Beberapa ibu memutuskan sterilisasi pascapersalinan sebagai jalan keluar untuk menghambat kehamilan. Ada yang melakukannya usai melahirkan operasi caesar sekaligus steril, ada juga yang memutuskan steril kemudian setelah sekian lama melahirkan.
Sebenarnya apa itu sterilisasi pascapersalinan, seperti apa prosedur, dan sejauh mana risiko juga efektivitasnya? Simak rangkumannya di bawah ini, ya, Bunda.
Prosedur Caesar
Melansir situs Mayo Clinic, persalinan caesar (C-section) adalah prosedur pembedahan yang digunakan untuk melahirkan bayi melalui sayatan di perut dan rahim.
Operasi caesar mungkin direncanakan sebelumnya jika Bunda mengalami komplikasi kehamilan. Atau jika Bunda pernah menjalani operasi caesar sebelumnya dan tidak mempertimbangkan kelahiran normal setelah operasi caesar (VBAC).
Apa Itu Sterilisasi Pascapersalinan?
Sterilisasi adalah metode permanen dari pengendalian kelahiran, atau disebut juga dengan istilah alat kontrasepsi langsung dan seumur hidup. Sterilisasi untuk wanita disebut sterilisasi tuba.
Dalam sterilisasi tuba, tabung tuba fallopi diikat atau diangkat. Pengikatan tabung tuba ini bertujuan mencegah sel telur bergerak menuruni tuba fallopi ke rahim dan mencegah sperma mencapai sel telur sehingga tidak terjadi atau menghentikan pembuahan.
Sterilisasi nifas ini, menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), dilakukan segera setelah bayi lahir. Pascapersalinan, saluran tuba dan rahim –terletak tepat di bawah dinding perut di bawah pusar- masih dalam kondisi membesar.
Sterilisasi ini idealnya dilakukan sebelum rahim kembali ke kondisi normalnya, yakni beberapa jam atau hari setelah melahirkan. Operasi tentu saja dilakukan saat Anda masih berada di rumah sakit setelah melahirkan, atau beberapa saat pascapersalinan.
Metode pengendalian kelahiran ini sangatlah efektif –kemungkinan hamilnya satu tahun setelah menjalani sterilisasi pascapersalinan hanya kurang dari 1 dari 100 kehamilan.
Akan tetapi, tidak selalu permintaan sterilisasi pada saat operasi caesar akan selalu diloloskan oleh dokter. Biasanya melakukan operasi caesar sekaligus steril dilakukan sebagai keadaan darurat –tidak pada persalinan caesar yang direncanakan- atau jika ibu mengalami komplikasi selama operasi caesar.
Artikel terkait: Ssst 6 Cara Berhubungan Intim Ini Tidak Mengakibatkan Kehamilan, Apa Saja?
Sebelum Prosedur Sterilisasi
Jangan sembarangan memutuskan untuk melakukan sterilisasi. Berikut ini yang perlu Bunda pertimbangkan sebelum memutuskan steril:
- Hindari steril saat sedang stres. Bunda harus menghindari membuat pilihan steril selama masa stres (seperti saat perceraian).
- Tidak karena tekanan dari pasangan atau orang lain saat memutuskan steril.
Penelitian menunjukkan, banyak perempuan yang usianya lebih muda dari usia 30 tahun sudah memutuskan untuk steril, dan mayoritas mereka merasa menyesal kemudian. Biasanya ibu dengan bayi yang mengalami komplikasi atau masalah kesehatan serius yang lebih banyak memikirkan untuk melakukan sterilisasi.
Bagaimana Prosedur Sterilisasi Dilakukan?
Melahirkan operasi caesar sekaligus steril merupakan prosedur yang aman. (Foto: Unsplash)
Bunda yang melahirkan operasi caesar sekaligus steril, sterilisasi biasa dapat dilakukan melalui sayatan pada bagian perut yang sama dengan yang dibuat saat akan melahirkan bayi. Saluran tuba kemudian diangkat melalui sayatan tersebut, lalu tabungnya dipotong dan ditutup (ligasi tuba) dengan cara diikat menggunakan benang khusus atau dilepas seluruhnya. Setelah itu sayatan yang berada di bawah pusar ditutup dengan jahitan dan perban.
Sementara untuk wanita yang pernah melahirkan pervaginam atau normal, sayatan kecil dibuat di perut (prosedurnya disebut minilaparotomi).
Untuk kedua prosedur ini, jenis anestesi yang digunakan untuk steril bisa dengan anestesi regional, anestesi umum, atau anestesi lokal.
Operasinya sendiri memakan waktu sekitar 30 menit, dan jika dilakukan bersamaan dengan caesar biasanya tidak sampai membuat Anda berlama-lama di rumah sakit.
Setelah Prosedur Sterilisasi
Setelah pulih dari anestesi, Bunda diizinkan untuk pulang dan menjalani perawatan di rumah. Tentu saja sebelumnya akan diberi arahan oleh petugas medis bagaimana cara merawat diri setelah melakukan prosedur ini.
Disarankan untuk tidak mengendarai mobil selama 48 jam setelahnya. Sekalipun jika Bunda merasa baik-baik saja kondisinya.
Efek Samping atau Komplikasi Sterilisasi
Foto: Unsplash
Efek sampingnya tergantung pada jenis anestesi yang digunakan dan cara operasi yang dilakukan. Berikut ini beberapa efek samping yang umum dan kurang umum yang mungkin dirasakan pascasterilisasi melansir laman ACOG:
- Pusing
- Mual
- Sakit bahu
- Kram perut
- Sakit di perut
- Merasa sangat lelah
- Perasaan kembung atau kembung
- Sakit tenggorokan karena tabung pernapasan jika anestesi umum digunakan
Jika Bunda mengalami sakit perut yang tidak hilang setelah beberapa hari, jika sakitnya parah, atau jika Anda demam, segera hubungi dokter kandungan atau ob-gyn Anda.
Bolehkah Program Steril Setelah Melahirkan dengan Operasi Caesar dan Seberapa Efektif?
Sterilisasi wanita dengan ligasi tuba memiliki tingkat kegagalan 1 dalam 200. Ini berarti bahwa 1 wanita dari setiap 200 orang yang menjalani prosedur ini masih bisa hamil meski sudah melakukan steril.
Selain itu, menurut University Hospitals Conventry and Warwickshire (UHCW), jika sterilisasi dilakukan bersamaan setelah operasi caesar, kemungkinan kegagalannya lebih tinggi daripada sterilisasi yang dilakukan di luar kehamilan. Itu karena perubahan pada rahim dan saluran tuba yang diakibatkan kehamilan.
Artikel terkait: Fungsi Tuba Fallopi Kaitannya dengan Kesuburan dan Kehamilan
Risiko yang Mungkin Dihadapi
Diskusikan dengan pasangan sebelum memutuskan steril . (Foto: Unsplash)
Secara umum, sterilisasi adalah operasi yang sangat aman. Risiko kematian dan komplikasi pada prosedur kesehatan ini sangatlah rendah.
Komplikasi yang paling umum terjadi adalah hanya yang berhubungan dengan anestesi umum. Sementara risiko lainnya adalah perdarahan dan infeksi.
Melahirkan operasi caesar sekaligus tidak akan meningkatkan risiko apa pun pada tubuh dan kesehatan Bunda. Secara umum, risiko yang khusus untuk prosedur sterilisasi meliputi:
- Prosedur bersifat permanen dan tidak dapat dikembalikan.
- Ada tingkat kegagalan 1 dari 200 seperti yang dibahas di atas.
- Jika seorang wanita hamil setelah sterilisasi, ada risiko kehamilan dapat berkembang di tuba falopi. Ini disebut kehamilan ektopik dan mungkin mengancam nyawa. Jika hasil tes kehamilan positif, berkonsultasilah segera dengan dokter untuk mengidentifikasi di mana letak kehamilan.
Penting untuk diketahui bahwa pada sejumlah kecil wanita yang hamil setelah sterilisasi, sekitar 20 persennya mengalami kehamilan ektopik. Yakni kelainan implantasi dari pembuahan sel telur di mana sel telur yang telah dibuahi oleh sperma itu menempel pada tempat lain, bukan di dinding rahim. Juga, sterilisasi tidak melindungi diri Anda terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk human immunodeficiency virus (HIV).
Bisakah Dibatalkan?
Meski sudah steril, Anda tetap akan mengalami haid seperti sebelumnya. (Foto: Unsplash)
Mengingat sifat sterilisasi yang permanen, rumah sakit akan meminta persetujuan Anda beberapa hari sebelum dokter melakukan prosedur tersebut pada hari yang sama dengan operasi caesar dilakukan.
Ini dilakukan agar Bunda memiliki waktu untuk mempertimbangkan pilihan Anda dan mendiskusikannya dengan pasangan.
Jika di kemudian berubah pikiran dan memilih membatalkan sterilisasi, upaya tersebut kemungkinan tidak akan berhasil, menurut ACOG. begitu juga menurut University Hospitals Conventry and Warwickshire (UHCW), jika dibatalkan peluang atau keberhasilan untuk bisa hamil lagi sangatlah rendah.
Setelah sterilisasi tuba dibatalkan atau dibuka kembali, masih banyak juga perempuan yang tidak bisa hamil. Kalaupun hamil, risiko seperti kehamilan ektopik sering kali menghantui.
Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa Anda dan pasangan sudah mempertimbangkan masak-masak sebelum mengambil keputusan ini.
Apakah Masih Bisa Haid Setelah Steril?
Pada dasarnya sterilisasi wanita tidak melibatkan apa pun yang berhubungan dengan organ atau jaringan menstruasi sehingga tidak akan mengubah atau mengganggu siklus menstruasi. Jadi, meski sudah disteril, Bunda akan tetap mengalami menstruasi seperti sebelumnya.
Artikel terkait: Pakai 7 Cara Ini Untuk Memuaskan Suami ketika Sedang Haid
Alternatif Selain Sterilisasi
Foto: Unsplash
Jika Bunda memang ingin menunda kehamilan dalam jangka waktu panjang, akan lebih baik memilih beberapa alternatif berikut ini:
- Kontrasepsi reversibel jangka panjang, seperti alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) atau implan –yang dapat berlangsung selama beberapa tahun. Kontrasepsi ini sama efektifnya dalam mencegah kehamilan seperti sterilisasi, dan dapat dilepaskan atau dihentikan kapan saja jika Anda ingin hamil. Ada juga metode kontrasepsi dengan sistem intra-uterin progesteron, pil kontrasepsi progesteron, pil kontrasepsi estrogen, kondom, dan lain-lainnya.
- Sterilisasi pria yang disebut vasektomi. Metode ini dilakukan dengan anestesi lokal di mana tingkat kegagalannya lebih rendah dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi daripada sterilisasi wanita –tingkat kegagalan 1 pada tahun 2000.
***
Demikian Bunda informasi soal melahirkan operasi caesar sekaligus steril. Bunda dan pasangan bisa mempertimbangkan beberapa metode sterilisasi di atas dan memutuskan mana yang terbaik bagi Anda serta pasangan.
Baca juga:
Memilih Alat Kontrasepsi Sesuai Usia, Ini yang Perlu Diperhatikan
Mengenal metode tubektomi KB steril pada wanita, apa saja risikonya?
Tak Ingin Hamil dalam Waktu Dekat? Ini 10 Cara Pencegahan yang Bisa Dipilih
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.