Normalnya, esofagus (kerongkongan) dan trakea (tenggorokan) seseorang terpisah. Namun ada satu kondisi yang dapat menyebab keduanya terhubung yang disebut dengan istilah tracheoesophageal fistula.
Ini merupakan salah satu cacat lahir yang bisa terjadi pada janin yang sedang berkembang dalam rahim. Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, bayi dapat mengalami berbagai kondisi lainnya termasuk pneumonia.
Artikel Terkait: Bunda, hindari 6 hal ini untuk mencegah bayi lahir cacat
Definisi Tracheoesophageal Fistula
Dikutip dari Cleveland Clinic, tracheoesophageal fistula (TEF) adalah hubungan abnormal antara kerongkongan dan trakea. Kondisi ini seringkali bersifat bawaan, yang berarti terjadi selama janin berkembang di dalam rahim.
Meski demikian, tidak menutup kemungkinan TEF juga dapat diperoleh di masa dewasa. Pemicunya adalah karena seseorang mengalami kanker, infeksi atau trauma. Perlu dilakukan prosedur operasi untuk menutup fistula.
Ketika bayi dengan tracheoesophageal fistula menelan, cairan dapat melewati hubungan abnormal antara esofagus dan trakea. Jika ini terjadi, cairan masuk ke paru-paru bayi dan dapat menyebabkan pneumonia dan masalah lainnya.
Tracheoesophageal fistula biasanya terjadi dengan kondisi terkait yang disebut atresia esofagus (EA). Dengan atresia esofagus, kerongkongan tidak terbentuk dengan baik saat janin berkembang sebelum lahir dan menghasilkan dua segmen. Satu bagian yang menghubungkan ke tenggorokan, dan bagian lain yang menghubungkan ke perut. Namun, kedua segmen ini tidak terhubung satu sama lain.
Gejala Tracheoesophageal Fistula
Gejala tracheoesophageal fistula pada bayi tergantung pada apakah ia juga memiliki atresia esofagus atau tidak. Bayi yang terlahir dengan kondisi TEF dan bukan EA biasanya tidak menunjukkan gejala saat lahir. Namun seiring berjalannya waktu, bayi mungkin saja menunjukkan tanda-tanda berikut:
- Sering mengalami infeksi paru-paru
- Batuk saat menyusui
Bayi yang mengalami atresia esofagus dengan tracheoesophageal fistula biasanya menunjukkan gejala sesaat setelah ia lahir. Gejala yang paling umum meliputi:
- Batuk
- Tersedak saat mencoba menelan
- Masalah pernapasan
- Berbusa, muncul gelembung putih di mulut
- Muntah
- Warna kulit biru (sianosis), terutama saat bayi menyusu
- Sulit bernapas
- Perut sangat bulat dan penuh
Gejala tracheoesophageal fistula atau atresia esofagus mungkin menyerupai kondisi atau masalah medis lain. Penting untuk berbicara dengan tim medis anak Anda untuk menerima diagnosis yang tepat.
Artikel Terkait: Penelitian: asam folat bukan satu-satunya yang bisa mencegah cacat lahir pada bayi
Penyebab Tracheoesophageal Fistula
Saat janin tumbuh dan berkembang di rahim ibu, trakea dan kerongkongan mulai berkembang sebagai satu tabung tunggal. Pada sekitar empat sampai delapan minggu setelah pembuahan, sebuah dinding terbentuk antara kerongkongan janin dan trakea untuk memisahkan mereka menjadi dua tabung yang berbeda.
Terbentuknya dinding inilah yang menjadi titik krusial penyebab terjadinya kondisi anomali ini. Jika dinding tersebut tidak terbentuk dengan sempurna, berbagai keadaan abnormal bisa terjadi pada bayi, termasuk tracheoesophageal fistula.
Meskipun TEF primer sudah diperbaiki, ada kemungkinan TEF akan kembali lagi (TEF berulang). Terkadang penyebabnya adalah infeksi saat operasi yang merusak trakea.
Setelah TEF berulang, peningkatan tekanan esofagus memaksa cairan masuk ke saluran napas selama menelan. Akhirnya TEF dilapisi dengan mukosa dan menjadi permanen.
Angka Kejadian
Kejadian ini bisa terbilang cukup langka. Dikutip dari Children’s National, tracheoesophageal fistula adalah cacat lahir, yang terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Ini terjadi saat janin terbentuk di dalam rahim ibunya.
Faktor Risiko
Baik TEF maupun EA diyakini bukan merupakan penyakit keturunan. Namun, terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko seorang bayi mengalaminya. Biasanya ketika mereka juga memiliki cacat lahir lainnya, seperti:
- Trisomi 13, 18, atau 21
- Masalah saluran pencernaan lainnya (seperti hernia diafragma, atresia duodenum, atau anus imperforata)
- Masalah jantung (seperti defek septum ventrikel, tetralogi Fallot, atau patent ductus arteriosus)
- Masalah ginjal dan saluran kemih (seperti tapal kuda atau ginjal polikistik, tidak ada ginjal, atau hipospadia)
- Masalah otot atau tulang
- Sindrom VACTERL (yang melibatkan kelainan Vertebral, Anal, Cardiac, TE, Renal, dan Limb)
Sekitar setengah dari semua bayi dengan tracheoesophageal fistula atau atresia esofagus juga memiliki cacat lahir lain.
Diagnosis
Dalam kasus yang jarang terjadi, penyedia layanan kesehatan Anda mungkin mencurigai adanya tracheoesophageal fistula sebelum bayi Anda lahir. Ini dinilai dari kelainan yang terlihat saat melakukan USG.
Namun, pada kebanyakan kasus, tim medis Anda baru mencurigai TEF beberapa jam setelah bayi Anda lahir. Misalnya ketika bayi Anda memiliki lendir yang berlebihan, kesulitan bernapas, atau tidak dapat menelan. Untuk mengkonfirmasi diagnosis TEF atau EA, penyedia layanan kesehatan Anda mungkin akan melakukan rontgen dada dan perut bayi. Selanjutnya, dokter juga dapat merekomendasikan tes seperti:
- Studi pencitraan, seperti sinar-x
- Endoskopi atau bronkoskopi, yang merupakan teknik untuk melihat bagian dalam saluran udara anak menggunakan tabung tipis yang dilengkapi dengan lampu kecil dan kamera
Jika bayi Anda didiagnosis dengan TEF atau EA, dokter mungkin akan memesan tes tambahan untuk mengidentifikasi atau mengesampingkan kondisi bawaan lainnya.
TEF mungkin datang dan pergi, sehingga sulit untuk didiagnosis. Prosedur yang tercantum di atas biasanya akan menjadi langkah pertama untuk mendapatkan diagnosis yang benar.
Artikel Terkait: Air ketuban sedikit saat hamil, waspadai bayi alami cacat lahir
Penanganan dan Perawatan
Ketika bayi Anda sudah didiagnosis tracheoesophageal fistula atau atresia esofagus, selanjutnya dokter Anda mungkin akan menyarankan operasi untuk menanganinya. Jenis pembedahan yang akan dilakukan tergantung pada hal-hal berikut:
- Jenis kelainan
- Kesehatan bayi dan riwayat medis secara keseluruhan
- Pendapat ahli bedah dan penyedia layanan kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan bayi
- Harapan terhadap tindakan yang dilakukan
- Pendapat dan preferensi orang tua
Ketika TEF diperbaiki, hubungan antara kerongkongan dan trakea ditutup dalam operasi. Perbaikan atresia esofagus tergantung pada seberapa dekat kedua bagian esofagus satu sama lain.
Terkadang atresia esofagus membutuhkan lebih dari satu operasi. Ahli bedah yang menangani buah hati Anda kemudian akan memutuskan kapan waktu yang terbaik untuk melakukan operasi berdasarkan kondisi bayi Anda dan jenis masalahnya.
Perbaikan atresia esofagus atau tracheoesophageal fistula dengan atresia esofagus dapat dilakukan dengan pendekatan bedah terbuka (torakotomi) atau invasif. Tergantung pada panjang celah antara bagian atas dan bawah dari esofagus yang terputus dan pengalaman ahli bedah anak, esofagus dapat dihubungkan kembali menggunakan pendekatan invasif minimal dalam banyak kasus.
Dalam beberapa kasus, satu prosedur saja tidak cukup. Beberapa prosedur diperlukan untuk menghubungkan segmen esofagus bagian atas dan bawah.
Kemungkinan Komplikasi
Setelah anak mendapatkan tindakan pembedahan, Parents mungkin khawatir akan munculnya komplikasi saat ia bertumbuh dewasa. Faktanya, beberapa anak yang terlahir dengan atresia esofagus berpotensi untuk mengalami masalah jangka panjang.
Kesulitan Menelan
Beberapa anak akan memiliki kesulitan dalam menelan makanan dan cairan. Hal ini mungkin saja terjadi akibat adanya masalah dengan pergerakan normal makanan dan cairan ke kerongkongan (peristaltik).
Pneumonia
Jika tracheoesophageal fistula pada bayi Anda tidak segera diatasi, maka bisa terjadi komplikasi dalam tubuhnya. Ketika ia menelan, cairan dapat melewati hubungan abnormal antara esofagus dan trakea. Ini dapat menyebabkan cairan masuk ke dalam paru-paru bayi dan menyebabkan pneumonia.
Jaringan Parut Pasca Pembedahan
Jaringan parut mungkin muncul di kerongkongan setelah operasi. Ini dapat menghalangi jalannya makanan. Terkadang, kerongkongan yang menyempit dapat melebar dengan prosedur khusus yang dilakukan saat anak dibius total. Dalam kasus lain, operasi lain mungkin diperlukan untuk membuka kerongkongan sehingga makanan dapat masuk ke perut dengan benar.
GERD
Sekitar setengah dari anak-anak yang telah diperbaiki atresia esofagusnya akan memiliki masalah dengan GERD, atau penyakit refluks gastrointestinal. GERD menyebabkan asam naik ke kerongkongan dari lambung.
Ketika asam bergerak dari lambung ke kerongkongan, itu menyebabkan rasa terbakar atau nyeri yang dikenal sebagai heartburn. GERD biasanya dapat diobati dengan obat-obatan atau dengan prosedur antirefluks bedah invasif minimal yang dikenal sebagai fundoplikasi.
Pencegahan
Tracheoesophageal fistula merupakan keadaan bawaan yang terjadi sejak janin berkembang di dalam rahim. Karenanya, tidak ada cara untuk mencegah ini terjadi.
Bahkan pada orang dewasa, TEF disebabkan oleh kanker dan infeksi. Sehingga sama dengan kondisi yang terjadi pada bayi, tidak ada cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko Anda ataupun buah hati Anda dari kondisi tersebut.
Tracheoesophageal fistula bisa terjadi pada siapa saja, terutama pada bayi yang baru lahir. Tetap jaga pola hidup sehat agar Bunda dan si kecil sehat selalu.
Semoga artikel ini bermanfaat.
***
Baca Juga:
5 Cacat lahir pada bayi yang sering terjadi di Indonesia
Waspadai Spina Bifida, Cacat Lahir pada Tulang Belakang Bayi
Edwards Syndrome, Kelainan Genetis yang Menyebabkan Bayi Cacat Lahir atau Stillborn
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.