Parents, persalinan prematur menjadi salah satu masalah yang kerap dihadapi oleh Bumil.
Perlu diketahui, ada banyak faktor risiko bayi bisa lahir prematur. Di antaranya bisa karena masalah air ketuban, masalah kesehatan ibu, atau yang lainnya.
Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai kelahiran atau persalinan prematur, mari simak penjelasannya di bawah ini yuk, Bunda.
Artikel terkait: Ada 3 tahap melahirkan normal, dan ini yang akan Bunda alami di tiap tahapannya!
Apa Itu Kelahiran Prematur?
Kelahiran prematur atau preterm labour adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu.
Penelitian terbaru dari March of Dimes mengatakan, jumlah kasus persalinan prematur meningkat selama lima tahun berturut-turut. Sekitar 10% ibu secara tidak terduga mendapati perkiraan kehamilan 9 bulan mereka berubah menjadi 7 atau 8 bulan saja.
Lantas, apakah melahirkan di usia 7 bulan termasuk prematur?
Nah, berdasarkan waktu kelahiran, persalinan prematur juga dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yakni:
- Extremely Preterm (Prematur Ekstrim): Persalinan prematur yang terjadi saat kehamilan berusia 24 minggu
- Very Preterm (Sangat Prematur): Persalinan ketika kehamilan memasuki usia 32 minggu
- Moderately Preterm (Prematur Sedang): Persaliann ketika usia kehamilan berada di antara 32 hingga 34 minggu
- Late Preterm (Bayi kurang bulan): Persalinan ketika usia kehamilan antara 34 hingga 36.
Artikel terkait: Komplikasi jangka pendek dan panjang yang rawan dialami bayi prematur, Parents perlu tahu
Penyebab Kelahiran Prematur
Sejauh ini belum diketahui penyebab pasti kelahiran prematur. Namun, beberapa hal seperti ketuban pecah dini atau komplikasi kehamilan menjadi salah satu penyebab kelahiran prematur.
Sementara itu, para ahli juga mengemukakan sejumlah faktor yang dapat berperan dalam memicu rahim lebih cepat kontraksi dan serviks melebar sebelum bayi siap untuk keluar. Melansir What to Expect, berikut ini sejumlah faktor kemungkinan Bunda mengalami persalinan prematur:
1. Interval Pendek Antar Kehamilan
Jarak kehamilan saat ini dengan anak sebelumnya yang kurang dari 18 bulan bisa menjadi salah satu faktor risiko kelahiran prematur.
Sebuah penelitian menemukan, 20% ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan kurang dari 1 tahun, biasanya melahirkan sebelum usia kandungannya 37 minggu.
Angka kelahiran prematur ini turun menjadi 10% setelah ibu hamil mengatur jarak kehamilannya menjadi 18 bulan.
2. Infeksi Rahim dan Vagina
Infeksi, baik yang ada di saluran genital, seperti vaginosis bakteri (BV), lalu penyakit menular seksual seperti trikomoniasis, bersama dengan infeksi di rahim dan cairan ketuban, bisa menjadi faktor risiko utama dari kelahiran prematur.
Selain itu, infeksi saluran kemih yang tidak diobati juga bisa menyebabkan bayi lahir prematur.
Artikel terkait: Hal-Hal yang Perlu Bunda Tahu Soal ISK pada Ibu Hamil
3. Komplikasi Kehamilan
Komplikasi seperti diabetes gestasional, preeklamsia dan cairan ketuban yang berlebihan serta masalah dengan plasenta (plasenta previa atau solusio plasenta) dapat membuat persalinan lebih awal.
4. Kelainan Bentuk Rahim
Rahim yang sangat besar atau memiliki kelainan bentuk bisa membuat rahim lebih sulit menampung bayi di dalamnya.
Hal yang saa berlaku untuk masalah pada leher rahim, seperti panjang serviks yang pendek atau tidak berfungsinya rahim dengan baik. Ini bisa terjadi ketika serviks tidak tetap tertutup seperti yang seharusnya selama kehamilan.
5. Infeksi Gusi
Hormon kehamilan membuat ibu hamil lebih rentan terhadap penyakit gusi, yang pada gilirannya dikaitkan dengan persalinan prematur.
Beberapa ahli menduga, bakteri yang menyebabkan peradangan gusi bisa masuk ke aliran darah ibu lalu mencapai janin dan mengakibatkan persalinan dini.
Penelitian lain mengatakan, bakteri yang menyebabkan peradangan gusi juga memicu timbulnya peradangan di leher rahim dan rahim.
Artikel Terkait: 15 Obat Sakit Gigi untuk Ibu Hamil yang Aman bagi Kesehatan
6. Tingkat Stres
Para peneliti berteori, stres emosional yang parah seperti terkait dengan pengalaman traumatis, dapat menyebabkan pelepasan hormon yang pada gilirannya memicu kontraksi persalinan.
7. Faktor Pekerjaan
Stres fisik yang ekstrem pada pekerjaan juga dikaitkan dengan persalinan prematur. Salah satunya, ibu hamil yang berdiri dalam waktu lama (lebih dari 5 jam sehari) atau lelah secara fisik lebih mungkin melahirkan lebih awal.
8. Bayi Kembar
Kehamilan kembar lebih mungkin melahirkan prematur daripada kehamilan tunggal.
9. Usia Ibu
Ibu yang hamil pada usia lebih muda dari 17 tahun, serta lebih tua dari 35 tahun, lebih mungkin mengalami persalinan prematur.
10. Pernah Melahirkan Prematur Sebelumnya
Jika sebelumnya bayi Bunda lahir prematur, Anda berisiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur kembali.
11. Jika Bunda Sendiri Dilahirkan Secara Prematur
Sebuah studi di tahun 2015 menemukan, perempuan yang dulunya dilahirkan secara prematur memiliki risiko lebih tinggi melahirkan prematur (meskipun kemungkinan itu masih rendah, yaitu 14,2%).
12. Merokok, Alkohol, dan Penggunaan Narkoba
Ketiga hal ini tidak hanya meningkatkan risiko bayi lahir prematur, tetapi juga berat badan lahir rendah dan risiko keguguran.
Satu hal yang paling penting untuk diingat adalah, meski Bunda memiliki salah satu dari faktor-faktor risiko di atas, tidak berarti Anda pasti akan melahirkan prematur, begitu juga sebaliknya. Kondisi kesehatan masing-masing ibu juga bisa memengaruhi.
Tanda & Gejala Kelahiran Prematur
Jika Bunda memiliki salah satu dari tanda atau gejala yang persalinan prematur berikut ini sebelum usia kehamilan 37 minggu, ada kemungkinan Anda akan mengalami persalinan prematur:
- Kontraksi teratur atau sering. Sensasi perut yang membuatnya terasa kencang seperti kepalan tangan, datang setiap 10 menit atau sering dan tidak mereda ketika mengubah posisi, rasanya bisa atau tidak menyakitkan.
- Nyeri punggung bawah yang konstan dan tumpul.
- Sensasi tekanan di panggul atau perut bagian bawah, seperti janin mendorong ke bawah.
- Kram perut ringan, yang disertai dengan atau tanpa diare.
- Bercak vagina atau perdarahan ringan
- Ketuban pecah dini –dalam semburan atau tetesan cairan terus-menerus setelah selaput di sekitar bayi pecah atau robek. Air pipis dan cairan ketuban bisa dibedakan. Jika Bunda mencium bau seperti amonia, itu adalah urine. Bila tidak, bisa jadi itu cairan ketuban.
- Perubahan pada jenis keputihan –encer, berlendir atau berdarah (keputihan berdarah atau “bloody show”)– atau keputihan lebih banyak dari biasanya.
Semakin dini kelahiran prematur terjadi, semakin besar risiko kesehatan bagi bayi. Mayoritas bayi prematur membutuhkan perawatan khusus di unit perawatan intensif neonatal.
Artikel Terkait: Mengenal NICU, Ruangan Perawatan Intensif Bayi Baru Lahir
Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Jika Bunda mengalami tanda atau gejala persalinan prematur, atau merasa khawatir tentang apa yang dirasakan, segera hubungi penyedia layanan kesehatan terdekat.
Meski kemudian tenaga medis mengatakan bahwa kontraksi yang Bunda alami adalah kontraksi palsu, jangan pernah merasa bersalah karena sudah salah menduganya. Bukankah lebih baik mengantisipasi di awal sebelum terlambat?
Penanganan Kelahiran Prematur
Jika Bunda memang benar mengalami gejala persalinan prematur, tenaga medis akan melakukan evaluasi. Inilah yang akan mereka lakukan:
1. Tes Persalinan Prematur
- Bunda akan dihubungkan ke monitor janin untuk memeriksa kontraksi dan untuk memastikan janin tidak dalam kesulitan.
- Serviks diperiksa untuk menentukan apakah sudah mulai ada pelebaran atau penipisan.
- Dokter melakukan swab vagina untuk menguji tanda-tanda infeksi dan kemungkinan fibronektin janin.
- USG untuk menilai jumlah cairan ketuban dan untuk memastikan ukuran dan usia kehamilan bayi Anda.
Jika tes ini menunjukkan bahwa Bunda tidak dalam proses persalinan, Anda akan dipulangkan.
2. Bila Dokter Mengira Anda Mengalami Persalinan Prematur
Tujuan utama dokter adalah menunda persalinan selama mungkin. Dokter mungkin akan menempatkan Bunda di ruang perawatan dan mencari tahu seberapa jauh kehamilan menyebabkan komplikasi dan memberikan perawatan berikut:
- Cairan intravena. Semakin baik Bunda terhidrasi, semakin rendah kemungkinan kontraksi lanjutan.
- Antibiotik. Anda mungkin menerima antibiotik, terutama jika infeksi diyakini telah memicu persalinan. Dan jika belum dites untuk strep Grup B (tes biasanya dilakukan setelah 35 minggu), Bunda akan diberikan antibiotik IV untuk mencegah kemungkinan penularan bakteri ke bayi jika Bunda memang pembawa.
- Agen tokolitik. Dokter mungkin memberi Anda obat (seperti magnesium sulfat) untuk mengendurkan rahim dan secara teori menghentikan kontraksi untuk sementara. Ini biasanya hanya diberikan jika Bunda hamil kurang dari 34 minggu dan jika paru-paru bayi belum dianggap terlalu matang untuk melahirkan.
- Kortikosteroid. Jika paru-paru janin masih belum berkembang, Bunda akan menerima obat-obatan ini untuk mempercepat kematangan paru-paru janin –obat ini biasanya memang diberikan pada ibu hamil 24-34 minggu yang diperkirakan melahirkan prematur. Di tahun 2017, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengeluarkan rekomendasi baru yang menyarankan bahwa perempuan dengan kondisi tertentu yang berisiko melahirkan prematur juga diberikan kortikosteroid antenatal selama periode kelahiran prematur akhir, atau antara 34-37 minggu kehamilan. Ini juga berlaku pada ibu hamil usia kandungan 23 minggu yang berisiko melahirkan prematur dalam waktu tujuh hari.
Akan tetapi, jika dokter kandungan menemukan bahwa kemungkinan Anda melahirkan secara prematur, ia tidak akan berusaha menunda persalinan. Kabar baiknya adalah, sekitar 30% ibu yang didiagnosis melahirkan prematur, hanya 10% yang mengalami hal itu dalam waktu tujuh hari ke depan setelah diagnosis.
Tahap Melahirkan Prematur
Panik, pasti itu yang Bunda rasakan ketika menghadapi beberapa tanda dan gejala persalinan prematur. Namun, jangan panik, Bunda.
Segera minta pasangan atau anggota keluarga untuk mengantar Anda ke rumah sakit. Di sana Anda akan mendapatkan bantuan dengan cepat demi menyelamatkan nyawa Anda dan bayi.
Melansir situs About Kids Health, secara umum persalinan prematur berlangsung dengan cara yang sama seperti persalinan normal.
Persalinan mungkin perlu dilakukan di rumah sakit yang dilengkapi dengan NICU, di mana spesialis akan siap sedia untuk memantau persalinan dan proses melahirkan, serta merawat bayi setelah lahir. Selama persalinan dan melahirkan, detak jantung bayi dan kontraksi rahim akan dipantau.
1. Tahap Pertama
Tahap pertama persalinan berlangsung sejak kontraksi dimulai hingga serviks terbuka penuh atau berdilatasi. Kontraksi bertindak untuk melebarkan leher rahim guna membiarkan bayi lewat. Semakin lama kontraksi akan menjadi lebih kuat, lebih lama, lebih sering, dan lebih terkoordinasi.
Kemudian, beberapa jam berikutnya, kontraksi menjadi kuat dan teratur lagi, dan terjadi setiap 2-3 menit. Kepala bayi semakin turun ke panggul. Serviks melebar hingga 10 cm, yang merupakan diameter kepala bayi pada sudut presentasi tersempit. Pada persalinan prematur, mengingat ukuran bayi lebih kecil, serviks hanya melebar hingga 6 cm sebelum bayi mulai muncul.
2. Tahap Kedua
Tahap kedua persalinan adalah ketika bayi dilahirkan. Di tahap ini kontraksi semakin kuat dan teratur, terjadi 1-3 menit. Setiap kontraksi membantu menggerakkan kepala bayi lebih jauh ke dalam panggul, di sepanjang jalan lahir.
Kepala bayi muncul di akhir tahap dua. Dokter atau bidan akan dengan lembut memandu kepala bayi melalui jalan lahir, diikuti oleh satu bahu dan kemudian bahu lainnya. Bagian tubuh lainnya mengikuti dengan mudah. Bayi mungkin memerlukan bantuan setelah lahir dan mungkin juga perlu dipasangi ventilator untuk membantu pernapasannya.
3. Tahap Ketiga
Ini tahap lahirnya plasenta. Plasenta biasanya keluar dengan beberapa kontraksi tanpa rasa sakit. Pada tahap ini, pembuluh darah yang mensuplai bayi di dalam rahim dengan cepat menutup, dan rahim menjadi kecil dan padat.
Artikel terkait: 4 Kebutuhan Bayi Prematur dan Cara Mencegah Kelahiran Prematur
Perawatan Bayi Lahir Prematur
Bayi prematur akan ditempatkan di NICU atau Neonatal Intensive Care Unit. Beberapa perawatan lainnya yang diberkan pada bayi prematur adalah:
- Ditempatkan di inkubator
- Dipantau kadar cairan natrium dan kalium agar cairan pada bayi tetap pada target
- Pemasangan selang makanan
- Tanda-tanda vital bayi dipantau
- Penyinaran dengan lampu untuk bayi yang terkena penyakit kuning
- Transfusi untuk meningkatkan volume darah.
Apa Kekurangan Anak yang Lahir Prematur?
Bayi yang lahir kurang bulan atau prematur memiliki risiko kesehatan yang tinggi. Mereka cenderung mengalami komplikasi penyakit yang lebih besar dari bayi lahir normal. Beberapa komplikasi bayi lahir prematur di antaranya adalah:
Selain itu, bayi lahir prematur juga bisa saja mengalami komplikasi jangka panjang berupa gangguan atau keterlambatan perkembangan fisik, terlambat belajar, serta rentan mengalami infeksi karena sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna.
Cara Mencegah Kelahiran Prematur
Apakah kelahiran prematur bisa dicegah? Sejauh ini perkembangan medis di dunia kehamilan sudah membuat banyak keberhasilan dalam menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
Namun, intervensi medis dalam mencegah persalinan prematur masih sulit dipahami para ahli, sehingga mereka belum menemukan cara efektif untuk mengatasi hal ini.
Meski demikian, bukan berarti tak ada yang bisa Bunda lakukan sebagai calon ibu. Ada banyak cara agar Bunda bisa mendukung keselamatan janin di dalam kandungan dan lahir tepat waktu. Upaya mencegah kelahiran prematur yang bisa Bunda lakukan di antaranya:
1. Mengatur Jarak Kehamilan
Tingkat persalinan prematur akan turun secara signifikan jika Bunda mengatur jarak kehamilan setidaknya 1 tahun hingga 18 bulan.
2. Jangan Tunda Perawatan Prenatal
Lakukan segera perawatan prenatal secara teratur untuk mengurangi faktor risiko.
Dokter akan mengecek kesehatan Bunda secara keseluruhan, dan jika ditemui ada masalah dengan kandungan, ia bisa melakukan perawatan atau pengobatan sedini mungkin.
3. Jalani Pola Hidup Sehat
Hindari rokok, alkohol, atau mengonsumsi obat-obatan terlarang karena kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko kesehatan pada Bunda maupun janin.
Serta, sebaiknya hindari minum obat-obatan yang tidak diresepkan dokter.
4. Rutin Mengonsumsi Vitamin Prenatal
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesehatan Bunda secara keseluruhan.
Asam folat dapat menurunkan risiko solusio plasenta atau plasenta terpisah dari dinding rahim dan preeklamsia. Keduanya adalah kondisi yang kerap menyebabkan kelahiran prematur.
5. Konsumsi Makanan Bergizi
Dapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan tubuh melalui pola makan sehat dan seimbang.
Cukupi kebutuhan asam lemak omega-3 seperti salmon, telur DHA, kenari, dan biji rami. Nutrisi ini terbukti mengurangi risiko persalinan prematur dan meningkatkan perkembangan otak bayi.
Bunda juga bisa mengonsumsi Vitamin C seperti jeruk, beri, paprika. Selain itu, kalsium seperti susu dan produk susu lainnya juga dapat membantu mencegah persalinan prematur.
6. Makan Porsi Kecil tapi Sering
Penelitian menunjukkan, mengonsumsi nutrisi seimbang juga harus dibarengi dengan makan lebih sering mungkin. Setidaknya, ibu hamil perlu makan 5 kali sehari (tiga kali makan dalam porsi kecil dan dua kali camilan).
7. Tetap Terhidrasi dengan Baik
Bunda juga perlu minum air mineral yang cukup, tujuannya adalah untuk membuat tubuh Bunda tetap terhidrasi. Ingat, dehidrasi dapat menyebabkan kontraksi prematur.
8. Jaga Kesehatan Gusi
Perawatan gigi preventif adalah salah satu garis pertahanan pertama, terbaik, dan termudah dalam mencegah persalinan prematur. Jika gigi Bunda sakit selama kehamilan, segera periksakan ke dokter gigi.
9. Jangan Menahan Pipis
Hal ini akan membuat Bunda tidak nyaman, menyebabkan radang pada kandung kemih, infeksi salurah kemih, mengiritasi rahim, dan memicu kontraksi.
10. Rawat Diri Bunda dengan Baik
Jika Bunda dianggap berisiko tinggi melahirkan prematur karena vaginosis bakteri (BV), tanyakan kepada dokter kandungan terkait penggunaan jenis antibiotik oral yang tepat untuk Anda dan janin.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan dengan gejala BV yang diobati dengan antibiotik memiliki penurunan risiko kelahiran prematur.
11. Evaluasi Riwayat Kesehatan
Cari tahu lebih dalam lagi mengenai riwayat kesehatan, seperti jika pernah mengalami kelahiran prematur sebelumnya, Bunda bisa melakukan beberapa perawatan.
Penelitian menemukan, hormon progesteron yang diberikan dalam bentuk suntikan/gel di kehamilan 16-36 minggu, dapat mengurangi risiko kelahiran prematur pada ibu yang pernah melahirkan prematur sebelumnya.
Tanyakan kepada dokter, apakah mungkin Bunda mendapatkan asupan hormon tersebut saat kehamilan.
Fakta Penting Tentang Kelahiran Prematur
Berikut ini fakta-fakta penting lainnya terkait persalinan atau kelahiran prematur yang patut Bunda ketahui:
1. Penyebab Utama Kematian Bayi
Dr. Katleen Del Prado mengatakan, kelahiran prematur umumnya menjadi penyebab utama kematian bayi di dunia. Berdasarkan data WHO, setiap tahunnya sekitar 15 juta bayi di dunia lahir lebih cepat dari waktu seharusnya. Lalu, sekitar 1 juta bayi meninggal karena waktu kelahiran yang prematur. Serta, pada anak usia di bawah 5 tahun, kondisi prematur menjadi sebab utama kematian bayi.
2. Hamil Kembar Lebih Berisiko
Hal itu karena kehamilan lebih dari satu bayi memberikan peregangan yang lebih di uterus. Adapun faktor risiko lain yang memperbesar kemungkinan kelahiran prematur antara lain:
Menurut American Pregnancy Assosiation, kelahiran prematur terjadi sekitar 12% dari seluruh kehamilan. Namun, calon ibu berisiko lebih besar mengalami kelahiran prematur apabila di saat yang sama ia mengalami tiga hal berikut ini:
- Bayi kembar 3 (triplets)
- Pernah mengalami kelahiran prematur sebelumnya
- Masalah pada uterus dan serviks
3. Bisa Terjadi pada Ibu Tanpa Risiko
Meskipun ibu hamil tidak memiliki faktor-faktor penyebab kelahiran prematur, ia masih bisa memiliki kemungkinan itu. Begitu pula sebaliknya, meskipun ibu hamil memiliki salah satu faktor penyebab persalinan prematur, tidak otomatis ia akan mengalami kelahiran prematur juga.
4. Sering Diakibatkan Infeksi Saluran Kencing
Dr. Katleen yang mendalami sub spesialis perinatology dan kehamilan mengatakan, jika prematur juga sering disebabkan oleh infeksi saluran kencing dan vagina.
“Penyebab persalinan prematur yang sering muncul ialah infeksi saluran kencing dan infeksi vagina. Namun, infeksi lain pada organ misalnya di paru-paru (pneumonia), infeksi di mulut (penyakit periodontal) juga dapat memicu terjadinya kelahiran prematur,” katanya.
Penyebab lain kelahiran prematur:
- Tegangan pada uterus atau kondisi yang membuat uterus meregang, misalnya ketika air ketuban berlebihan atau badan bayi terlalu besar.
- Diabetes mellitus yang tidak terkontrol juga dapat meningkatkan volume air ketuban.
- Gangguan pada serviks atau pembukaan leher rahim yang terjadi walaupun tanpa disertai kontraksi uterus. “Sebenarnya hal tersebut tidak termasuk kelahiran prematur, tapi termasuk tanda-tanda utama terbukanya jalan lahir lebih lebih cepat dari seharusnya,” jelas Dr. Katleen.
- Kelahiran prematur mendadak, terjadi sebanyak 2-3 kasus dari seluruh kejadian melahirkan prematur.
- Persalinan terjadi dengan sendirinya, dan atau ketika ketuban pecah lebih cepat dari seharusnya.
5. Ciri-Ciri Kelahiran Prematur Mirip dengan Kelahiran Normal
Seperti pada persalinan normal, tanda dan gejala kelahiran prematur juga sama.
“Ibu hamil akan merasakan sakit seperti rasa sakit pada persalinan umumnya. Kontraksi biasanya muncul setiap jam dan jarak kontraksi selanjutnya lebih singkat, sampai kontraksi muncul lebih sering yaitu setiap 2-3 menit,” terang Dr. Katleen.
“Rasa sakitnya seperti rasa sakit ketika menstruasi, rasa nyeri pada perut bagian bawah, dan menyebar ke punggung. Ada cairan, atau lendir di vagina, terjadi kontraksi di uterus, dan pembukaan serviks setelah pemeriksaan internal secara digital oleh dokter,” imbuhnya.
Segera hubungi dokter apabila Bunda mengalami tanda-tanda dan gejala di atas, ya.
6. Dokter Bisa Bantu Hentikan dan Mengurangi Risiko Kelahiran Dini
Pengobatan dapat dilakukan untuk menghentikan kontraksi dan menunda kelahiran, serta menjaga bayi tetap di dalam rahim sampai waktunya ia lahir.
Kata dr. Katleen, pilihan pengobatan sangat tergantung pada individu, karena pengobatan yang dilakukan bukan tanpa efek samping, maka pengobatan tidak boleh dilakukan dalam jangka waktu yang terlalu lama. Reaksi obat juga tergantung pada kondisi pasien yang mungkin dapat menerima atau tidak menerima perngobatan, tergantung situasinya.
7. Gejala Persalinan Prematur Dapat Berhenti dengan Sendirinya
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan, lebih dari 50% ibu hamil yang pernah mengalami gejala kelahiran prematur dapat melahirkan bayinya pada usia kehamilan 37 minggu atau lebih.
8. Persalinan Prematur Dapat Diatur Jadwalnya
Nah, ternyata kelahiran jenis ini tidak selalu terjadi secara mengejutkan. Menurut National Health Service, pada beberapa kasus, kelahiran prematur sengaja direncanakan dan didorong untuk terjadi lebih cepat karena lebih baik untuk kondisi bayi.
Contohnya yaitu ketika ibu hamil memiliki masalah pada tekanan darah, seperti preeklampsia.
9. Tindakan Kontrol Kelahiran Prematur Tergantung pada Kondisi Bumil
Setiap perempuan memiki riwayat kesehatan, faktor risiko, dan pengalaman kehamilan yang berbeda. Tidak semua yang mengalami gejala kelahiran prematur harus dilakukan tindakan ikat leher rahim atau prosedur penjahitan rahim.
Tindakan-tindakan di atas adalah tindakan yang dilakukan pada kondisi rahim lemah. Yakni, keadaan leher rahim terlalu cepat memendek dan membuka terlalu cepat selama kehamilan.
Tindakan ikat leher rahim (cervical cerclage) atau disebut dengan penjahitan rahim (cervical stitch) juga dapat dilakukan untuk mencegah keguguran atau pun kelahiran prematur.
Demikian pembahasan tentang persalinan atau kelahiran prematur, Bunda. Jangan ragu untuk menghubungi dokter apabila Bunda mengalami tanda-tanda kelahiran prematur. Semoga bermanfaat!
Artikel diupdate oleh: Ester Sondang
Baca juga:
Kelahiran Prematur Meningkat, Perusahaan ini Donasi Alat Kesehatan untuk Turunkan Risiko Kematian
Tanda-tanda melahirkan prematur yang harus diwaspadai Bumil!
5 Hal Penting Tentang Kelahiran Bayi Prematur
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.