dua wilayah tersebut mencapai 56 dan 48 orang.
“Pada musim penghujan seperti sekarang, dengue menjadi penyakit yang tidak boleh dipandang sebelah mata,” kata Koordinator Substansi Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan, Asik Sury dalam Media Briefing Takeda Waspada dan Lebih Pintar Mengantisipasi Penularan Dengue, Selasa (19/4/2022).
Program pemerintah dalam kampanye pencegahan dengue melalui program 3M plus, harus terus dilaksanakan oleh seluruh masyarakat. Yaitu Menguras, Menutup, dan Mendaur Ulang, ditambah dengan berbagai kegiatan pencegahan lainnya seperti memasang kawat di pintu dan ventilasi, memelihara ikan pemakan jentik, serta pemberian larvasida di tempat penampungan air.
Selain itu, dibutuhkan kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk melakukan upaya-upaya dan cara mencegah penyakit dengue demi kesejahteraan dan keselamatan bersama.
Artikel terkait: Cegah Si Kecil Terkena Demam Berdarah dengan 1 dari 8 Lotion Antinyamuk Ini Yuk, Parents!
Perbedaan Gejala Dengue dan COVID-19
Di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, banyak masyarakat yang tidak mampu membedakan mana reaksi tubuh dari gejala dengue dan COVID-19, karena terbilang sangat mirip. Ini jadi tantangan tersendiri bagi pemerintah pusat dan juga daerah untuk bisa mengedukasi kepada masyarakat mengenai perbedaan gejala kedua penyakit tersebut.
Berikut ini penjelasan mengenai perbedaan gejala penyakit dengue dengan COVID-19 menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. dr Anggraini Alam Sp.A(K).
Gejala dengue ditandai dengan:
- Nyeri kepala
- Demam tinggi sebagai tanda awal dengue
- Nyeri otot dan sendi
- Nyeri pada belakang mata fotobia
- Ruam di kulit
- Kehilangan napsu makan
- Perdarahan seperti bintik-bintik merah di kulit daerah muka, leher, dada, punggung, atau mimisan, gusi berdarah, dan juga BAB berwarna hitam (pada wanita saat haid)
- Mual dan muntah
“Dengue adalah penyakit demam mendadak tinggi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti,” kata Anggraini.
Demam pada penyakit dengue biasanya disertai dengan dua kriteria di bawah ini:
- Mual muntah
- Ruam
- Uji bendung positif
- Rasa sakit dan nyeri
- Sel darah putih menurun
- Ada tanda bahaya
Sementara, gejala dengue yang dinilai mirip dengan infeksi virus Corona di antaranya demam tinggi, nyeri (kepala, sendi, dan tulang), ruam, hilang napsu makan, lesu, diare, mual muntah, dan gelisah.
Untuk mengecek kebenarannya, pasien yang mengalami gejala di atas, perlu melakukan pemeriksaan darah di fasilitas kesehatan terdekat dalam fase demam atau sebelum fase kritis (antara hari 3-7).
Penyakit dengue dalam hasil pemeriksaan darah akan menunjukan peningkatan hematocrit, yaitu:
- Penurunan jumlah trombosit (sel darah merah) yang cepat kurang dari 100.000/mm3 (salah satu tanda bahaya)
- Penurunan sel darah putih (ada yang mencapai kurang dari 2.000/mm3)
Para orang tua wajib memelajari hal di atas agar dapat membedakan spesifikasi gejalanya jika ada anggota keluarga yang mengalami gejalanya.
Artikel terkait: Kenali gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak
Upaya yang Bisa Parents Lakukan Saat si Kecil Mengalami Gejala
- Minum yang banyak. Beri asupan cairan atau minum sebanyak mungkin, terutama setelah buang air kecil.
- Cek BAK. Cek apakah pasien BAK (buang air kecil) setiap kurang dari enam jam sekali. Bila lebih dari itu, tandanya pasien kekurangan cairan. “Asupan minuman ini tidak hanya air mineral,” kata Anggraini.
- Obat penurun demam, tapi harus sesuai dengan resep dokter untuk menyesuaikan obat dengan diagnosis penyakitnya.
- Bawa ke fasilitas kesehatan terdekat bisa pasien mengalami muntah-muntah sampai hilang kesadaran.
Artikel terkait: Angkak, obat demam berdarah yang ampuh tingkatkan trombosit
Vaksin Dengue sebagai Cara Mencegah Penyakit Dengue
Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Komunitas Dengue Indonesia, mengatakan, pandemi COVID-19 dan dengue merupakan double burden. Artinya, terjadi dua masalah infeksi pada waktu yang bersamaan.
“Karenanya, sangat penting untuk mencegah demam berdarah,” kata Sri. Selain melakukan cara mencegah penyakit dengue seperti yang disebutkan di atas, yakni 3M, mengenali gejala, dan usaha-usaha lainnya, salah satu langkah paling strategis adalah pencegahan dengan vaksin dengue.
“Vaksinasi dengue yang aman, dapat melindungi populasi anak dan dewasa, dan tanpa melihat riwayat dengue sebelumnya,” terang Sri.
Sama halnya dengan vaksin-vaksin yang sudah ada, vaksin dengue juga dapat mencegah atau menurunkan tingkat keparahan atau fatalitas orang yang terkena virus dengue.
Andreas Gutknecht selaku General Manager PT Takeda Indonesia menjelaskan, penurunan kasus COVID-19 yang merupakan dampak terbesar dari vaksin COVID-19, kiranya menjadi momentum bagi masyarakat untuk menyadarai betapa berbahaya penyakit dengue.
“Kami berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya dengue dan pentingnya pencegahan yang inovatif,” jelas Andreas.
Baca juga:
Jangan keliru bedakan gejala tipes dan DBD, begini kata dokter anak!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.