Kehamilan terkadang membuat sebagian perempuan merasa tidak nyaman untuk melakukan beberapa kegiatan. Misalnya saja berhubungan saat hamil muda. Beberapa ibu hamil mengaku khawatir dengan kondisi janin dalam kandungan. Bahkan, beberapa pose dinilai dapat membahayakan bayi yang sedang bertumbuh.
Mengingat hal tersebut, lantas benarkah ibu hamil muda dilarang melakukan hubungan intim? Simak penjelasan berikut ini!
Bolehkah Berhubungan Intim saat Hamil Muda?

Di trimester pertama atau 12 minggu awal kehamilan, banyak perempuan yang menjaga kehamilannya secara hati-hati. Pada tahap ini, embrio sedang berkembang pesat untuk menjadi janin. Untuk itu, perlu perhatian khusus dari ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin di dalam kandungan. Caranya dengan menghindari aktivitas berat. Namun bagaimana dengan berhubungan intim?
Artikel Terkait: 5 Mitos Seks Saat Hamil yang Perlu Anda Ketahui Kebenarannya
Seperti diketahui, berhubungan intim termasuk aktivitas fisik yang cukup menguras tenaga. Kegiatan ini juga sebagian besar bertitik berat pada perut. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa berhubungan saat hamil muda dapat membahayakan janin.
Sebenarnya, berhubungan intim saat hamil muda dapat dilakukan dan terbilang aman. Aturan untuk berhubungan seks selama kehamilan adalah jika kehamilan berjalan lancar serta Bunda dan pasangan tertarik.
Pada bulan-bulan awal, Bunda mungkin akan mengalami mual, kelelahan, dan seks tidak cocok untuk pasangan Anda. Jika Bunda mencoba membayangkan bagaimana perasaan pasangan secara fisik, mungkin akan lebih mudah untuk memahami mengapa dia mungkin kurang tertarik pada hubungan intim. Payudara yang sakit, perut kembung, atau badan pegal adalah alasan lain mengapa pasangan mungkin tidak mau berhubungan di trimester pertama.
Intinya, jangan memaksakan nafsu. Kondisikan tubuh Bunda untuk melakukannya dengan santai dan nyaman, sehingga hal ini tidak membahayakan janin yang sedang berkembang di dalam rahim.
Apakah Berhubungan saat Hamil Muda Menyebabkan Keguguran?
Sebuah ketakutan terbesar perempuan saatadalah keguguran. Akan tetapi, kabar baiknya adalah berhubungan seksual tergolong aman selama 9 bulan, termasuk trimester pertama. Kecuali jika penyedia layanan kesehatan telah memberi tahu Anda untuk tidak melakukannya.
Otot-otot di sekitar rahim serta cairan ketuban di dalamnya akan membantu melindungi janin saat berhubungan seks. Selain itu, sumbatan lendir pada area pembukaan serviks dapat mencegah kuman melewatinya. Sebagai catatan, penis tidak dapat menyentuh atau merusak rahim Bunda saat berhubungan seks.
Kendati demikian, benar adanya bahwa kemungkinan keguguran yang lebih tinggi secara umum selama trimester pertama dibandingkan dengan trimester lainnya. Sayangnya, sekitar 10 hingga 15 persen kehamilan berakhir dengan keguguran, dengan sebagian besar terjadi dalam 13 minggu pertama. Namun, penting untuk dicatat bahwa penyebabnya bukanlah berhubungan intim saat hamil muda.
Sekitar setengah dari keguguran terjadi karena kelainan kromosom yang berkembang selama pembuahan embrio atau sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan apa pun yang Bunda lakukan.
Sementara, berdasarkan data Cleveland Clinic, keguguran juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko, termasuk:
- infeksi dan penyakit ibu
- masalah hormon
- kelainan rahim
- penggunaan obat-obatan tertentu, seperti Accutane
- beberapa pilihan gaya hidup, seperti merokok dan penggunaan narkoba
- gangguan reproduksi yang mengganggu kesuburan, seperti endometriosis dan sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovarian syndrome (PCOS).
Bunda mungkin tidak ingin berhubungan seks di hari-hari awal kehamilan. Akan tetapi, Bunda tidak perlu menghindari seks untuk membatasi kemungkinan keguguran.
Apakah Perdarahan setelah Hubungan Intim Pertanda Buruk?
Tak sedikit perempuan yang masih mengalami pendarahan setelah berhubungan intim. Namun, bagaimana jika ini terjadi pada ibu hamil di trimester pertama?
Ada banyak alasan mengapa Bunda mungkin mengalami pendarahan ringan atau bercak pada trimester pertama. Kebanyakan dari penyebabnya tidak ada berhubungan dengan tindakan fisik atau hubungan intim.
Sekitar 15 hingga 25 persen ibu hamil mengalami pendarahan trimester pertama. Bercak dalam beberapa minggu pertama bisa menjadi tanda implantasi sel telur yang telah dibuahi.
Sementara, pendarahan yang lebih berat dapat menunjukkan masalah seperti plasenta previa atau kehamilan ektopik. Kondisi ini bukanlah kabar baik, tetapi juga tidak disebabkan oleh hubungan seksual.
Saat hamil, serviks atau leher rahim sedang mengalami beberapa perubahan besar. Hormon kehamilan dapat membuatnya lebih kering dari biasanya dan bahkan dapat menyebabkan pembuluh darah lebih mudah pecah. Kadang-kadang, berhubungan seks dapat menyebabkan iritasi pada vagina yang menyebabkan pendarahan ringan atau bercak. Pendarahan tersebut akan terlihat merah muda, merah, atau coklat. Itu normal dan akan sembuh dalam satu atau dua hari.
Meski begitu, Bunda perlu khawatir jika terjadi pendarahan seperti berikut ini:
- berlangsung lebih lama dari 1 atau 2 hari
- darah menjadi merah tua atau berat, sehingga mengharuskan Bunda sering mengganti pembalut
- disertai dengan kram, demam, nyeri, atau kontraksi.
Artikel Terkait: 7 Masalah Seks Saat Hamil Ini Sering Muncul, Ini Cara Mengatasinya
Mengapa Terasa Sakit Ketika Berhubungan saat Hamil Muda

Berhubungan seksual saat hamil muda bisa menyakitkan selama kehamilan, tidak hanya pada trimester pertama. Sebagian besar, hal itu karena perubahan yang benar-benar normal terjadi di tubuh ibu hamil.
Kecuali Bunda memiliki infeksi, berikut adalah beberapa alasan mengapa hubungan intim pada trimester pertama mungkin menyakitkan:
- vagina kering karena perubahan hormonal.
- merasa perlu buang air kecil atau merasakan tekanan tambahan pada kandung kemih.
- payudara dan/atau puting terasa sakit.
Jika berhubungan saat hamil muda sangat menyakitkan sehingga Bunda menghindarinya, bicarakan dengan dokter. Mungkin ada penyebab medis yang mendasarinya, atau perbaikannya mungkin sesederhana mengubah posisi.
Kram Setelah Berhubungan Intim
Tidak hanya ibu hamil, kram setelah berhubungan intim juga terkadang dialami oleh perempuan pada umumnya. Namun, tiga alasan mengapa ibu hamil mungkin mengalami kram ringan setelah berhubungan seks selama awal kehamilan.
Pertama, saat orgasme, tubuh akan melepaskan hormon oksitosin. Kedua, air mani atau sperma yang mengandung prostaglandin. Ketiga, jika pasangan Anda merangsang puting Anda saat berhubungan seks, itu juga dapat menyebabkan kontraksi. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan kontraksi rahim dan membuat kram ringan selama beberapa jam setelah berhubungan seks.
Sebenarnya, kram tersebut tergolong ringan dan bisa hilang segera setelah berhubungan seks. Cobalah untuk beristirahat sejenak setelahnya.
5 Alasan Tidak Boleh Berhubungan saat Hamil Muda

Terlepas dari itu, seks selama kehamilan dapat menyebabkan kontraksi yang bersifat sementara dan tidak berbahaya pada kehamilan berisiko rendah. Akan tetapi, hal tersebut dapat menyebabkan persalinan prematur atau komplikasi lain jika Bunda memiliki kondisi medis lainnya
Akibatnya, ada beberapa alasan kuat mengapa ibu hamil muda tidak dianjurkan untuk berhubungan seksual.
1. Riwayat Keguguran
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mendefinisikan keguguran berulang sebagai mengalami dua kali atau lebih keguguran. Sekitar 1 persen perempuan akan mengalami keguguran berulang, dan dalam banyak kasus tidak diketahui penyebabnya.
Ingat, hubungan intim tidak menyebabkan keguguran, meskipun tindakan pencegahan ekstra terhadap kontraksi rahim mungkin perlu dilakukan pada kehamilan berisiko tinggi.
Artikel Terkait: Pendarahan Hebat Saat Hamil Muda, Apakah Berarti Keguguran?
2. Kehamilan Kembar
Jika Bunda hamil dengan lebih dari satu bayi alias kembar, dokter mungkin akan menyarankan untuk memperbanyak istirahat panggul dalam upaya untuk membantu Bunda mendekati hari perkiraan lahir nantinya. Artinya, tidak boleh ada sesuatu yang dimasukkan ke dalam vagina, termasuk tidak boleh melakukan hubungan seks serta menghindari sebagian besar pemeriksaan dalam.
Istirahat panggul tidak sama dengan istirahat di tempat tidur. Ini mungkin termasuk pembatasan mengalami orgasme, jadi Bunda harus memastikan agar memahami instruksi dokter.
3. Serviks yang Tidak Kompeten
Kondisi leher rahim atau serviks setiap perempuan berbeda-beda. Serviks yang tidak kompeten berarti serviks telah terbuka terlalu dini selama kehamilan.
Idealnya, serviks akan mulai menipis dan melunak tepat sebelum melahirkan, sehingga Bunda dapat melahirkan bayi. Tetapi jika serviks terbuka terlalu cepat, Anda berisiko mengalami keguguran dan kelahiran prematur.
4. Tanda-Tanda Persalinan Prematur
Persalinan prematur adalah saat persalinan dimulai antara minggu ke-20 dan ke-37 usia kandungan. Hal ini tidak mungkin terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan.
Namun, jika Bunda menunjukkan tanda-tanda persalinan sebelum minggu ke-37, seperti kontraksi, sakit punggung, dan keputihan, dokter mungkin menyarankan Bunda untuk menghindari aktivitas yang dapat mempercepat persalinan.
5. Plasenta previa
Kondisi ini merupakan kondisi ketika ari-ari atau plasenta berada di bagian bawah rahim atau langsung di atas leher rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Umumnya, plasenta terbentuk di bagian atas atau samping rahim.
Jika Buda memiliki plasenta previa, Anda mungkin mengalami pendarahan selama kehamilan. Selain itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan Bunda mengalami pendarahan berlebihan saat melahirkan yang mengakibatkan pendarahan.
Nah, itu dia Bun, beberapa hal terkait berhubungan saat hamil muda. Jika Bunda belum mantap untuk melakukan hubungan intim saat trimester pertama, coba bicarakan dengan pasangan. Jangan lupa, untuk selalu utamakan kondisi janin dalam kandungan ya!
***
Baca Juga:
4 Alasan Mengapa Berhubungan Seks Saat Hamil itu Menyenangkan, Mau Mencoba Malam Ini?
7 Posisi Seks yang Aman, Cocok Bagi yang Ingin Tunda Kehamilan
Kapan Waktu yang Tepat untuk Berhubungan Seksual agar Cepat Hamil? Ini Saran dari Pakar
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.