Adakah makanan yang dihindari saat hb rendah pada ibu hamil (anemia)?
Penyebab anemia atau Hb (hemoglobin atau sel darah merah) rendah pada ibu hamil biasanya adalah karena kekurangan nutrisi.
Bila dibiarkan bisa berakibat buruk tidak hanya pada ibu, tetapi juga janin di dalam kandungannya.
Untuk mengatasi atau mencegahnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
Salah satunya dengan memperhatikan makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi.
Berikut ini makanan yang harus dihindari saat Hb rendah pada ibu hamil.
Artikel terkait: Hemoglobin (HB) Rendah pada Ibu Hamil, Begini Cara Sederhana Menaikkannya!
7 Makanan yang Dihindari Saat Hb Rendah pada Ibu Hamil
Jika Bunda hamil dan menderita anemia, berhati-hatilah dengan 7 jenis makanan berikut.
Ini dia makanan yang dihindari saat Hb rendah pada ibu hamil, melansir laman Pharmeasy.
1. Hindari Tanin
Tanin adalah zat alami yang berasal dari tumbuhan, seperti teh dan kopi.
Tanin juga terkandung dalam buah seperti beri, anggur, jagung, sorgum, delima, kacang-kacangan, dan beberapa rempah-rempah.
Penyerapan besi terjadi terutama di duodenum dan jejunum bagian atas dari usus kecil.
Zat-zat tersebut kemudian mengikat molekul besi dan mengganggu penyerapan zat besi di dalam tubuh.
Akibat gangguan ini, zat besi tidak sepenuhnya diserap optimal oleh tubuh.
2. Katakan Tidak pada Gluten
Makanan yang kaya gluten harus dihindari karena dapat memperburuk anemia.
Gluten dapat merusak dinding usus dan mencegah penyerapan zat besi serta asam folat yang diperlukan untuk memproduksi sel darah merah.
Pada penyakit celiac (penyakit di mana usus kecil rusak karena alergi terhadap gluten), folat dan zat besi tidak sepenuhnya diserap dalam tubuh.
Akibatnya, mal-absorpsi ini dapat menyebabkan anemia.
3. Hindari Fitat
Fitat atau yang juga disebut asam fitat hadir dalam kacang-kacangan, biji-bijian, beras merah, dan produk gandum utuh.
Asam fitat mengikat zat besi yang ada di saluran pencernaan dan menghambat penyerapannya, inilah alasan penderita anemia harus menghindari makanan yang mengandung fitat.
4. Waspadai Makanan yang Mengandung Kalsium
Mineral menghambat penyerapan zat besi.
Itulah alasannya mengonsumsi produk makanan yang mengandung kalsium bersama dengan makanan kaya zat besi dapat memengaruhi seberapa banyak zat besi yang diserap tubuh.
Oleh karena itu, konsumsilah produk susu dan makanan yang mengandung kalsium pada waktu yang berbeda.
5. Polifenol
Polifenol adalah penghambat signifikan penyerapan zat besi. Makanan yang mengandung zat polifenol adalah kakao, kopi, apel, rempah-rempah, dan kenari.
6. Hindari Alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan anemia yang dapat memengaruhi produksi dan pematangan sel darah merah, serta menyebabkan kelainan atau disfungsi sel.
Alkohol juga dapat memengaruhi bagaimana nutrisi diserap dari makanan dan menyebabkan kekurangan zat besi dan asam folat, yang bertanggung jawab untuk pembentukan hemoglobin yang tepat.
7. Hindari Obat-obatan Tertentu
Dalam beberapa kasus, obat terkadang salah mengira sel darah merah sebagai zat asing sehingga tubuh merespons dengan cepat dengan membuat antibodi yang menyerang sel darah merah dan menyebabkannya rusak terlalu dini.
Obat-obatan yang dimaksud adalah Sefalosporin, Dapson, Levodopa, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), Penisilin dan turunannya, dan lainnya.
Sebisa mungkin hindari obat-obatan ini karena dapat menyebabkan anemia hemolitik, dan konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsinya.
Dengan menghindari jenis-jenis makanan di atas, Anda sudah berusaha mengatasi anemia dan membangun kembali suplai zat besi di tubuh Anda.
Kebutuhan Harian Zat Besi
Anemia adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak menghasilkan cukup sel darah merah.
Terjadi karena tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup atau penghancuran sel darah merah.
Ini merupakan salah satu kekurangan nutrisi yang paling umum terjadi pada anak dan orang dewasa.
Kondisi ini bisa terjadi sementara atau juga jangka panjang dan dapat berkisar dari ringan hingga berat, atau bisa juga jadi salah satu dari gejala penyakit serius sehingga tidak boleh diabaikan begitu saja.
Anemia defisiensi besi terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk membentuk sel darah merah yang sehat.
Anemia defisiensi besi memiliki sejumlah penyebab, tetapi paling sering merupakan akibat dari asupan makanan yang tidak memadai dan/atau kehilangan darah.
Orang dengan anemia defisiensi besi juga didorong untuk meningkatkan asupan zat besi dengan memprioritaskan makanan kaya zat besi.
Dan bila kondisinya sudah sangat parah, biasanya mereka akan menerima suplementasi besi oral atau pengobatan besi intravena (IV).
Kebutuhan harian yang direkomendasikan (recommended daily allowance atau RDA) zat besi tergantung pada usia dan jenis kelamin tiap orang.
Begini penjelasannya, melansir laman Medical News Today:
- Bayi di bawah 6 bulan = 0,27 miligram (mg) zat besi per hari
- Pria berusia 19-50 tahun = 8 mg per hari
- Wanita 19-50 tahun = 18 mg zat besi per hari
- Ibu hamil = 27 mg per hari
- Orang dengan anemia defisiensi besi = 150-200 mg zat besi per hari, atau 2-5 mg per kilogram berat badan mereka.
Rekomendasi dosis di atas bervariasi karena tubuh tidak menyerap suplemen zat besi dosis tinggi secara efisien.
Untuk memutuskan dosis yang lebih tepat, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter Anda.
Artikel terkait: 9 Manfaat Daun Singkong untuk Bumil, Cegah Anemia hingga Diare
Tanda dan Gejala Anemia
Ada banyak tanda dan gejala yang mengarah pada kemungkinan penyebab anemia. Di antaranya:
- Kelelahan
- Sesak napas
- Lidah terasa sakit
- Sakit kepala
- Merasa gelisah dan tanpa disadari kaki bagian bawah terus bergerak
- Detak jantung cepat
Jenis dan Penyebab Anemia Defisiensi Besi
Ada banyak kasus anemia yang disebabkan bukan karena kekurangan zat besi. Di antaranya:
1. Anemia Pernisiosa
Penderita anemia jenis ini kekurangan sesuatu yang disebut faktor intrinsik yang membantu menyerap vitamin B12.
Tanpa vitamin, sel darah merah yang sehat tidak dapat diproduksi. (Kekurangan vitamin B9 disebut anemia defisiensi asam folat).
2. Anemia Hemolitik
Merupakan kondisi genetik di mana tubuh menghasilkan sel darah merah cacat yang mati dengan sangat cepat.
3. Anemia Sel Sabit
Bentuk genetik anemia yang terjadi karena bentuk sel darah merah yang rusak.
Sel darah merah berbentuk sabit yang menyumbat pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan kerusakan dan hemoglobin mungkin tidak bekerja dengan baik sebagai hasilnya.
4. Diamond Blackfan Anemia
Ini adalah penyakit darah langka yang bisa bersifat genetik atau didapat.
Sumsum tulang tidak membuat cukup sel darah merah dan 90 persen penderitanya biasanya didiagnosis di tahun pertama kehidupannya.
5. Anemia Aplastic
Hal ini disebabkan karena sumsum tulang yang rusak tidak dapat memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang cukup.
Nama lain untuk penyakit ini adalah aplasia sumsum tulang.
6. Anemia Fanconi
Orang yang menderita penyakit ini mengembangkan kondisi fisik seperti struktur tulang dan warna kulit yang tidak normal.
7. Anemia Mediterania
Juga dikenal sebagai anemia cooley, yang mengacu pada beta-thalassemia mayor.
Ini adalah kondisi bawaan di mana tubuh tidak dapat membuat cukup hemoglobin.
Selain itu, sel darah merah yang dihasilkan memiliki umur yang sangat pendek.
Artikel terkait: 7 Obat Penambah Darah untuk Ibu Hamil 2022, Bantu Cegah dan Atasi Anemia!
Faktor Risiko Hb Rendah
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko anemia:
- Jika pola diet Anda rendah zat besi, kekurangan vitamin dan mineral seperti vitamin B-12, folat, dan tembaga, itu meningkatkan risiko anemia.
- Anda memiliki gangguan usus sehingga memengaruhi penyerapan nutrisi dan menempatkan diri Anda pada risiko anemia.
- Wanita yang sedang haid dan yang belum mengalami menopause memiliki risiko lebih besar terkena anemia defisiensi besi.
- Sedang hamil. Penting untuk menambah asupan memiliki multivitamin asam folat dan zat besi saat Anda sedang hamil agar terhindar dari risiko anemia.
- Menderita kanker, gagal ginjal, atau kondisi kronis lainnya juga berisiko kekurangan sel darah merah dan mengalami anemia.
- Riwayat keluarga mungkin menjadi faktor lain yang menempatkan Anda pada peningkatan risiko anemia sel sabit.
- Orang yang berusia di atas 65 tahun berisiko lebih tinggi terkena anemia.
Rencana Pola Makan Harian untuk Mencegah Anemia saat Hamil
Diet terbaik untuk penderita anemia adalah mencakup banyak mengonsumsi makanan kaya zat besi dan makanan lain yang membantu penyerapan zat besi.
Berikut ini rencana menu harian untuk pasien anemia.
Sarapan
Pilihan 1: Oatmeal tanpa pemanis dengan raspberry, biji rami, dan biji kakao. Nikmati bersama dengan segelas jus jeruk yang diperkaya zat besi.
Pilihan 2: Hash yang dibuat dengan buncis, sosis ayam, jamur, ubi jalar, dan bayam.
Makan Siang
Pilihan 1: Semangkuk daging sapi cabai, atau burger tuna, dengan salad bayam.
Pilihan 2: Bagel dengan salmon asap, keju krim, dan bayam.
Makan Malam
Pilihan 1: Daging domba dengan kentang rebus, brokoli kukus, dan kale keriting.
Pilihan 2: Rebusan kacang merah, buncis, kacang polong hitam, tomat kalengan, bawang bombay, paprika merah, dan bawang putih, yang di atasnya ditaburi keju vegan dan sedikit yoghurt vegan atau berbasis susu.
Artikel terkait: Ini 7 Makanan untuk Mengatasi Kurang Darah atau Anemia, Mudah Ditemukan!
Makanan untuk Dikonsumsi Saat Hb Rendah
Kalau tadi adalah makanan yang dihindari saat Hb rendah pada ibu hamil karena mengganggu proses penyerapan atau produksi zat besi di dalam tubuh Anda.
Nah, kalau yang ini sebaliknya. Ini adalah jenis-jenis makanan yang harus Anda konsumsi untuk membantu peningkatan penyerapan zat besi.
Buah-buahan dan Sayur-sayuran
- Selada air
- Kale keriting dan varietas lainnya
- Bayam
- Sejenis sawi
- Dandelion hijau
- Swiss chard (sejenis bayam dan kale)
- Buah sitrus
- Paprika merah dan kuning
- Brokoli
Waspada terhadap beberapa sayuran berdaun gelap yang mengandung oksalat.
Oksalat dapat menghambat penyerapan zat besi. Makanan lain yang mengandung oksalat adalah kacang tanah, peterseli, dan cokelat.
Kacang-kacangan dan Biji-bijian
- Biji labu
- Kacang mete
- Kacang pistasi
- Biji rami
- Kacang pinus
- Kacang merah
- Buncis
- Kacang polong hitam
- Kacang pinto
- Kedelai
- Kacang hitam
- Kacang polong
- Biji bunga matahari
- Kacang lima
Sebaiknya pilih sereal yang diperkaya zat besi, produk roti, jus jeruk, nasi, dan pasta.
Juga, biji-bijian dan kacang-kacangan yang difermentasi dan bertunas adalah pilihan yang lebih baik untuk orang-orang dengan kekurangan zat besi karena perkecambahan dan fermentasi memecah senyawa antinutrisi yang berdampak negatif pada penyerapan zat besi.
Daging dan Ikan
- Daging sapi
- Domba
- Daging rusa
- Hati
- Kerang
- Tiram
- Udang
- Ikan sarden
- Tuna
- Ikan salmon
- Haddock
Tips Mendapatkan Lebih Banyak Zat Besi dalam Makanan
Menambahkan makanan kaya zat besi ke dalam makanan Anda memang paling optimal dalam membantu meningkatkan kadar zat besi dalam darah.
Namun, kebanyakan orang dengan kekurangan zat besi perlu mengonsumsi zat besi tambahan untuk mencapai status zat besi yang sehat.
Dokter mungkin akan memberi saran tentang perawatan terbaik untuk kebutuhan spesifik mereka.
Namun, strategi berikut dapat memaksimalkan asupan zat besi seseorang:
- Menahan diri dari minum teh atau kopi.
- Menghindari makan makanan kaya kalsium bersama-sama dengan makanan kaya zat besi.
- Mengonsumsi makanan kaya zat besi bersama dengan makanan kaya vitamin C.
- Masak dengan wajan besi.
- Masak makanan dengan waktu yang lebih singkat.
Bila segala hal sudah diupayakan, tetapi kebutuhan zat besi tetap rendah atau kurang, ada baiknya Anda berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi.
Dalam kasus ini, dokter biasanya menyarankan orang untuk mengonsumsi suplemen zat besi.
***
Itulah, Bunda, makanan yang dihindari saat Hb rendah pada ibu hamil. Semoga artikel ini bermanfaat.
Baca juga:
HB rendah saat hamil trimester 3, kapan harus khawatir?
Sangobion untuk Ibu Hamil, Apakah Aman Dikonsumsi?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.