Bunda, pernahkah merasakan tanda-tanda anemia selama hamil? Sebuah studi kedokteran mengungkap, bahwa dalam 60% kasus, penyebab anemia pada ibu hamil ini disebabkan oleh kekurangan zat besi. Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang berfungsi menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Anemia ibu hamil memang umum terjadi. Kondisi ini disebabkan meningkatnya volume darah selama kehamilan. Namun, kasus anemia yang parah bisa menempatkan ibu dan bayi dalam bahaya.
Risiko anemia ibu hamil tidak main-main, ibu hamil yang mengalami anemia menghadapi risiko kematian dalam masa kehamilan. Setiap tahunnya, terjadi 500 ribu kematian ibu pasca melahirkan di seluruh dunia, sebanyak 20-40% penyebab utama kematian tersebut adalah anemia.
Artikel Terkait: Berbahaya bagi Ibu dan Janin, Kenali Risiko dan Gejala Anemia Saat Hamil!
Penyebab dan Bahaya Anemia pada Ibu Hamil

Corazon Zaida N. Gamila, M.D., seorang pakar ginekologi dari Filipina mengatakan, “Peran Zat Besi sebagai salah satu Mikronutrisi yang dibutuhkan ibu selama kehamilan yang menentukan kualitas kesehatan anak di masa depan.”
Kasus anemia yang paling sering terjadi adalah anemia defisiensi besi. Dalam Konvensi Anemia Sedunia tahun 2017 lalu, dinyatakan bahwa sekitar 41,8% ibu hamil di dunia mengalami kondisi anemia.
“Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada ibu hamil meningkatkan risiko terjadinya pendarahan, preeklampsia, dan infeksi. Ibu hamil yang menderita ADB juga berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, bayi dengan anemia ataupun kekurangan zat besi, bahkan kematian pada bayi,” paparnya saat ditemui dalam acara Merck Pediatric Forum 2018.
Oleh sebab itu, sangat penting ibu hamil mengonsumsi asam folat dan suplemen zat besi untuk mencegah anemia ini. Karena selama hamil, jantung ibu akan bekerja dua kali lebih keras untuk memberikan nutrisi pada janin. Volume darah di tubuh ibu juga akan meningkat sebanyak 30-50%, yang menyumbang kenaikan berat badan saat hamil.
Kekurangan asupan asam folat dan zat besi menjadi penyebab anemia. Jadi, pastikan ibu hamil mengonsumsi cukup asam folat dan zat besi untuk mencegah terjadinya anemia. Asam folat bisa didapat dari makanan yang mengandung asam folat. Selain makanan, ibu hamil juga bisa memperolehnya dari suplemen asam folat.
Artikel Terkait: Mencegah anemia pada ibu hamil, lakukan 5 cara sederhana berikut ini
Jenis Anemia yang Sering Dialami
Terdapat beberapa jenis anemia pada ibu hamil, salah satunya adalah yang disebabkan oleh proses persalinan. Berikut beberapa jenis anemia lainnya:
Anemia Defisiensi Besi
Seperti telah disebutkan sebelumnya, jenis anemia yang satu ini adalah yang paling sering dialami oleh ibu hamil. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk menghasilkan jumlah hemoglobin yang cukup. Itu adalah protein dalam sel darah merah. Ini membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Pada anemia defisiensi besi, darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup ke jaringan di seluruh tubuh. Kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan.
Anemia Defisiensi Folat
Folat adalah vitamin yang ditemukan secara alami dalam makanan tertentu seperti sayuran berdaun hijau. Tubuh membutuhkan folat untuk memproduksi sel-sel baru, termasuk sel darah merah yang sehat.
Selama kehamilan, wanita membutuhkan asupan folat ekstra. Tapi kadang-kadang mereka tidak mendapatkan cukup dari makanan mereka. Ketika itu terjadi, tubuh tidak dapat membuat cukup sel darah merah normal untuk mengangkut oksigen ke jaringan di seluruh tubuh. Suplemen folat buatan manusia disebut asam folat.
Kekurangan folat dapat secara langsung berkontribusi pada jenis cacat lahir tertentu, seperti kelainan tabung saraf (spina bifida) dan berat badan lahir rendah.
Anemia Defisiensi Vitamin B12
Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membentuk sel darah merah yang sehat. Ketika seorang ibu hamil tidak mendapatkan cukup vitamin B12 dari makanan mereka, tubuh mereka tidak dapat memproduksi cukup sel darah merah yang sehat.
Ibu hamil yang tidak mengonsumsi daging merah, daging unggas, produk susu, dan telur memiliki risiko lebih besar mengalami kekurangan vitamin B12. Ini dapat menyebabkan cacat lahir, seperti kelainan tabung saraf, dan dapat menyebabkan persalinan prematur.
Faktor yang Meningkatkan Risiko Anemia pada Ibu Hamil

Pada dasarnya, setiap ibu hamil berisiko mengalami anemia. Ini terjadi karena tubuh ibu hamil membutuhkan lebih banyak kandungan zat besi dan asam folat lebih banyak daripada sebelumnya. Namun risiko akan lebih tinggi jika Bunda mengalami hal sebagai berikut:
Mengandung Janin Kembar
Bunda yang mengandung lebih dari satu bayi memiliki risiko lebih tinggi mengalami anemia. Ini karena semakin banyak bayi yang dikandung tentunya membutuhkan semakin banyak darah. Pastikan kondisi kehamilan Bunda ini dengan melakukan USG dan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan saran tindakan yang harus dilakukan.
Hamil dalam Waktu Berdekatan
Bunda sedang hamil lagi setelah belum lama melahirkan? Kondisi ini juga bisa memicu anemia pada kehamilan berikutnya. Ini terjadi karena kondisi tubuh yang memerlukan darah berlebih sejak kehamilan pertama dan kehamilan berikutnya.
Muntah-Muntah
Morning sickness adalah hal normal yang terjadi pada ibu hamil. Beberapa bumil mengalami mual hingga muntah-muntah di pagi hari atau di waktu-waktu lainnya sepanjang hari. Ini juga dapat meningkatkan risiko Bunda mengalami anemia.
Hamil di Usia Remaja
Apakah Bunda masih tergolong dalam usia remaja? Jika iya, maka kandungan Bunda memerlukan penanganan khusus agar tetap kuat. Bukan hanya untuk janin, ibu juga memerlukan perhatian lebih karena memiliki risiko lebih tinggi terpapar anemia.
Kurang Konsumsi Zat Besi
Selama hamil, Bunda harus memerhatikan asupan apa saja yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu yang paling penting adalah konsumsi makanan yang kaya akan zat besi. Bunda bisa mengonsumsi sayuran hijau seperti bayam, brokoli, telur, buah bit dan masih banyak lagi. Tambahan vitamin zat besi yang disarankan oleh dokter juga bisa dikonsumsi sebagai asupan tambahan.
Mengalami Anemia pada Kehamilan Sebelumnya
Bila Bunda pernah mengalami anemia pada kehamilan sebelumnya, maka kehamilan berikutnya berisiko mengalami kondisi yang sama. Untuk mencegahnya, Bunda bisa mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, folat dan jga B12. Selain itu, konsultasikan dengan dokter mengenai kondisi ini agar bisa dilakukan tindakan pencegahan.
Artikel Terkait: 5 Manfaat ikan nila untuk ibu hamil, salah satunya mencegah anemia
Cara Mendiagnosis Anemia Pada Ibu Hamil

Pada pemeriksaan pertama kehamilan, Bunda biasanya akan diminta untuk melakukan tes darah. Tes inilah yang bisa mendiagnosis apakah Bunda mengalami anemia atau tidak. Tes darah tersebut biasanya meliputi:
Tes Hemoglobin
Tes ini mengukur jumlah hemoglobin dalam darah. Hemoglobin sendiri merupakan protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dalam tubuh.
Tes Hematocrit
Tes ini mengukur persentase sel darah merah yang terkandung pada sampel darah Anda. Jadi kedua tes ini tidak boleh dihindari karena bisa mendiagnosis keadaan Bunda di awal kehamilan.
Tes Lainnya yang Diperlukan
Jika Anda memiliki kadar hemoglobin atau hematokrit yang lebih rendah dari normal, Anda mungkin mengalami anemia defisiensi besi. Jika kondisi ini terjadi, dokter Anda mungkin menyarankan pemeriksaan tes darah lainnya untuk menentukan apakah Anda memiliki kekurangan zat besi atau penyebab lain.
Bahkan, jika Anda tidak mengalami anemia pada awal kehamilan, kemungkinan besar dokter akan menyarankan Anda untuk melakukan tes darah lagi untuk memeriksa anemia pada trimester kedua atau ketiga Anda.
9 Gejala Anemia pada Ibu Hamil dan Dampaknya

Anemia pada ibu hamil dapat diketahui dari sejumlah gejala-gejala yang dialami. Berikut ini 9 beberapa gejala yang nampak pada ibu hamil yang menderita anemia:
- Mudah lelah
- Lemas dan lesu
- Detak jantung lebih cepat dan tidak beraturan
- Sulit berkonsentrasi
- Napas pendek
- Kulit pucat
- Sakit di bagian dada
- Pusing atau berkunang-kunang
- Tangan dan kaki terasa dingin
Cara Mengatasi Anemia pada Ibu Hamil
Bila Bunda mengalami gejala anemia seperti yang telah disebutkan di atas, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Dia akan melakukan pemeriksaan untuk bisa memberikan resep suplemen zat besi sesuai kondisi yang Bunda alami. Berikut beberapa cara lainnya untuk mengatasi anemia pada ibu hamil:
Konsumsi Makanan Kaya Zat Besi
Sebagian besar kasus anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi. Oleh karena itu, Bunda perlu mengonsumsi makanan kaya kandungan zat besi, seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, kacang-kacangan, buah kering, dan lain-lain. Jangan lupa perbanyak konsumsi buah yang mengandung vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi lebih maksimal.
Suplemen Zat Besi Tambahan
Dokter kandungan Anda mungkin meresepkan suplemen zat besi harian untuk dikonsumsi selain vitamin prenatal Anda. Pastikan Anda mengonsumsi berbagai vitamin prenatal sesuai dengan arahan dan anjuran dokter.
Untuk hasil maksimal, minumlah suplemen zat besi dengan segelas jus jeruk, tetapi hindari jenis yang diperkaya kalsium (vitamin C membantu meningkatkan penyerapan zat besi, tetapi kalsium dapat menurunkannya). Anda juga bisa mengonsumsi atau jus prune yang juga membantu mengatasi sembelit yang tak terhindarkan akibat zat besi ekstra.
Ingatlah bahwa penentuan waktu konsumsi suplemen ini juga merupakan hal yang penting. Selama satu jam sebelum Anda mengonsumsi suplemen zat besi dan dua jam setelahnya, hindari susu, keju, yogurt, telur, bayam, biji-bijian, kopi dan teh, karena dapat menghambat penyerapan zat besi.
Cara Mencegah Anemia pada Ibu Hamil

Agar Bunda tidak mengalami anemia selama kehamilan, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegahnya:
Asupan Zat Besi yang Cukup
Meskipun tidak semua kasus anemia pada kehamilan dapat dicegah, mengonsumsi cukup zat besi sangat membantu Anda untuk menghindari kondisi tersebut. Sebelum Anda hamil, itu berarti mengonsumsi 18 miligram (mg) zat besi per hari; setelah Anda hamil, Anda harus menargetkan 27 mg per hari.
Pola Makan Sehat
Sementara vitamin prenatal mencakup kebutuhan dasar Anda bersama dengan kebutuhan nutrisi penting lainnya seperti asam folat dan vitamin B12. Bunda juga harus mencoba makan berbagai makanan sehat yang tinggi zat besi. Ini termasuk:
- Sereal yang diperkaya zat besi (18 mg per porsi)
- Daging sapi tanpa lemak (2 mg dalam 3 ons)
- Hati (5 mg dalam 3 ons hati sapi)
- Kacang-kacangan dan polong-polongan (4 mg dalam 1/2 cangkir kacang putih; 3 mg dalam 1/2 cangkir lentil)
- Sayuran berdaun hijau (6 mg dalam 1 cangkir bayam matang)
- Biji-bijian dan kacang-kacangan (2 mg dalam 1 ons atau 18 kacang mete)
- Dark chocolate (7 mg dalam 3 ons)
- Kentang panggang (2 mg untuk kentang sedang)
Sertakan juga makanan yang tinggi vitamin C utuk membantu tubuh Anda menyerap lebih banyak zat besi. Berikut beberapa di antaranya:
- Jeruk
- Stroberi
- Kiwi
- Tomat
- Paprika
Bunda bisa mencoba makan makanan tersebut bersamaan dengan mengonsumsi makanan kaya zat besi. Misalnya, Anda bisa minum segelas jus jeruk dan makan sereal yang diperkaya zat besi untuk sarapan.
Asupan Tinggi Folat
Selain zat besi, folat juga diperlukan untuk mencegah anemia. Pilihlah makanan yang tinggi folat untuk membantu mencegah kekurangan folat. Ini termasuk:
- Sayuran berdaun hijau
- Jeruk
- Kacang kering
- Roti dan sereal yang diperkaya dengan asam folat
Rajin Periksa Kehamilan
Ikuti instruksi dokter kandungan Anda untuk memeriksakan kehamilan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Dengan demikian Bunda bisa mengetahui kondisi terbaru dan penanganan yang perlu dilakukan jika terjadi kondisi tertentu, termasuk anemia. Selain itu, jangan lupa untuk mengonsumsi vitamin prenatal yang telah diresepkan oleh dokter untuk menjaga Anda dan buah hati tetap sehat.
Itulah hal penting yang perlu Bunda ketahui seputar kondisi anemia pada ibu hamil. Semoga bermanfaat ya.
***
Artikel telah diupdate oleh: Anna Nurjanah
Baca Juga:
Bumil perlu catat! Ini 3 jenis makanan penambah darah untuk cegah anemia
Aneka Resep Sup yang Sehat untuk Ibu Hamil
Tak hanya cegah anemia, ini 7 manfaat lain buah persik untuk ibu hamil
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.