Beberapa masalah plasenta kerap terjadi pada ibu hamil, salah satunya pengapuran plasenta. Organ satu ini memiliki peran penting untuk mengalirkan oksigen, zat gizi dari ibu, juga sebagai organ untuk membuang limbah dari tubuh bayi.
Dokter Diyah Metta Ningrum, Sp.OG., Spesialis Kebidanan Kandungan RS EMC Cikarang mengimbau agar Bunda waspada akan masalah pada plasenta ini, juga perlu mengetahui apa itu pengapuran plasenta dan bagaimana risiko serta penanganannya.
Apa yang Terjadi Jika Plasenta Tidak Berfungsi dengan Baik?
Menurut Mayo Clinic, plasenta adalah organ penting untuk kehamilan dan pertumbuhan janin. Ini memberikan oksigen dan nutrisi untuk bayi, sekaligus membuang kotoran dari darah bayi. Berbagai masalah dapat memengaruhi kesehatan plasenta seperti solusio plasenta, plasenta previa, plasenta akreta, dan lainnya.
Ketika plasenta tidak dalam kondisi terbaiknya atau bekerja dengan kapasitas penuh, itu dapat mengganggu pertumbuhan bayi. Plasenta adalah jembatan antara Anda dan si kecil. Jadi, ketika terganggu dengan cara apapun, mungkin ada masalah dengan perkembangan bayi.
Kebutuhan utama seperti oksigen dan nutrisi lainnya akan terhambat ketika plasenta Anda terganggu. Ini disebut pembatasan pertumbuhan intrauterin (IUGR). Ketika ini terjadi, risiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan Anda meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan yang buruk untuk bayi, serta persalinan yang sulit dan rumit. Si kecil juga dapat menunjukkan tanda-tanda stres janin, seperti fungsi jantung yang buruk.
Artikel terkait: Waspadai Plasenta Akreta, Kondisi yang Bisa Membahayakan Ibu dan Janin
Apa Itu Pengapuran Plasenta?
Pengapuran plasenta merupakan proses penuaan plasenta yang terjadi karena endapan kalsium yang menumpuk di plasenta. Seiring berjalannya waktu, plasenta memang mengalami kematangan hingga akhirnya terjadi pengapuran. Selain itu, pengapuran yang terjadi sebelum minggu ke-37 akan menimbulkan komplikasi yang membahayakan janin.
Komplikasi seperti terhambatnya pertumbuhan janin dan gawat janin, bisa empat kali lebih mungkin terjadi pada kasus pengapuran plasenta. Bagaimana pengapuran plasenta menyebabkan komplikasi kesehatan yang begitu serius? Sebab, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan aliran darah di plasenta dan mengganggu sirkulasi dan pertumbuhan janin.
Usia pengapuran plasenta sendiri oleh para ahli diklasifikasikan menjadi 3 grade sejak awal kehamilan, yakni :
- Grade I: antara minggu ke 31-32 kehamilan
Pada usia kehamilan ini, pengapuran plasenta yang bisa terjadi disebut juga early preterm placental calcification yang dikaitkan dengan banyak risiko. Para ahli mengungkapkan bahwa pengapuran plasenta yang terjadi sebelum minggu ke 32 kehamilan bisa berpengaruh pada berat bayi lahir rendah. Biasanya bayi akan mengalami skor Apgar yang rendah dan kelahiran mati.
- Grade II: antara minggu ke 36-37 kehamilan
- Grade III: antara minggu ke 38 kehamilan
Di usia ini, plasenta dianggap mengalami pengapuran sempurna yang bisa terlihat lebih jelas dibandingkan usia lainnya. Karena usianya sudah di atas 37 minggu, kondisi grade II dan grade III ini dianggap lebih aman dan wajar, namun tetap memerlukan pemeriksaan dokter.
Artikel terkait: Cara mengubur ari-ari dengan benar, panduan bagi para Ayah
Apakah Pengapuran Plasenta Normal Terjadi?
Normal atau tidaknya kondisi ini tergantung kapan terjadinya. Secara historis, plasenta yang mengalami pengapuran hanya bisa didiagnosis setelah persalinan. Ini dianggap sebagai kondisi alami dan tidak mengancam kehamilan dan bayi.
Namun, kemajuan teknologi sekarang memungkinkan diagnosis lebih awal. Jika diamati sebelum minggu ke-36 kehamilan, itu bisa menjadi tanda plasenta mengalami masalah. Artinya dapat menyebabkan komplikasi fisiologis, seperti pertumbuhan janin yang terhambat.
Penyebab Pengapuran Plasenta
Plasenta Anda secara alami mulai mengapur sebagai bagian dari proses penuaan fisiologisnya. Lebih dari 50 persen plasenta mengembangkan beberapa derajat pengapuran pada waktu penuh. Sedangkan, pengapuran plasenta yang terjadi sebelum usia 36 minggu, berkisar dari 3,8 persen menjadi 23,7 persen. Studi menunjukkan bahwa kemungkinan penyebab mengembangkan plasenta yang mengalami pengapuran dini meliputi:
● Merokok
● Hipertensi akibat kehamilan
● Solusio plasenta (ketika plasenta terlepas dari dinding rahim)
● Bakteri tertentu di plasenta
● Faktor lingkungan termasuk paparan radiasi atau suara frekuensi rendah
● Reaksi terhadap obat-obatan (antasida) atau suplemen vitamin (kelebihan kalsium)
● Stres prenatal juga dapat meningkatkan risiko kalsifikasi plasenta
Gejala Pengapuran Plasenta
Jika Anda memiliki plasenta yang terkalsifikasi, Anda mungkin tidak akan melihat gejala fisik apapun pada kehamilan Anda. Salah satu gejala paling umum yang digambarkan oleh perempuan dengan kondisi ini adalah jika bayi mereka lebih sedikit bergerak atau kurang dari biasanya atau berhenti bergerak sama sekali, meskipun mereka hampir cukup bulan. Perempuan dengan pengapuran plasenta biasanya akan memperhatikan bahwa bayi mereka tampaknya kurang bergerak ketika mereka bangun di pagi hari.
Jika setelah bangun dan bergerak, Anda melihat bayi Anda masih tidak bergerak atau bergerak jauh lebih sedikit dari biasanya, segera hubungi dokter atau bidan Anda. Ingatlah untuk selalu memercayai naluri dan intuisi keibuan Anda. Tidak ada salahnya menghubungi dokter Anda jika Anda memiliki kekhawatiran.
Beberapa gejala lain yang harus diwaspadai oleh ibu hamil, antara lain:
- Perdarahan hebat atau postpartum haemorrhage saat usia kehamilan 32 minggu atau kurang.
- Kontraksi rahim
- Mengalami abruptio plasenta atau lepasnya plasenta sebelum waktunya.
- Mengalami plasenta previa, yaitu kondisi sebagian atau seluruh plasenta menutupi mulut rahim.
- Beberapa ibu mengalami preeklampsia.
- Mengalami beberapa kondisi kehamilan berisiko, seperti tekanan darah tinggi dan sebagainya.
- nyeri di perut atau punggung bawah
- Ukuran perut tidak membesar seperti seharusnya
Semua gejala ini dapat mengindikasikan komplikasi serius lainnya pada kehamilan Anda, jadi hubungi dokter jika Anda mengalaminya.
Komplikasi pada Kondisi Pengapuran Plasenta
Ada risiko komplikasi yang lebih besar dari pengapuran plasenta ketika Anda belum cukup bulan, terutama pada usia kehamiln 36 minggu atau sebelum itu. Jika dokter mendeteksi pengapuran plasenta dini, dokter mungkin akan memantau bayi lebih dekat untuk memastikan mereka mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi. Semakin dini pengapuran plasenta dimulai, semakin besar kemungkinan risiko pada bayi dan kelahiran prematur.
Jika dokter menemukan pengapuran yang signifikan, mereka mungkin merekomendasikan operasi caesar atau menginduksi persalinan untuk mengurangi risiko komplikasi berikut:
● Kelahiran prematur
● Berat badan lahir rendah
● Skor Apgar rendah
● Perdarahan postpartum
● Solusio plasenta
● Gangguan janin
● Kelahiran mati
Plasenta adalah organ vital selama kehamilan, jadi memiliki plasenta yang terkalsifikasi dalam kehamilan bisa berbahaya bagi Anda dan bayi Anda jika terjadi beberapa minggu sebelum tanggal kelahiran Anda.
Dampaknya pada Janin
Pengapuran plasenta dini dapat menimbulkan beberapa komplikasi bagi ibu dan bayi. Karena ini adalah suatu kondisi di mana endapan kalsium terbentuk di plasenta dan menghalangi aliran oksigen dan nutrisi ke janin, itu dapat disebut sebagai kondisi yang berbahaya.
Kondisi ini menyebabkan bayi tidak menerima jumlah nutrisi atau oksigen yang dibutuhkan, ia harus dilahirkan prematur, yang mengakibatkan berat badan lahir rendah. Karena proses pengapuran, beberapa bagian plasenta menjadi mati dan tidak berfungsi secara normal. Obstruksi oksigen juga dapat merusak otak bayi dan berakibat fatal.
Diagnosis Pengapuran Plasenta
Karena gejala fisiknya samar, gejala yang jelas dari kalsifikasi plasenta biasanya hanya terdeteksi selama USG rutin atau sonogram. Jika dokter melihat tanda-tanda pengapuran pada plasenta Anda, mereka mungkin memerintahkan pemindaian baru untuk menentukan tingkat keparahan dan mengidentifikasi apakah itu berdampak negatif pada kesehatan bayi Anda atau tidak.
Kondisi Ibu Hamil yang Rentan
Kondisi ini sebetulnya bisa terjadi pada siapa saja. Namun mengingat dampaknya yang berbahaya bila terjadi sebelum minggu ke 37, ibu hamil wajib mewaspadai beberapa kondisi yang lebih rentan dialaminya. Beberapa kondisi tersebut antara lain:
- Ibu hamil dengan kondisi hipertensi
- Mengalami diabetes gestasional
- Mengidap anemia
- Ibu dengan kehamilan pertama
- Hamil di usia yang masih sangat muda
- Kebiasaan merokok selama kehamilan
Artikel terkait: Waspadai Preeklampsia Pada Kehamilan
Penanganan
Bagi sebagian besar ibu hamil yang didiagnosis dengan pengapuran pada awal kehamilan, tindakan yang dilakukan hanyalah memantau kesehatan Anda dan pertumbuhan bayi dengan sangat cermat.
Jika Anda memiliki kondisi berisiko tinggi lainnya, seperti preeklamsia, dokter dapat merekomendasikan intervensi medis yang lebih mendesak. Ini bisa termasuk operasi caesar jika pengapuran signifikan ditemukan relatif dekat dengan tanggal perkiraan Anda.
Jadi, jika plasenta telah mengalami degenerasi secara signifikan (digambarkan sebagai plasenta grade-III), dokter mungkin menyarankan Anda diinduksi atau melahirkan melalui operasi caesar untuk menghindari hal berikut:
● Kelahiran prematur
● Berat badan lahir rendah
● Skor Apgar rendah
● Perdarahan postpartum
● Solusio plasenta
● Gangguan janin
● Kelahiran mati
Tapi, sekali lagi, kondisi ini jarang terjadi dibandingkan dengan memantau kehamilan.
Pencegahan
Karena lebih sering disebabkan oleh beberapa kondisi kehamilan berisiko tinggi, setiap ibu hamil sebaiknya memang sebisa mungkin memperkecil risikonya.
Selain itu, memerhatikan asupan makanan bisa menjadi hal yang penting sebagai upaya pencegahannya. Konsumsi makanan mengandung vitamin E, vitamin C, dan beta karoten juga bisa mencegah kondisi ini.
Usia kehamilan Bunda juga menjadi faktor yang penting untuk mencegah kondisi ini. Sebaiknya, hindari usia terlalu dini untuk menjalani program kehamilan, hingga usia yang cukup matang.
Beberapa cara lain untuk mencegah pengapuran plasenta adalah sebagai berikut:
Saat Anda hamil, ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mencegah pengapuran plasenta prematur:
- Hindari merokok dan perokok pasif, karena hal ini dapat meningkatkan risiko pengapuran plasenta.
- Risiko yang terkait dengan pengapuran plasenta lebih tinggi jika Anda juga mengalami hipertensi prenatal, diabetes, atau anemia, jadi pastikan untuk mengobati kondisi tersebut sesuai dengan saran dari dokter.
- Diet sehat yang kaya antioksidan juga dapat mengurangi risiko pengembangan kalsifikasi plasenta prematur.
Plasenta adalah organ ajaib yang membantu memberi kehidupan bagi bayi Anda yang sedang tumbuh. Ini bertanggung jawab untuk fungsi pernapasan, nutrisi, ekskresi, endokrin, dan imunologis.
Saat Anda mendekati waktu kelahiran atau lebih dari 36 minggu, mengalami pengapuran plasenta adalah hal yang normal dari kehamilan yang sehat. Bicaralah dengan dokter jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan pengapuran plasenta atau jika Anda mengalami gejalanya beberapa minggu sebelum tanggal perkiraan lahir.
***
Artikel telah diupdate oleh: Fadhila Afifah
Direview oleh:
dr. Diyah Metta Ningrum, Sp.OG
Dokter Spesialis Kebidanan Kandungan
RS EMC Cikarang
Baca Juga :
Mengenal Ruptured Plasenta atau Plasenta Lepas
Bagaimanakah posisi normal plasenta selama kehamilan?
Sulit merasakan tendangan janin bisa jadi tanda plasenta anterior, bahayakah?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.