Bunda yang baru pertama kali menjalani kehamilan mungkin masih belum paham betul soal kontraksi. Seperti apa rasanya, ya? Bagaimana pula membedakan berbagai jenis kontraksi yang mungkin dialami?
Bicara soal kontraksi, masih banyak Bunda yang berpikir bahwa ini selalu identik dengan tanda persalinan. Namun nyatanya, kontraksi tidak hanya Bunda alami ketika waktu bersalin, lho.
Dalam beberapa kasus, ibu hamil dengan usia kandungan yang masih muda pun bisa mengalaminya.
Supaya lebih paham, berikut ini jenis-jenis kontraksi selama fase kehamilan yang perlu Bunda ketahui.
Artikel Terkait: Ketahui Kontraksi Jelang Melahirkan, Ciri-ciri hingga Cara Menghadapinya
Jenis Kontraksi Saat Hamil
1. Kontraksi Dini
Kontraksi dini biasanya dirasakan ibu hamil saat trimester pertama. Kondisi seperti ini terjadi karena tubuh sedang dalam proses penyesuaian dengan berbagai perubahan akibat adanya kehamilan.
Jika Bunda merasakan kencang di bagian perut pada usia kehamilan yang masih cukup muda, jangan terlalu khawatir.
Jenis kontraksi tersebut disebabkan oleh meregangnya ligamen di sekitar rahim yang biasanya diikuti oleh perut kembung, sering buang angin, sembelit, dan kekurangan cairan.
Umumnya, kontraksi dini masih tergolong normal. Namun, jika kontraksi disertai dengan bercak, perdarahan, atau sakit perut, Bunda perlu segera menemui dokter untuk memastikan kemungkinan kehamilan ektopik atau kemungkinan keguguran.
2. Kontraksi Palsu atau Braxton Hicks
Memasuki trimester kedua, ibu hamil mungkin mengalami kontraksi palsu, dikenal juga sebagai Braxton Hicks. Kontraksi ini biasanya tidak menyakitkan dan berlangsung selama 30 detik hingga 2 menit.
Kontraksi palsu sering terjadi secara acak atau tidak teratur. Namun, biasanya dapat dipicu oleh berbagai kondisi, seperti olahraga, kelelahan, terlalu banyak berdiri, hingga dehidrasi.
Lalu, apa yang Bunda rasakan saat terjadi kontraksi palsu? Adapun gejalanya meliputi:
- Perut terasa kencang tetapi tidak nyeri
- Kontraksi terpusat pada bagian perut
- Menimbulkan rasa tidak nyaman
- Mulai terasa ketika ibu hamil kelelahan atau kurang minum
Kontraksi palsu juga tidak menyebabkan perubahan pada serviks. Bunda dapat berbaring untuk membantu meredakan kontraksi ini.
3. Kontraksi Prematur
Kontraksi yang teratur sebelum usia kandungan 37 minggu mungkin merupakan tanda persalinan prematur. Misalnya, jika Bunda mengalami kontraksi setiap 10 hingga 12 menit selama lebih dari satu jam.
Selama kontraksi, seluruh area perut biasanya terasa kebas dan kencang. Seiring dengan rahim yang mengencang, Bunda mungkin merasakan:
- Sakit punggung
- Adanya tekanan di panggul dan perut
- Kram
Segera hubungi dokter atau bidan jika Bunda mengalami gejala di atas, ya. Terutama jika disertai dengan perdarahan vagina, diare, atau keluarnya cairan encer (yang mungkin menandakan pecah ketuban).
4. Kontraksi Inersia
Kontraksi inersia disebabkan oleh kelainan fisik ibu, seperti kurang gizi saat hamil, anemia, hepatitis, TBC, dan mioma.
Kontraksi inersia sendiri terdiri dari tingkatan primer dan sekunder. Disebut primer apabila tidak ada kontraksi sama sekali ketika akan bersalin, sedangkan sekunder merupakan kontraksi semula bagus, kuat, dan teratur, tetapi kemudian menghilang begitu saja.
5. Kontraksi Akibat Berhubungan Seksual
Ketika kehamilan berjalan normal dan tanpa komplikasi apa pun, orgasme dengan atau tanpa hubungan seksual sebenarnya tidak meningkatkan risiko persalinan prematur.
Demikian juga, seks selama kehamilan tidak memicu persalinan bahkan saat HPL semakin dekat.
Hanya saja, Bunda mungkin mengalami kontraksi palsu atau bahkan bercak ringan sesudahnya. Kondisi ini akan mereda dalam beberapa jam.
Akan tetapi, jangan diamkan jika disertai dengan gejala yang mengganggu seperti perdarahan, nyeri, keputihan, atau penurunan gerakan janin. Bunda harus segera menghubungi dokter atau bidan apabila mengalami gejala tersebut.
6. Kontraksi Persalinan
Kontraksi persalinan yang sesungguhnya biasanya terasa semakin lama, semakin kuat. Serviks pun semakin terbuka antara 4-10 cm sebagai jalan lahir bayi.
Kontraksi persalinan biasanya berlangsung 3 kali dalam 10 menit, dengan durasi 20 sampai 40 detik. Frekuensinya kemudian meningkat hingga lebih dari 5 kali dalam 10 menit.
Kondisi ini disertai dengan keluarnya lendir bercampur darah, pecahnya ketuban, serta dorongan ingin mengejan. Bunda juga mungkin merasakan mual dan pusing.
Cara mudah untuk mengetahui apakah Bunda benar-benar mengalami kontraksi persalinan adalah dengan melakukan tes sederhana. Berbaring dan letakkan tangan di atas rahim, jika seluruh rahim terasa keras dan kram, itu mungkin kontraksi.
Jika keras di satu tempat dan lunak di tempat lain, kemungkinan itu bukan kontraksi, mungkin hanya bayi yang bergerak.
Saat Bunda telah merasakan gejala kontraksi persalinan, segeralah ke rumah sakit terdekat karena tak lama lagi si kecil akan lahir.
****
Nah, itulah tadi jenis kontraksi selama kehamilan yang mungkin Bunda rasakan. Semoga informasi ini bermanfaat, ya.
Baca juga:
Alami kontraksi hebat saat hamil tua, Rachel Vennya dilarikan ke rumah sakit
Tak hanya kontraksi, ini 9 tanda yang kerap terjadi sebelum melahirkan
Sudah lewati HPL? Coba 9 cara mempercepat kontraksi secara alami ini!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.