Si Kecil sedang suka batuk, Parents? Meski umum dan mudah disembuhkan, setiap orang tua wajib waspada karena batuk bisa saja jadi salah satu gejala pneumonia pada bayi.
Pneumonia sendiri merupakan infeksi yang terjadi pada salah satu atau kedua belah paru-paru, di mana penyebabnya bisa disebabkan oleh jamur, bakteri, maupun virus.
Infeksi tersebut terjadi di kantung udara yang isinya cairan hingga nanah. Kondisi ini bisa berbahaya, ya Parents, khususnya pada bayi yang masih memiliki daya tahan tubuh lemah.
Di sisi lain, Anda juga sebaiknya tahu bahwa beberapa anak dan bayi rentan mengalami kondisi ini dibandingkan anak seusianya. Yuk, simak penjelasan lengkap gejala pneumonia pada bayi di dalam artikel ini!
Artikel terkait: Bayi menderita paru-paru basah karena pengasuh suka merokok, ibu ini peringatkan semua orangtua!
Apa Itu Pneumonia pada Bayi (Pneumonia Neonatal)?
Jangan anggap sepele pneumonia pada bayi. Segera periksakan ke dokter bila bayi menunjukkan gejalanya.
Paru-paru adalah organ penting dari sistem pernapasan, yakni tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan tubuh.
Ada beberapa mekanisme berbeda yang melindungi paru-paru dan tubuh dari berbagai patogen yang berasal dari lingkungan. Salah satunya ini: udara yang kita hirup akan disaring di hidung, laring, bronkus dan terjadi pertukaran gas di alveoli.
Ketika ada debu atau partikel yang memasuki saluran pernapasan bagian bawah, mereka akan dikeluarkan melalui refleks batuk. Namun partikel yang lebih kecil mampu menembus lebih dalam ke dalam trakea, melekat pada dinding trakeobronkial oleh lapisan mukosa pada epitel bersilia dan kemudian dipindahkan ke atas untuk dikeluarkan.
Partikel yang mencapai alveoli diproses oleh makrofag alveolar dan mekanisme imun lokal. Lalu, partikel tersebut akan diangkut keluar dari alveoli oleh sistem limfatik.
Apakah proses yang sama terjadi pada bayi?
Bayi baru lahir memiliki karakteristik anatomi dan fisiologis yang berbeda dengan anak yang lebih besar dan orang dewasa. Hidung dan faring pada bayi baru lahir relatif pendek dan kecil, serta lubang hidung dan saluran hidung sempit menyebabkan pernapasan hidung bayi terbatas.
Oleh karena mukosa hidung tipis, fungsi sawar mukosa hidung pada anak masih lemah dan kemampuan disinfektan dengan lendir kurang baik, maka anak rentan terhadap infeksi nasofaring yang mudah menyebabkan pneumonia.
Mengutip laman MSD Manual, pneumonia adalah infeksi pada kantung udara kecil paru-paru (alveoli) dan jaringan di sekitarnya. Sementara pneumonia pada bayi (neonatal) adalah infeksi bakteri serius yang paling umum terjadi pada bayi baru lahir setelah sepsis dan memiliki risiko kematian yang tinggi.
Ada dua jenis pneumonia pada bayi, yaitu:
- Pneumonia yang dimulai pada atau dalam beberapa jam setelah lahir yang disebut pneumonia onset dini (early-onset pneumonia),
- Pneumonia yang dimulai setelah usia 7 hari yang disebut dengan late-onset pneumonia.
Late-onset pneumonia paling sering terjadi pada bayi baru lahir di unit perawatan intensif neonatal (NICU) yang membutuhkan tabung pernapasan (intubasi endotrakeal) untuk masalah paru-paru. Itu karena penggunaan tabung pernapasan dapat meningkatkan risiko pneumonia pada bayi yang baru lahir.
Mungkin Anda penasaran, apa sebenarnya yang menjadi penyebab pneumonia pada bayi?
Pneumonia pada bayi dapat disebabkan oleh berbagai organisme, di antaranya bakteri, virus, atau jamur, yang masuk ke paru-paru.
Kebanyakan kasus pneumonia neonatal juga terjadi saat bayi melewati jalan lahir ibu, yakni ketika bayi menelan dan/atau menghirup cairan ketuban atau sekresi dari vagina yang terinfeksi. Selain itu, penyebab lainnya adalah kontak dengan organisme yang terjadi di NICU atau kamar bayi.
Asal tahu saja, bayi baru lahir sangat rentan terhadap pneumonia, Parents, terutama bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah.
Artikel terkait: Pneumonia pada Anak: Gejala, Penyebab, hingga Pencegahan
Etiologi Pneumonia
Apa saja organisme penyebab pneumonia pada bayi ini?
Organisme penyebab pneumonia yang menyerang bayi baru lahir dapat diperoleh dari saluran genital ibu atau pembibitan. Organisme ini termasuk:
- Kokus gram positif (misalnya streptokokus grup A dan B, Staphylococcus aureus yang sensitif terhadap methicillin dan yang resisten terhadap methicillin),
- Basil gram negatif (misalnya Escherichia coli, spesies klebsiella, spesies proteus),
- Pategon lain, seperti pseudomonas, citrobacter, bacillus, dan serratia. Ini ditemukan pada bayi yang telah menerima antibiotik spektrum luas,
- Virus atau jamur, juga menyebabkan beberapa kasus neonatal pneumonia.
Artikel terkait: Pneumonia pada Anak: Gejala, Penyebab, hingga Pencegahan
Apa Penyebab Pneumonia pada Bayi?
Bayi bisa sembuh dari pneumonia dengan mudah, terutama bila sebelumnya ia sudah menerima vaksin PCV.
Seperti disebutkan di atas, beberapa mikroorganisme diketahui bisa menyebabkan kondisi pneumonia ini pada bayi, seperti bakteri, mycoplasma, jamur, dan virus. Penjelasan lebih lengkapnya sebagai berikut.
1. Bakteri
Jenis bakteri yang cukup umum sebagai penyebab pneumonia adalah bakteri Streptococcus pneumoniae. Bakteri jenis ini bisa menyerang salah satu bagian paru-paru yang lebih dikenal dengan lobar pneumonia.
2. Jamur
Pada kebanyakan kasus, jamur bisa juga menjadi salah satu penyebab, khususnya bagi penderita yang mengalami sistem imun yang lemah. Parents sebaiknya berhati-hati karena jamur ini banyak berkembang di tanah dan burung.
3. Virus
Pada anak usia di bawah 5 tahun, penyebab terbanyak pneumonia ialah karena virus. Pada beberapa kasus, kondisi ini bisa berbahaya karena dapat berujung pada komplikasi.
4. Organisme Milik Bakteri
Mycoplasma pneumoniae, salah satu organisme mirip bakteri yang diketahui bisa juga menyebabkan bakteri. Parahnya, organisme ini diketahui memberikan dampak yang sangat parah namun dengan gejala yang lebih ringan.
Jangan khawatir Parents, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah kondisi ini pada bayi.
Artikel terkait: Penyakit Pneumonia – Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Tipe Bayi Seperti Apa yang Rentan Mengalami Pneumonia?
Atasi pneumonia pada bayi sesegera mungkin untuk menghindari risiko komplikasi yang lebih membahayakan.
Ada kelompok bayi dan anak-anak yang lebih rentan mengalami gejala pneumonia, di antaranya:
- Usia masih sangat muda,
- Tidak mendapatkan imunisasi,
- Sebelumnya telah memiliki riwayat kondisi infeksi paru-paru seperti bronkitis,
- Bayi prematur,
- Menjadi perokok pasif atau sering berada di lingkungan dengan paparan asap rokok,
- Memiliki masalah makan
- Mengalami riwayat medis berbahaya lainnya,
- Mengonsumsi obat yang memengaruhi sistem imunnya.
Bagaimana Gejala Pneumonia pada Bayi?
Batuk dan demam tinggi merupakan gejala pneumonia pada bayi yang paling khas. Namun, rupanya ada juga berbagai tanda lain yang sebaiknya diperhatikan orang tua, seperti:
- Napas yang lebih memburu dibandingkan sebelumnya ,
- Napas yang tersengal dan terasa berat,
- Kesulitan bernapas,
- Berdahak,
- Sulit makan atau minum ASI,
- Diare,
- Nyeri otot.
Kapan Orang Tua Harus Khawatir?
Pada kondisi ini, anak biasanya akan kembali normal setelah pemulihan selama beberapa minggu. Berita baiknya, batuk berdahak bisa menjadi tanda bahwa tubuhnya tengah membersihkan berbagai penyebabnya.
Akan tetapi, Parents sudah harus membawa si kecil ke dokter ketika:
- Memiliki riwayat pneumonia 3 kali atau lebih.
- Bayi mengalami batuk berdahak selama 4 minggu.
- Batuk tidak berhenti selama 4 minggu.
Sebagai informasi, pneumonia yang berulang bisa menjadi salah satu penyebab bronkitis, yang juga bisa membahayakan bayi.
Diagnosis Pneumonia pada Bayi
Untuk mendiagnosis pneumonia, dokter akan melakukan rontgen dada. Mereka juga akan melakukan tes darah untuk mencari bakteri dalam darah.
Lantaran bayi yang menderita pneumonia mungkin memiliki kadar oksigen yang rendah dalam darahnya, dokter mungkin mengukur kadar oksigen dalam darah dengan menempatkan sensor pada jari atau daun telinga.
Tes ini disebut oksimetri nadi. Saat melakukan tes ini, dokter juga dapat mengambil sampel dahak dan mengujinya untuk mencari bakteri.
Di samping itu, karena pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dapat menyebar, dokter mungkin menguji bayi baru lahir untuk mengetahui adanya sepsis dengan melakukan spinal tap. Yakni pengangkatan cairan dari tulang belakang di punggung bawah melalui jarum suntik.
Pengobatan Pneumonia Neonatal
Untuk mengobati pneumonia pada bayi baru lahir, dokter mungkin akan mengambil beberapa langkah, di antaranya:
- Pemberian antibiotik intravena. Begitu mengidentifikasi organisme tertentu, dokter akan dapat menyesuaikan jenis antibiotiknya.
- Terapi antibiotik. Terapi pada pneumonia neonatal serupa dengan terapi untuk sepsis neonatorum.
- Pemberian vankomisin dan obat beta-laktam spektrum luas seperti meropenem, piperacillin/tazobactam, atau cefepime, sebagai pengobatan awal pilihan untuk sebagian besar pasien penderita pneumonia yang terinfeksi di rumah sakit.
- Selain terapi antibiotik, perawatan lain mungkin diperlukan, seperti penggunaan mesin yang membantu udara masuk dan keluar dari paru-paru (ventilator), cairan infus, transfusi darah dan plasma, serta obat-obatan yang mendukung tekanan darah dan sirkulasi.
Dengan pengobatan yang tepat, sebagian besar jenis pneumonia bakteri akan sembuh dalam 1-2 minggu.
Artikel terkait: Perbedaan Pneumonia COVID-19 dan Pneumonia pada Umumnya
Bagaimana Cara Mencegah Pneumonia pada Bayi?
Parents, seperti kata pepatah ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’. Untungnya, dalam hal pneumonia pada bayi, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah kondisi ini terjadi pada si Kecil.
Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:
1. Berikan ASI
Memberikan ASI eksklusif menjadi pilihan yang tepat untuk menangkal berbagai jenis penyakit, salah satunya pneumonia. Pasalnya, ASI bisa membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang masih lemah.
2. Lakukan Vaksinasi
Vaksin menjadi salah satu cara yang cukup efektif untuk mencegah kondisi ini. Disarankan melakukan vaksinasi, khususnya pada anak di bawah 2 tahun hingga balita.
3. Jaga Kebersihan
Kebersihan menjadi kunci penting dalam menjaga bayi dari infeksi penyakit ini. Cucilah tangan secara teratur, terutama bila sudah memegang atau mendatangi tempat yang kotor.
4. Jauhkan dari Paparan Asap Rokok
Sebagai perokok pasif, bayi akan lebih rentan mengalami pneumonia karena bisa langsung berdampak pada kesehatan paru-parunya. Hal ini tentu membuatnya menjadi lebih rentan mengalami infeksi pada organ pernapasannya.
Pertanyaan Populer Terkait Pneumonia pada Bayi
Apakah pneumonia pada bayi bisa sembuh?
Bisa, kok. Banyak pasien pneumonia pada bayi yang bisa sembuh dalam waktu satu hingga dua minggu kemudian.
Salah satu yang membantu penyembuhannya lebih cepat adalah jika bayi sebelumnya sudah mendapatkan vaksin PCV. Karenanya, pastikan Anda memberikan imunisasi ini pada bayi untuk mencegah penyakitnya terkena si kecil.
Apakah pneumonia pada bayi berbahaya?
Alodokter mengatakan, pneumonia pada bayi tidak bisa dianggap sepele. Ketika bayi mengidap pneumonia, ia akan mengalami gejala seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, rewel dan demam.
Tidak hanya itu, lebih parah lagi bayi bisa mengalami diare, tidak nafsu makan, lemas dan yang terparah bibir dan kukunya tampak kebiruran atau sianosis, serta kulit pucat karena tubuhnya kekurangan oksigen.
Apakah kondisi ini berbahaya? Tentu saja, Parents. Oleh karena itu, sekali lagi, Parents harus mengenali gejala dan tanda pneumonia pada bayi. Setelah itu segeralah membawa si Kecil secepatnya ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Apa yang harus dihindari penderita pneumonia?
Yang utama adalah menghindari orang yang sedang sakit, seperti orang yang sedang batuk atau pilek. Karena percikan ludah (droplet) dari bersin atau batuk bisa terhirup ke saluran napas bayi dan menularinya.
Hindari juga menggunaan peralatan makan dan minum bekas orang lain (meski orang tersebut tidak dalam keadaan sakit).
Selain itu, jauhkan bayi dari orang yang sedang sakit (batuk, pilek, atau lainnya) dan paparan polusi, seperti asap rokok.
Apakah pneumonia sama dengan paru-paru basah?
Dr Diah Handayani, SpP(K)., dokter spesialis paru RS Pondok Indah, dilansir dari Detik Health, menjelaskan, paru-paru basah bukanlah istilah medis yang resmi.
Itu hanyalah istilah awam ketika seseorang menggambarkan kondisi paru yang berlendir (sekret). Sementara pneumonia itu adalah infeksi paru –bisa berlendir juga tidak.
Ada juga masalah paru yang bukan pneumonia dengan kondisi parunya berlendir, seperti infeksi pada pleura (selaput parunya terendam), TBC (penumpukan cairan di selaput karena virus), dan masih banyak lagi.
Jadi, pneumonia itu bukan ‘paru-paru basah’, ya, Parents.
Artikel terkait: Bronkopneumonia pada Anak: Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati
Apa yang terjadi jika pneumonia dibiarkan?
Bila pneumonia pada bayi tidak diatasi dengan cepat dan tepat, maka akan sangat mudah memicu komplikasi. Di antaranya abses paru, infeksi aliran darah, dan juga efusi pleura. Oleh karena itu, kenali gejalanya dan atasi kondisi ini sedini dan sebaik mungkin ya, Parents!
***
Jadi, pneumonia pada bayi dapat diatasi dengan pencegahan dan pengobatan yang tepat. Semoga informasi ini bermanfaat dan Parents pun bisa lebih waspada.
Baca Juga:
4 Masalah Pernapasan yang Sering Dialami Bayi Baru Lahir, Parents Wajib Tahu!
Kisah Bayi Susah Bernapas, Kenali Gejala dan Penanganannya Sebelum Terlambat!
Batuk Croup pada Anak: Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.