Parents, waspada dengan berbagai kelainan bawaan yang bisa terjadi pada bayi baru lahir. Salah satu di antaranya yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan serius hingga kematian jika tidak ditangani segera adalah atresia esofagus.
Cacat lahir atau kelainan kongenital memang tidak bisa 100% dicegah, tetapi dengan diagnosis dan perawatan tepat yang dilakukan sedini mungkin dapat menyelamatkan jiwa anak dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Apa itu atresia esofagus? Berikut adalah ulasannya yang perlu Parents ketahui.
Artikel terkait: Mengenal Sindrom Horner, Kelainan Mata yang Bisa Muncul Sejak Bayi Lahir
Apa Itu Atresia Esofagus?
Sumber: Freepik
Atresia esofagus adalah cacat lahir di mana seorang bayi lahir tanpa esofagus. Alih-alih berbentuk tabung antara mulut dan lambung, kerongkongan mereka tumbuh dalam dua segmen terpisah yang tidak terhubung.
Mengutip dari Cleveland Clinic, dalam sistem pencernaan kita ada bagian yang disebut dengan esofagus atau kerongkongan.
Esofagus merupakan sebuah saluran yang fungsi utamanya membawa makanan dan cairan dari mulut ke lambung. Esofagus terletak di tengah dada, di area yang disebut mediastinum yang terletak di belakang tenggorokan (trakea) dan di depan tulang belakang.
Kerongkongan memiliki dua ujung yang dapat terbuka. Pada pembukaan kerongkongan bagian atas, ada otot berbentuk cincin yang disebut sfingter esofagus bagian atas.
Sfingter esofagus bagian atas dapat ‘merasakan’ ketika ada makanan atau cairan datang ke arahnya. Saat mendapat sinyal, sfingter akan menjadi rileks atau terbuka sehingga makanan bisa masuk ke kerongkongan. Namun, jika tidak ada makanan atau cairan ia akan tetap tertutup dengan rapat.
Sementara itu, pada pembukaan kerongkongan bagian bawah, ada otot berbentuk cincin lain yang disebut sfingter esofagus bagian bawah. Seperti sfingter esofagus bagian atas, bagian ini juga dapat ‘merasakan’ datangnya makanan dan cairan. Saat makanan dan minuman datang otot ini pun menjadi rileks dan membiarkan makanan masuk ke dalam perut.
Ketika tidak ada makanan atau cairan yang masuk, sfingter esofagus bawah akan tetap tertutup untuk mencegah asam lambung dan cairan pencernaan masuk atau naik ke kerongkongan.
Atresia esofagus ini dapat menyebabkan tersedak dan masalah pernapasan. Kondisi ini juga mencegah semua makanan mencapai perut setelah menelan.
Kondisi ini juga sering terjadi bersamaan dengan masalah kesehatan lainnya yang disebut fistula trakeoesofageal. Mereka yang mengidap fistula trakeoesofageal kerongkongannya terhubung ke trakea (tenggorokan) alih-alih ke perut.
Artikel Terkait: 5 Cacat Lahir pada Bayi yang Sering Terjadi di Indonesia
Seperti Apa Tanda dan Ciri Atresia Esofagus pada Bayi Baru Lahir?
Tanda-tanda pertama atresia esofagus biasanya terlihat jelas segera setelah lahir. Gejala yang paling umum adalah:
- Adanya gelembung putih berbusa di mulut bayi
- Batuk atau tersedak saat menyusu
- Warna kulit biru, terutama saat menyusu
- Sulit bernapas
Artikel terkait: Hindari 6 Hal Ini untuk Mencegah Bayi Lahir Cacat, Bumil Wajib Tahu!
Apa Saja Jenis dan Karakteristik Atresia Esofagus?
Dilansir dari situs resmi Centers of Disease Control and Prevention, ada empat jenis atresia esofagus berdasarkan karakteristiknya.
1. Tipe A
Bagian atas dan bawah kerongkongan tidak terhubung dan memiliki ujung yang tertutup. Pada tipe ini, tidak ada bagian kerongkongan yang menempel pada trakea
2. Tipe B
Merupakan jenis yang langka. Pada tipe ini bagian atas esofagus menempel pada trakea, tetapi bagian bawahnya memiliki ujung yang tertutup.
3. Tipe C
Adalah jenis yang paling umum. Pada jenis ini bagian atas esofagus memiliki ujung yang tertutup dan bagian bawah esofagus menempel pada trakea.
4. Tipe D
Pada tipe ini bagian atas dan bawah kerongkongan tidak terhubung satu sama lain, tetapi masing-masing terhubung secara terpisah ke trakea. Ini adalah jenis yang paling langka dan paling parah.
Apa Penyebab Atresia Esofagus?
Penyebab pasti atresia esofagus pada sebagian besar bayi masih belum diketahui. Kondisi ini terjadi selama perkembangan bayi sebelum lahir di dalam kandungan. Mutasi (perubahan) pada gen dapat menyebabkan kerongkongan atau esofagus berkembang secara tidak normal.
Hampir setengah dari semua bayi yang lahir dengan kondisi ini memiliki satu atau lebih cacat kongenital lainnya, seperti masalah dengan sistem pencernaan (usus dan anus), jantung, ginjal, atau tulang rusuk dan tulang belakang.
Artikel terkait: Waspada Konginetal Anomali, Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir Terbesar
Seberapa Sering Atresia Esofagus Terjadi?
Sumber: Freepik
Para peneliti memperkirakan bahwa sekitar 1 dari setiap 4.100 bayi lahir dengan atresia esofagus di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Kondisi ini juga bisa terjadi dengan atau tanpa fistula trakeoesofageal. Mert Ozan Bahtiyar, MD, direktur medis dari Fetal Care Center mengatakan bahwa fistula trakeoesofageal terjadi pada 1 dari 2.000 hingga 4.000 bayi, seperti mengutip dari laman Yale Medicine.
Artikel Terkait: Penelitian: Asam Folat Bukan Satu-Satunya yang Bisa Mencegah Cacat Lahir pada Bayi
Apa Saja Faktor Risiko Atresia Esofagus?
CDC melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang meningkatkan risiko memiliki bayi dengan atresia esofagus, berikut di antaranya.
1. Usia Ayah
Usia ayah yang lebih tua terkait dengan peningkatan risiko memiliki bayi yang lahir dengan kelainan esofagus ini.
2. Penggunaan Teknologi Reproduksi Berbantu
Ibu yang menggunakan teknologi reproduksi berbantu seperti inseminasi atau bayi tabung untuk hamil memiliki peningkatan risiko melahirkan bayi dengan kelainan ini dibandingkan dengan perempuan yang hamil secara alami.
Bagaimana Mendiagnosa Atresia Esofagus pada Ibu Hamil?
Dalam kasus yang jarang terjadi, atresia esofagus bisa didiagnosis sebelum lahir saat melakukan USG prenatal rutin. Salah satu ciri yang bisa dilihat sejak kehamilan adalah adanya kasus penumpukan cairan ketuban yang disebut polihidramnion.
Akan tetapi, atresia esofagus biasanya didiagnosis ketika bayi batuk/tersedak saat mencoba menyusu atau adanya masalah menyusu yang terjadi segera setelah lahir. Untuk memeriksanya, dokter akan memasukkan selang ke dalam hidung atau mulut bayi untuk melihat apakah selang tersebut dapat sampai ke perut.
Diagnosis biasanya dikonfirmasi dengan pemeriksaan menggunakan sinar X yang menunjukkan hasil adanya perkembangan abnormal pada kerongkongan.
Bagaimana Penanganan dan Perawatannya?
Atresia esofagus dapat mengancam jiwa sehingga perawatan atau pengobatan harus segera diberikan. Setelah diagnosis dibuat, pembedahan/operasi dilakukan untuk menyambungkan kembali kedua ujung kerongkongan sehingga bayi dapat bernapas dan menelan dengan benar.
Bayi yang sehat dapat menjalani operasi hanya beberapa hari setelah mereka lahir. Namun, bayi dengan masalah kesehatan lain atau cacat saat lahir mungkin perlu menunggu beberapa waktu hingga dinyatakan sehat untuk menjalani operasi.
Beberapa operasi dan prosedur atau obat lain mungkin diperlukan, misalnya jika otot-otot kerongkongan tidak bekerja cukup baik untuk memindahkan makanan ke dalam perut atau jika makanan yang dicerna di perut secara konsisten bergerak kembali ke kerongkongan.
Artikel Terkait: Bunda, Hindari 6 Hal Ini untuk Mencegah Bayi Lahir Cacat
Apa Saja Kemungkinan Komplikasi Atresia Esofagus pada Bayi?
Sumber: Freepik
Beberapa kasus atresia esofagus atau fistula TE dapat mengalami komplikasi setelah operasi yaitu penyempitan (striktur) di tempat esofagus telah diperbaiki. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan menelan cairan atau makanan padat sehingga membuat bayi berisiko tersedak.
Jika ini terjadi, dokter akan melakukan pemeriksaan dengan jenis sinar-X khusus yang disebut esofagram. Setelah itu, dilakukan pembedahan untuk melakukan peregangan striktur.
Anak-anak dengan kondisi ini mungkin mengalami beberapa komplikasi lain, termasuk:
- Trakeomalasia
Dinding tenggorokan menjadi lemah dan terkulai, sehingga menyebabkan pernapasan yang bernada tinggi dan berisik.
- Refluks Gastroesofageal (GERD)
Asam dari lambung dapat naik kembali ke kerongkongan, yang dapat menyebabkan peradangan pada tenggorokan dan sensasi terbakar pada dada.
- Masalah Motilitas Kerongkongan
Gangguan motilitas esofagus (EMD) adalah gangguan pada kerongkongan yang dapat menyebabkan kesulitan menelan, kejang nyeri atau regurgitasi makanan.
- Jaringan Parut
Jaringan parut dapat terbentuk di area di mana kerongkongan diperbaiki melalui pembedahan, yang menyebabkan penyempitan dan kesulitan menelan.
Bagaimana Cara Pencegahannya?
Parents tidak dapat mencegah terjadinya atresia esofagus karena kondisi ini disebabkan oleh mutasi gen yang terjadi pada saat pembuahan.
Namun, Parents dapat mengurangi risiko memiliki bayi dengan cacat bawaan dengan menjaga kehamilan, seperti konsumsi makanan sehat, olahraga rutin, istirahat yang cukup, dan mengunjungi dokter secara teratur untuk pemeriksaan selama kehamilan.
***
Meskipun atresia esofagus dapat mengancam jiwa dalam bentuknya yang paling parah dan dapat menyebabkan masalah gizi jangka panjang, sebagian besar anak akan pulih sepenuhnya jika kondisi ini terdeteksi sejak dini dan mendapatkan pengobatan segera.
Semoga informasi ini dapat bermanfaat.
Baca Juga:
Waspadai Spina Bifida, Cacat Lahir pada Tulang Belakang Bayi
Edwards Syndrome, Kelainan Genetis yang Menyebabkan Bayi Cacat Lahir atau Stillborn
Air ketuban sedikit saat hamil, waspadai bayi alami cacat lahir
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.