Pernahkah Anda penasaran apa fungsi plasenta?
Bagi Bunda yang sudah merasakan atau tengah hamil pastinya menyadari pentingnya plasenta sebagai ujung tombak kehidupan janin.
Plasenta atau kerap disebut ari-ari inilah yang menemani janin selama berada di dalam kandungan.
Bun, plasenta telah terbentuk 2 minggu setelah terjadi pembuahan. Organ yang bobotnya sekitar 500 gram ini yang akan mendukung tumbuh kembang janin dan memastikan ia dalam kondisi baik.
Mengingat bentuknya beragam plasenta bisa saja menempel di bagian atas, belakang, maupun samping rahim.
Artikel terkait: Apa Itu Plasenta? Kenali Fungsinya dan Gangguan yang Bisa Terjadi
Apa Fungsi Plasenta untuk Janin?
Mengutip laman Study, plasenta terbentuk dari jaringan ibu dan embrio yaitu korion.
Sel bernama trofoblas akan membentuk lapisan dan berkembang dalam jumlah banyak ke dinding rahim.
Mereka akhirnya membentuk struktur seperti jari yang disebut vili korionik dikelilingi darah ibu.
Ruangan inilah yang akan melindungi janin dan menutrisi bayi Anda sembilan bulan lamanya.
Mengutip berbagai sumber, ini dia deretan fungsi plasenta untuk janin:
1. Menghasilkan Hormon
Plasenta berfungsi menjadi kelenjar untuk melepaskan seluruh hormon penting untuk membantu tumbuh kembang janin. Bahkan, hormon ini turut berperan ketika bayi menyusui nanti.
Beberapa hormon yang dilepaskan oleh plasenta antara lain Human Chorionic Gonadotropin (hCG), progesteron, estrogen, dan human placental lactogen.
Hormon inilah yang amat dibutuhkan untuk meningkatkan aliran darah, merangsang pertumbuhan rahim dan jaringan payudara, memperkuat lapisan rahim, dan mempercepat metabolisme tubuh ibu hamil.
2. Memberikan Nutrisi Janin
Sepanjang hamil, asupan gizi yang dikonsumsi ibu akan mengalir juga ke bayi.
Saat makan, tubuh memecah makanan dan protein lalu masuk ke aliran darah. Nutrisi ini yang ikut dialirkan ke janin oleh plasenta. Proses ini berlangsung ketika usia kehamilan 2 bulan.
Proses ini berjalan melalui tali pusar yang terhubung ke bayi, lalu ditransfer langsung ke janin. Mengingat asupan ini sangat penting bagi bayi, ibu hamil wajib mengonsumsi asupan sehat dan bergizi selama kehamilan berjalan.
Artikel terkait: Mengalami Plasenta Akreta, Alice Norin Perdarahan Hebat dan Hampir Angkat Rahim
3. Memasok Oksigen
Fungsi plasenta bagi janin yang tak kalah krusial adalah memasok kebutuhan oksigen bayi. Jika tubuh Anda menyediakan oksigen ke seluruh organ tubuh, maka oksigen bayi dikirimkan melalui plasenta.
Plasenta akan mentransfer oksigen yang diperlukan bayi ke tali pusar untuk dialirkan ke aliran darah bayi.
4. Menyaring Zat Berbahaya
Plasenta juga berperan layaknya ginjal mini, yakni menyaring darah berikut zat berbahaya dan limbah yang akan membahayakan janin.
Sebut saja karbondioksida yang seterusnya dilanjutkan aliran darah dan dibuang oleh sistem tubuh ibu.
5. Melindungi Bayi dari Infeksi
Dalam tumbuh kembangnya, janin sangat mungkin terkena infeksi. Sebelum bayi dilahirkan inilah, ia akan mendapatkan antibodi perdananya melalui plasenta.
Antibodi ini nantinya akan membantu memberikan perlindungan sistem kekebalan tubuh untuk awal kehidupan bayi.
Pada beberapa situasi, plasenta dapat membantu melindungi janin dari infeksi saat berada di dalam rahim.
Apabila ibu hamil memiliki infeksi bakteri, plasenta membantu melindungi bayi dari infeksi bakteri tersebut.
Namun dalam beberapa kasus infeksi virus yang serius, plasenta mungkin tidak bisa memberikan perlindungan yang efektif.
Artikel terkait: Penyebab Hasil USG Janin 6 Minggu Belum Terlihat, Apa Saja yang Perlu Diwaspadai?
6. Membantu Produksi Hormon Steroid
Selain fungsi di atas, plasenta membantu memproduksi hormon steroid dan peptida. Dua hormon ini membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi (endokrin).
7. Menghasilkan Enzim
Plasenta juga membantu menghasilkan enzim yang berbeda seperti diamina oksidase dan oksitosinase (enzimatik).
Artikel terkait: Jangan Panik Dulu, Ini Penyebab Detak Jantung Janin Belum Terdengar saat Hamil 12 Minggu
Apa Saja Jenis Gangguan yang Mungkin Terjadi pada Plasenta?
Masalah dengan plasenta bisa berbahaya bagi Bunda dan janin di dalam kandungan. Beberapa komplikasi plasenta yang patut diwaspadai antara lain:
1. Solusio Plasenta
Solusio plasenta terjadi jika plasenta terlepas dari dinding bagian dalam rahim sebelum melahirkan – baik sebagian atau seluruhnya.
Kondisi ini dapat menghilangkan oksigen dan nutrisi bayi, dan menyebabkan Bunda mengalami pendarahan hebat. Solusio plasenta dapat mengakibatkan situasi darurat yang membutuhkan persalinan prematur.
2. Plasenta Previa
Kondisi ini terjadi ketika plasenta sebagian atau seluruhnya menutupi serviks atau saluran keluar rahim.
Plasenta previa lebih sering terjadi pada awal kehamilan dan dapat hilang seiring pertumbuhan rahim.
Plasenta previa dapat menyebabkan perdarahan vagina yang parah selama kehamilan atau persalinan.
Penanganan kondisi ini tergantung pada jumlah perdarahan, apakah perdarahan berhenti atau tidak, usia kehamilan Bunda, posisi plasenta, serta kesehatan Bunda dan janin.
Jika plasenta previa tetap ada di akhir trimester ketiga, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi caesar.
3. Plasenta Akreta
Plasenta akreta dialami jika plasenta terlepas dari dinding rahim setelah melahirkan.
Dengan kondisi plasenta akreta, sebagian atau seluruh plasenta tetap melekat kuat pada rahim.
Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah dan bagian plasenta lainnya tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim.
Ini dapat menyebabkan kehilangan darah yang parah selama persalinan.
Dalam kasus yang agresif, plasenta menyerang otot rahim atau tumbuh melalui dinding rahim.
Kemungkinan dokter akan merekomendasikan operasi caesar diikuti dengan pengangkatan rahim.
4. Plasenta Inkreta
Plasenta inkreta adalah salah satu masalah plasenta di mana plasenta menempel terlalu dalam ke dinding otot rahim.
Lebih spesifik, perlekatan plasenta lebih dalam (derajat 2) ke dalam dinding rahim. Bahkan hampir sepenuhnya ditembus tetapi masih gagal menempel pada otot.
Bila tidak diatasi, ibu hamil mungkin akan mengalami pendarahan parah, tidak bisa melahirkan pervaginam, keguguran, bahkan pengangkatan rahim (histerektomi).
5. Retensio Plasenta
Jika plasenta tidak keluar dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, hal itu disebut retensio plasenta.
Retensio plasenta dapat terjadi karena plasenta terperangkap di belakang serviks yang tertutup sebagian atau karena plasenta masih menempel di dinding rahim.
Jika tidak diobati, retensio plasenta dapat menyebabkan infeksi parah atau kehilangan darah yang mengancam jiwa.
6. Pengapuran Plasenta
Pengapuran plasenta adalah penuaan plasenta yang terjadi ketika adanya penumpukan kalsium sehingga plasenta lama kelamaan akan mengeras.
Kondisi ini dapat menyebabkan terhambatnya oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin.
Perdarahan vagina adalah tanda paling umum bahwa ada masalah dengan plasenta.
Tidak semua orang mengalami pendarahan, jadi penting untuk mendiskusikan gejala kehamilan dengan dokter.
Gejala seperti sakit perut atau kontraksi juga bisa menandakan adanya masalah dengan plasenta.
Dalam beberapa kasus, janin yang ukurannya terlalu kecil juga menunjukkan adanya masalah dengan plasenta.
Artikel terkait: Proses Melahirkan Normal, dari Pembukaan hingga Pengeluaran Plasenta
Mungkinkah Plasenta Mengalami Masalah?
Jawabannya adalah ya, ada saja masalah yang dapat menimpa plasenta.
Kondisi ini ditandai aneka gejala antara lain muncul perdarahan vagina, nyeri perut dan punggung, dan timbul kontraksi.
Melansir Mayo Clinic, terdapat faktor risiko yang memperbesar kemungkinan ini terjadi, yakni:
- Usia. Beberapa masalah plasenta lebih sering terjadi pada perempuan yang hamil saat usianya lebih dari 40 tahun.
- Kantung ketuban pecah lebih dulu sebelum melahirkan
- Tekanan darah tinggi dapat memengaruhi plasenta
- Kehamilan kembar atau kehamilan ganda lainnya. Jika Anda hamil lebih dari satu bayi, Anda berisiko lebih tinggi mengalami masalah plasenta tertentu.
- Gangguan pembekuan darah
- Riwayat operasi. Bila ibu pernah menjalani operasi rahim sebelumnya misalnya operasi caesar atau prosedur menghilangkan fibroid, maka risiko masalah plasenta lebih tinggi.
- Masalah plasenta sebelumnya. Jika Anda memiliki masalah plasenta pada kehamilan sebelumnya, Anda berisiko lebih tinggi untuk mengalaminya lagi.
- Ibu hamil yang merokok atau menggunakan narkotika
- Trauma perut. Trauma pada perut Anda – seperti jatuh, kecelakaan mobil atau terbentur meningkatkan risiko plasenta terpisah secara prematur dari rahim (solusio plasenta).
Pertanyaan Populer yang Sering Ditanyakan Terkait Fungsi Plasenta