Salah satu gangguan kehamilan yang banyak ditakuti oleh para ibu hamil adalah plasenta previa.
Seperti kita ketahui, plasenta merupakan satu-satunya jalan bagi bayi untuk mendapatkan oksigen dan nutrisi. Jadi, memastikan kondisi plasenta atau ari-ari bayi ini dalam keadaan baik sangatlah penting.
Itulah mengapa Bunda perlu mengetahui kondisi ini sebagai pengetahuan sekaligus pencegahan.
Artikel terkait: Mengenal Ruptured Plasenta atau Plasenta Lepas
Apa Itu Plasenta Previa?
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan yang relatif jarang terjadi, di mana plasenta melekat pada posisi yang rendah di dalam rahim dan menutupi sebagian atau seluruh serviks atau jalan lahir.
Normalnya, plasenta itu menempel di sisi atas atau samping uterus, sementara pada kasus ini, plasenta bayi menempel di sisi bawah uterus dan menutupi jalan lahir.
Ini dapat menyebabkan perdarahan hebat selama kehamilan dan persalinan. Ibu dengan plasenta previa juga berisiko lebih tinggi melahirkan bayi prematur, sebelum 37 minggu kehamilan.
Dokter biasanya akan melarang ibu hamil dengan kasus ini untuk beraktivitas fisik yang memerlukan tenaga berlebih, seperti mengangkat atau memindahkan beban yang berat.
Saat persalinan dengan kondisi ini, serviks/jalan lahir Anda terbuka selama persalinan. Hal itu dapat menyebabkan pembuluh darah yang menghubungkan plasenta ke rahim robek.
Risikonya dapat menyebabkan perdarahan yang membahayakan Anda dan bayi. Hampir semua perempuan yang memiliki kondisi ini harus menjalani operasi caesar untuk mencegah hal buruk terjadi.
Jenis Plasenta Previa
Plasenta previa dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Plasenta previa marginal: Ketika plasenta berada dalam jarak 2 cm dari serviks tetapi tidak secara fisik menutupinya
- Plasenta previa parsial: Ketika plasenta menutupi sebagian dari pembukaan serviks
- Plasenta previa totalis atau lengkap: Ketika plasenta menutupi seluruh pembukaan serviks.
Artikel terkait: Mengenal Apa Itu Plasenta, Organ yang Berperan Penting Selama Kehamilan
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Waspadai gejalanya yang berbahaya bagi janin.
Munculnya perdarahan berwarna merah segar (bright red vaginal bleeding) tanpa rasa sakit pada trimester kedua merupakan salah satu ciri ciri plasenta previa yang umum. Gejala perdarahan sangat bervariasi, dari yang ringan hingga berat.
Perdarahan bisa berhenti dengan sendirinya meski tanpa perawatan apa pun. Namun, akan terjadi kembali beberapa hari/ minggu kemudian. Beberapa kasus juga disertai dengan adanya kontraksi.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang harus Anda waspadai:
- Terjadi perdarahan setelah melakukan hubungan seks
- Nyeri hebat di bagian perut atau rasa kram yang ekstrem
- Perdarahan pada kehamilan di trimester kedua
- Flek atau muncul darah lalu berhenti kemudian muncul lagi dalam jangka beberapa hari atau beberapa minggu kemudian
- Posisi bayi sungsang.
Bayi lebih mungkin berada dalam posisi sungsang ketika Anda memiliki plasenta previa. Itu karena pada kehamilan biasa, posisi trimester ketiga yang paling nyaman untuk bayi adalah kepala di bawah rahim, di mana ada ruang paling banyak.
Namun, dengan kondisi ini, plasenta menempati ruang di mana kepala bayi Anda biasanya akan tertarik. Itu dapat menyebabkan dia tetap berada di (atau pindah ke) posisi sungsang.
Gejala plasenta yang menutup leher rahim tidak terlalu berbahaya jika disadari sejak dini di awal masa kehamilan
Dalam kasus seperti ini, Bunda disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Sebelum terjadi komplikasi yang jauh lebih parah.
Artikel lainnya: Apa yang Harus Kita Lakukan Bila Mengalami Plasenta Previa?
Penyebab
Plasenta tumbuh di mana embrio menempel di rahim. Jika embrio menempel di bagian bawah, maka plasenta bisa saja tumbuh tepat di atas serviks atau leher rahim yang merupakan jalan lahir janin saat persalinan.
Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab kondisi ini.
Beberapa penyebab lainnya ialah:
- Adanya kelainan pada ari-ari bayi
- Bunda memiliki kelainan pada bagian lapisan rahim, seperti jaringan parut atau fibroid
- Memiliki riwayat endometriosis.
Kebanyakan kasus ini bisa diketahui melalui USG. Jika diketahui sebelum usia kehamilan 20 minggu, ada kemungkinan plasenta akan bergeser dengan sendirinya sesuai dengan perkembangan rahim.
Sebaliknya, bila baru diketahui pada pertengahan trimester kedua, maka dokter akan memutuskan penanganan terbaik sesuai dengan besar kecilnya pendarahan.
Plasenta previa bisa juga terjadi karena beberapa hal berikut ini:
- Pernah mengalami kasus serupa pada kehamilan sebelumnya
- Bekas luka pada uterus, misalkan pernah mengalami operasi di bagian perut atau rahim seperti dilatasi dan kuretasi (meskipun saat ini sangat jarang kuretasi dan dilatasi menjadi penyebab plasenta previa)
- Pernah melahirkan atau sedang mengandung bayi kembar (lebih dari satu).
- Ibu berusia lebih dari 35 tahun
- Ibu adalah perokok dan pengguna obat terlarang seperti kokain
- Baru saja melahirkan
- Memiliki bentuk rahim yang tidak normal
- Posisi bayi sungsang
- Ari-ari bayi berukuran cukup besar
- Bunda memiliki riwayat keguguran di kehamilan sebelumnya.
Faktor Risiko Terjadinya Plasenta Previa
Diagnosis plasenta previa selama trimester ketiga berarti bahwa dokter mungkin tidak dapat mengikuti rencana kelahiran Bunda.
Insiden perdarahan yang disebabkan oleh previa, jika Anda mengalaminya, bisa menakutkan.
Meskipun tidak berbahaya bagi Anda atau bayi, hal ini dapat menyebabkan perdarahan serius dan kelahiran prematur.
Dokter akan memantau dengan cermat dan mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah komplikasi. Kemungkinan komplikasi plasenta previa meliputi:
1. Usia
Plasenta previa lebih mungkin terjadi pada perempuan di atas usia 30 tahun dibandingkan mereka yang berusia di bawah 20 tahun.
2. Kehamilan Kedua atau Selanjutnya
Kondisi ini lebih sering terjadi pada perempuan yang telah memiliki setidaknya satu kehamilan lainnya.
3. Hamil Kembar
Hamil dengan dua atau lebih bayi meningkatkan kemungkinan mengalaminya.
4. Operasi Caesar atau Operasi Rahim Sebelumnya
Jaringan parut pada rahim karena operasi sebelumnya, termasuk operasi caesar, pengangkatan fibroid rahim dan prosedur D dan C, meningkatkan risiko plasenta previa.
5. Merokok atau Penggunaan Narkoba
Penggunaan rokok atau kokain selama kehamilan meningkatkan kemungkinan Anda mengalami sejumlah komplikasi, termasuk plasenta previa.
6. Ras Tertentu
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan Asia dan kulit hitam memiliki risiko plasenta previa lebih besar daripada kelompok ras lainnya.
7. Fertilisasi in Vitro (IVF)
Teknologi reproduksi berbantuan termasuk IVF telah dikaitkan dengan peningkatan risiko masalah plasenta, termasuk plasenta previa.
Artikel terkait: Kenali plasenta perkreta, kelainan plasenta paling bahaya bagi ibu hamil dan janin
Kapan Dapat Dideteksi?
Kondisi ini dapat dideteksi ketika melakukan pemeriksaan USG. Dokter akan mendiagnosis plasenta previa selama USG pada salah satu kunjungan prenatal rutin.
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menunjukkan apakah plasenta menutupi lubang dari rahim ke leher rahim atau tidak.
Dokter akan mulai dengan alat yang disebut transduser yang ditempatkan di perut, tetapi jika mereka membutuhkan tampilan yang lebih baik, mereka akan menggunakan transduser yang masuk ke dalam vagina.
Perawatan
Mengutip dari WebMD, tidak ada obat untuk plasenta previa. Tujuan pengobatan adalah untuk membatasi perdarahan sehingga Anda bisa sedekat mungkin dengan tanggal persalinan.
Dokter bisa memberi Bunda obat untuk mencegah persalinan prematur. Juga mungkin akan memberi suntikan kortikosteroid untuk membantu paru-paru bayi berkembang lebih cepat.
Setelah dokter menilai bahwa bayinya dapat dilahirkan dengan aman (sekitar 36 minggu kehamilan), mereka akan menjadwalkan operasi caesar.
Jika perdarahan tidak berhenti, Bunda memerlukan operasi caesar darurat, bahkan jika bayi belum cukup bulan.
Perawatan tergantung pada:
- Jumlah pendarahan. Jika ringan, dokter Anda mungkin menyarankan untuk menghindari aktivitas termasuk seks dan olahraga. Jika pendarahan berat, Anda mungkin perlu pergi ke ruang gawat darurat, dan dirawat di rumah sakit, dan mendapatkan transfusi darah.
- Seberapa dekat Anda dengan Hari Perkiraan Lahir (HPL).
- Kesehatan Anda dan kesehatan bayi.
- Posisi plasenta dan bayi.
Dapatkah Melahirkan Normal?
Kadang-kadang memungkinkan untuk melakukan persalinan normal dengan plasenta previa. Namun, kebanyakan Bumil melahirkan melalui operasi caesar untuk menghindari perdarahan yang berpotensi mengancam jiwa.
Jika plasenta menutupi serviks sepenuhnya atau sebagiannya pada trimester ketiga, Anda akan melahirkan melalui operasi caesar, dan sekitar 75% akan dijadwalkan operasi caesar sebelum persalinan dimulai.
Jika kondisi ini sembuh dan plasenta tidak menutupi serviks, Anda mungkin bisa melahirkan secara normal.
Jika Anda belum mencapai 37 minggu kehamilan dan persalinan prematur diperlukan, Anda akan menerima suntikan steroid untuk mematangkan paru-paru bayi dengan cepat sebelum operasi caesar dilakukan.
Lalu, jika perdarahan hebat terjadi setelah 36 minggu, dokter dapat merekomendasikan operasi caesar segera.
Komplikasi Lain
Jika Bunda memiliki plasenta previa, dokter akan memantau Anda dan bayi untuk mengurangi risiko komplikasi serius berikut ini:
1. Perdarahan
Perdarahan vagina yang parah dan mungkin mengancam jiwa dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, atau dalam beberapa jam pertama setelah melahirkan.
2. Kelahiran Prematur
Perdarahan parah dapat menyebabkan operasi caesar darurat sebelum bayi Anda cukup bulan.
3. Spektrum Plasenta Akreta
Plasenta previa dikaitkan dengan sekelompok kondisi yang disebut spektrum plasenta akreta. Dengan kondisi ini, plasenta tumbuh ke dalam atau melalui dinding rahim.
Plasenta akreta memiliki risiko tinggi perdarahan selama kehamilan atau selama dan setelah melahirkan.
4. Vasa Previa
Komplikasi kehamilan yang sangat langka ini, yang terjadi pada sekitar 1 dari 2.500 kehamilan, terjadi ketika pembuluh darah janin dari plasenta melewati lubang vagina.
Lebih umum (walaupun masih jarang) jika Anda memiliki plasenta previa. Lantaran vasa previa dapat menyebabkan perdarahan janin yang fatal ketika serviks mulai melebar atau ketuban pecah, dokter akan merencanakan persalinan caesar dini.
5. Perdarahan dan Histerektomi
Jika Anda memiliki kondisi ini, perdarahan terkadang menjadi tidak terkendali selama persalinan atau beberapa jam setelah melahirkan.
Dalam kasus yang jarang terjadi, perdarahan hebat mungkin memerlukan transfusi darah dan/atau histerektomi (yaitu pengangkatan rahim).
6. Peningkatan Risiko pada Kehamilan Berikutnya
Memiliki plasenta previa selama kehamilan meningkatkan risiko memiliki kondisi serupa dan kelahiran prematur pada kehamilan berikutnya.
Perkembangan Janin dengan Plasenta Previa
Selama kehamilan, plasenta memberi bayi yang sedang tumbuh oksigen dan nutrisi dari aliran darah ibu.
Plasenta previa berarti plasenta telah tertanam di bagian bawah rahim, menutupi leher rahim.
Ketika seorang ibu hamil mengalami plasenta previa (plasenta telah tertanam di bagian bawah rahim, di atas leher rahim atau di dekatnya), bayi tidak dapat dilahirkan secara normal.
‘Plasenta previa parsial’ berarti serviks tersumbat sebagian, sedangkan ‘plasenta previa lengkap’ berarti seluruh serviks tersumbat.
Akibat hal tersebut, bayi dengan kondisi ini dapat mengalami:
- Kelahiran prematur: Jika pendarahan parah dan Bunda memerlukan operasi caesar darurat sebelum bayi cukup bulan (40 minggu), bayi mungkin lahir terlalu dini.
- Berat badan lahir rendah: Kesulitan untuk tetap hangat dan kenaikan berat badan yang buruk adalah efek samping potensial dari berat badan lahir rendah.
- Masalah pernapasan: Paru-paru yang kurang berkembang dapat membuat pernapasan menjadi lebih sulit.
Setelah bayi cukup besar untuk dilahirkan, operasi caesar biasanya dilakukan. Bayi mungkin perlu dipantau dalam perawatan intensif untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
Sementara Bunda akan menjalani serangkaian tes, termasuk tes untuk memeriksa jumlah sel darahnya dan kemampuan pembekuan darahnya.
Posisi Tidur Ibu Hamil dengan Plasenta Previa
Satu hal lagi yang perlu Bunda perhatikan tentang kondisi ini yaitu mengetahui posisi tidur ibu hamil dengan kondisi ini.
Dengan posisi tidur yang tepat, diharapkan Bunda bisa mendapatkan waktu bed rest yang cukup.
Sebenarnya posisi tidur yang bisa Bunda terapkan yaitu tidak jauh berbeda dengan rekomendasi posisi tidur ibu hamil pada umumnya, yakni tidur miring ke kiri dengan lutut sedikit ditekuk.
Menurut penjelasan Dr. Michael Breus di laman The Sleep Doctor, tidur miring ke kiri saat hamil dapat menghindari tekanan pada hati dan meningkatkan aliran darah untuk ibu serta janin.
Oleh karenanya, Bunda bisa mencoba posisi ini agar Bunda bisa istirahat dengan nyaman dan aman.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika ibu mengalami perdarahan saat kehamilan diatas 12 minggu segeralah hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesuai dengan gejala, serta usia kehamilan.
Ajak salah satu anggota keluarga pada saat konsultasi sebagai tindakan preventif apabila ibu mengalami pendarahan lanjut.
Ceritakan kondisi ibu pada anggota keluarga tersebut agar ia juga dapat menjawab pertanyaan dokter apabila kondisi ibu tidak memungkinkan.
Beritahukan pada dokter sejauh mana pendarahan terjadi. Apakah hanya bercak atau malah pendarahan terjadi cukup banyak? Pastikan juga apakah pendarahan disertai rasa sakit dan kontraksi.
Pencegahan
Sebenarnya, tidak ada cara yang pasti untuk mencegah kondisi plasenta previa. Namun, ada beberapa cara untuk mengurangi risikonya, antara lain:
1. Pemeriksaan rutin selama kehamilan
Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dengan dokter atau bidan dapat membantu mengidentifikasi potensi masalah, termasuk plasenta previa.
Melalui pemeriksaan USG, dokter bisa mendeteksi ada atau tidaknya kondisi plasenta previa dan memantau perkembangan plasenta selama kehamilan.
2. Hindari faktor risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa.
Antara lain adalah: usia ibu di atas 35 tahun, riwayat operasi pada bagian rahim, merokok, mengonsumsi obat terlarang, riwayat keguguran, dan pernah menjalani kelahiran caesar sebelumnya.
Menghindari faktor risiko ini dapat membantu mengurangi peluang terjadinya kondisi ini.
3. Jaga pola makan dan gaya hidup sehat
Selama kehamilan, penting bagi ibu untuk menjaga pola makan yang seimbang dan menghindari konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang.
Mengadopsi gaya hidup sehat dapat membantu menjaga kesehatan plasenta dan mencegah masalah yang mungkin timbul selama kehamilan.
4. Pertahankan berat badan yang sehat
Menjaga berat badan yang sehat selama kehamilan dapat membantu mencegah berbagai masalah kesehatan, termasuk komplikasi terkait plasenta previa.
5. Hindari aktivitas fisik yang berlebihan
Ibu hamil sebaiknya menghindari aktivitas fisik yang berlebihan dan berisiko tinggi selama kehamilan, terutama pada trimester ketiga, untuk mengurangi tekanan pada rahim dan plasenta.
6. Tetap tenang dan positif
Menjaga pikiran yang positif dan menghindari stres yang berlebihan dapat membantu menjaga kesehatan ibu dan janin selama kehamilan.
Selalu konsultasikan dengan dokter atau bidan jika mengalami perdarahan atau gejala lain yang mencurigakan.
Pertanyaan Populer Terkait Plasenta Previa
Berbagai pertanyaan di mesin pencarian mengenai plasenta previa memang cukup banyak dilakukan terutama oleh ibu hamil.
Oleh sebab itu, berikut kami rangkumkan beberapa pertanyaan yang populer terkait kondisi ini. Di antaranya:
Plasenta previa apakah berbahaya?
Jika Bunda mengalami kondisi ini, serviks akan menipis dan terbuka (melebar), pembuluh darah yang menghubungkan plasenta ke rahim dapat robek.
Ini dapat menyebabkan pendarahan hebat selama kehamilan, persalinan, atau dalam beberapa jam pertama setelah melahirkan.
Perdarahan hemoragik tersebut dapat mengancam jiwa ibu dan cedera lahir pada bayi.
Apakah plasenta previa boleh jalan kaki?
Studi menyebutkan, Bunda yang didiagnosis dengan kondisi ini setelah usia kehamilan 28 minggu berisiko mengalami persalinan spontan dan harus menghindari aktivitas fisik sedang hingga kuat.
Namun, para ibu hamil harus mempertahankan aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas intensitas rendah, termasuk berjalan kaki (<500 langkah per hari).
Apa yang tidak boleh dilakukan ibu hamil plasenta previa?
Beberapa hal yang dilarang saat mengalami kondisi ini, termasuk berhubungan seksual yang mengarah ke orgasme, penetrasi vagina atau pemeriksaan vagina, olahraga sedang dan berat, mengangkat beban lebih dari 10 kg, atau berdiri lebih dari 4 jam.
Plasenta previa bolehkah naik motor?
Ibu hamil dengan kondisi ini berisiko mengalami persalinan dini (prematur), perdarahan, dan bahaya kehamilan lainnya.
Untuk itu, Bunda disarankan membatasi bepergian dengan sepeda motor guna menghindari terjadinya komplikasi kehamilan dalam perjalanan.
Plasenta previa terjadi pada usia kehamilan berapa?
Plasenta previa biasanya teridentifikasi pada usia kehamilan 20 minggu saat pemeriksaan rutin. Kadang ditemukan saat seseorang mengalami gejala plasenta previa seperti pendarahan vagina.
Plasenta previa bolehkah diurut?
Pijat urut di sekitar perut ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan pada bayi atau plasentanya. Untuk itu, hindari pijatan atau minta izin dokter terlebih dahulu untuk melakukannya.
Artikel Terkait: Mengenal Plasenta Akreta, Komplikasi Kehamilan yang Perlu Diwaspadai
Demikian ulasan tentang kondisi plasenta previa. Semoga bermanfaat bagi Bunda.
***
Artikel telah diupdate oleh: Fadhila Afifah & Nikita Ferdiaz
Baca juga:
Bagaimanakah Posisi Normal Plasenta Selama Kehamilan? Ini Jawabannya, Parents
Sulit merasakan tendangan janin bisa jadi tanda plasenta anterior, bahayakah?
Waspadai Plasenta Lepas pada Trimester Kedua dan Ketiga
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.