Tahukah Parents, pneumonia pada anak dianggap sebagai pembunuh balita nomor 2 di Indonesia?
Tak mengherankan jika penyakit ini kemudian mendapat julukan sebagai forgotten killer.
Oleh sebab itu, penting bagi Parents untuk bisa mengenali dan memahami apa itu pneumonia pada anak, penyebab, gejala, sampai cara mencegahnya.
Apa Itu Pneumonia?
Pneumonia merupakan salah satu penyakit gangguan pernapasan yang sering dialami anak. Ini adalah kondisi ketika paru-paru anak mengalami infeksi atau peradangan.
Sebelum membahas pneumonia pada anak lebih jauh, kita harus tahu terlebih dahulu bagaimana paru-paru bekerja.
Pada paru-paru yang sehat, oksigen masuk ketika bernapas dan bergerak melalui tabung pernapasan, yang kemudian masuk ke dalam darah melalui alveoli.
Alveoli adalah kantung udara kecil di dalam pembuluh darah kecil yang disebut kapiler. Ada sekitar 600 juta alveoli dalam satu sistem pernapasan.
Ketika udara yang kaya oksigen mencapai alveoli, oksigen dapat diserap ke dalam darah. Kemudian, sel-sel darah merah dapat membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Tubuh membutuhkan oksigen untuk tetap bekerja dengan baik dan untuk tetap hidup.
Nah, jika terinfeksi pneumonia, paru-paru tidak dapat melakukan pekerjaannya seperti biasa.
Mengapa? Sebab, jenis infeksi pernapasan ini menciptakan cairan dan lendir yang menghalangi alveoli.
Hal ini membuat oksigen sulit masuk secara penuh ke dalam paru-paru, tempat yang harus dilewatinya sebelum masuk ke dalam darah.
Pneumonia dapat terjadi pada orang dengan usia berapa pun, dari bayi hingga orang tua.
Namun, Cedars Sinai Medical Centre menuliskan kalau pneumonia umumnya terjadi pada bayi dan anak yang berusia di bawah 5 tahun.
Kondisi ini bisa tergolong ringan atau pun serius.
Dimulai dari adanya beberapa gejala yang kerap dialami anak, seperti demam, batuk pada anak, hingga kesulitan bernapas dengan baik.
Batuk dan pilek yang bertambah parah juga bisa menyebabkan pneumonia.
Ini karena batuk atau flu yang parah akan membuat paru-paru iritasi sehingga bakteri atau virus pneumonia bisa lebih mudah bergerak ke dalam paru-paru dan memulai infeksi.
Ada yang menganggap jika basah-basahan dalam hujan tidak menyebabkan pneumonia, melainkan infeksi dari bakteri atau virus.
Penyebab Pneumonia pada Anak
IDAI dalam situs resminya menyebutkan kalau ada berbagai macam penyebab pneumonia pada anak. Mulai dari virus, bakteri, dan jamur.
Namun, umumnya memang sering kali dikarenakan adanya infeksi virus pada paru-paru.
Virus yang dimaksud misalnya rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV) termasuk virus influenza.
Selain virus, pneumonia pada anak juga bisa disebabkan karena adanya bakteri pneumokokus (Streptococcus pneumonia), atau bakteri lain seperti HiB (Haemophilus influenza type b), dan stafilokokus (Staphylococcus aureus).
Faktor Risiko dan Ciri Anak yang Rentan Terjangkit Pneumonia
1. Memiliki Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah
Mengutip dari laman resmi WHO (World Health Organization), sebagian besar anak-anak yang sehat dapat melawan infeksi pernapasan dengan kekebalan tubuh alami mereka.
Namun, anak-anak yang sistem kekebalannya terganggu berisiko lebih tinggi terkena pneumonia.
Sistem kekebalan anak dapat melemah karena malnutrisi atau kekurangan gizi, terutama pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif.
2. Memiliki Penyakit Tertentu
Penyakit yang sudah ada sebelumnya, seperti infeksi HIV bergejala dan campak juga dapat meningkatkan risiko anak tertular pneumonia.
Masalah kesehatan kronis seperti asma atau cystic fibrosis dan masalah dengan paru-paru atau saluran udara juga berkontribusi dalam faktor risiko pneumonia pada anak-anak.
3. Tinggal di Lingkungan yang Kurang Sehat
Anak-anak di bawah 1 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi lagi jika mereka menjadi secondhand smoker alias menghirup udara yang sudah tercemar asap rokok.
Faktor lingkungan berikut ini juga meningkatkan kerentanan anak terhadap pneumonia:
- Polusi udara dalam ruangan yang disebabkan oleh memasak dan memanaskan dengan bahan bakar biomassa
- Tinggal di rumah yang ramai
Artikel Terkait: ISPA Bisa Berkembang Menjadi Pneumonia yang Mematikan, Kenali Gejalanya Sekarang!
Tanda dan Gejala Pneumonia pada Anak
Kebanyakan anak-anak yang menderita pneumonia akan merasa sakit.
Gejalanya bisa beragam, tergantung kondisi kesehatan secara umum si anak, dan apakah penyebab infeksinya dari virus atau bakteri.
Gejala pneumonia yang disebabkan bakteri akan mengakibatkan anak sakit tiba-tiba, serta kondisi yang parah seperti:
- Batuk berdahak. Dahak yang keluar umumnya berwarna hijau, dan kadang bercampur dengan darah.
- Demam yang cukup tinggi.
- Sesak napas. Bernapas lebih cepat dan pendek-pendek.
- Nyeri dada yang diperburuk oleh batuk.
- Detak jantung kencang.
- Merasa lelah dan lemah.
- Mual dan muntah.
- Diare.
- Keluhan nyeri kepala.
Sedangkan, gejala pneumonia pada anak akibat infeksi virus terjadi lebih pelan, dan kadang anak tidak terlihat terlalu sakit. Bahkan, bisa jadi Bunda tidak menyadari si Kecil terkena pneumonia.
Tanda-tandanya bisa seperti pilek, demam ringan, batuk kering atau kadang dengan sedikit lendir. Pneumonia ringan seperti ini biasa disebut walking pneumonia.
Untuk pneumonia pada bayi, mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda khas infeksi pneumonia.
Selain itu, bayi juga tidak bisa diajak berkomunikasi untuk mengetahui apa yang ia rasakan.
Akan tetapi, perhatikan gejala-gejala pneumonia pada bayi seperti tampak pucat, lemas dan lesu, menangis lebih sering dari biasanya, tidak mau makan, mudah marah atau gelisah, dan muntah-muntah.
Bagaimana pun, ini sakit yang tidak menyenangkan, ya, Bunda.
Namun, dengan pengobatan yang tepat, kebanyakan anak-anak dengan pneumonia dapat sembuh sepenuhnya.
Diagnosis Pneumonia pada Anak
Dokter dapat mendiagnosis pneumonia dengan riwayat kesehatan lengkap dan pemeriksaan fisik.
Berikut adalah beberapa jenis tes yang biasa digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis pneumonia pada anak:
1. Rontgen
Tes ini dilakukan untuk melihat keadaan jaringan internal, tulang, dan organ dalam tubuh.
2. Tes Darah
Tes gas darah arteri dapat melihat jumlah karbon dioksida dan oksigen dalam darah.
3. Kultur Dahak
Tes ini dilakukan pada lendir (dahak) yang dibatukkan dari paru-paru dan masuk ke mulut. Dengan memeriksa kultur darah dapat mengetahui apakah anak memiliki infeksi.
Namun, karena sulit mendapatkan sampel dahak dari anak-anak, maka tes ini tidak rutin dilakukan.
4. Oksimetri Nadi
Oksimeter adalah mesin kecil yang mengukur jumlah oksigen dalam darah. Untuk mendapatkan pengukuran ini, dokter akan menempelkan sensor kecil ke jari tangan atau kaki anak.
Saat mesin menyala, lampu merah kecil dapat dilihat di sensor. Sensor tidak menimbulkan rasa sakit dan lampu merah tidak panas.
5. CT-Scan
Tes ini mengambil gambar struktur di dada, tetapi sangat jarang dilakukan.
6. Bronkoskopi
Prosedur ini digunakan untuk melihat ke dalam saluran udara paru-paru. Sama seperti CT-scan, jenis tes ini sangat jarang dilakukan.
7. Kultur Cairan Pleura
Tes ini mengambil sampel cairan dari ruang antara paru-paru dan dinding dada (ruang pleura). Cairan dapat terkumpul di area tersebut karena pneumonia.
Cairan ini mungkin terinfeksi bakteri yang sama dengan paru-paru atau cairan mungkin saja disebabkan oleh peradangan di paru-paru.
Komplikasi Pneumonia
Meski sudah mendapatkan pengobatan, beberapa orang dengan pneumonia terutama mereka yang berada dalam kelompok berisiko tinggi dapat mengalami komplikasi, beberapa di antaranya yaitu:
1. Bakteri dalam Aliran Darah (Bakteremia)
Bakteri yang memasuki aliran darah dari paru-paru dapat menyebarkan infeksi ke organ lain, berpotensi menyebabkan kegagalan organ.
2. Kesulitan Bernapas
Jika pneumonia parah atau sebelumnya sudah memiliki penyakit paru-paru kronis yang mendasarinya, penderita pneumonia mungkin mengalami kesulitan bernapas dalam oksigen yang cukup dan harus menggunakan alat bantu seperti ventilator.
3. Akumulasi Cairan di Sekitar Paru-Paru (Efusi Pleura)
Pneumonia dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang tipis antara lapisan jaringan yang melapisi paru-paru dan rongga dada (pleura).
Jika cairan menjadi terinfeksi, maka perlu dikeringkan melalui selang dada atau diangkat dengan operasi.
4. Abses Paru-Paru
Abses bisa terjadi jika nanah terbentuk di rongga di paru-paru, kondisi ini biasanya diobati dengan antibiotik.
Terkadang, pembedahan atau drainase dengan jarum atau tabung panjang yang ditempatkan ke dalam abses diperlukan untuk mengeluarkan nanah.
Penanganan Pneumonia pada Anak
Untuk mendiagnosis pneumonia pada anak, dokter akan mengajukan pertanyaan tentang apa yang anak Bunda rasakan, termasuk seberapa baik ia bernapas.
Kemudian, dokter akan memeriksa dan mendengarkan dada anak dengan stetoskop. Melalui stetoskop dokter dapat mendengar suara napas yang masuk ke paru-paru.
Jika ada cairan di dalam paru-paru, yang menjadi tanda pneumonia, dokter akan bisa mendengar suara berderak ketika anak bernapas.
Untuk memastikan diagnosisnya, dokter akan meminta untuk dilakukan X-Ray pada dada anak Bunda.
Dengan X-Ray, dokter dapat melihat penumpukan cairan. Biasanya muncul spot berawan putih di paru-paru pada hasil foto X-Ray.
Dalam beberapa kasus, X-Ray dapat membantu dokter mengetahui apakah infeksi disebabkan oleh virus atau bakteri.
Ketika pneumonia disebabkan oleh bakteri, dokter akan memberikan obat antibiotik.
Jika anak kesulitan minum obat, antibiotik akan diberikan melalui selang infus.
Sedangkan antibiotik tidak akan bekerja pada pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Anak biasanya cukup diberikan obat penurun panas.
Menyemprotkan larutan air asin (saline) di hidung anak juga dapat membantu mengencerkan lendirnya.
Selain itu, Bunda juga bisa menggunakan humidifier (pelembap ruangan) di rumah.
Apa pun penyebabnya, yang terpenting adalah istirahat cukup dan minum yang banyak, agar anak Bunda cepat pulih.
Berapa Lama Pneumonia Dapat Disembuhkan?
Jika anak didiagnosis menderita pneumonia, penting untuk mengikuti rencana perawatan yang diberikan dokter dan memantau kondisinya serta mencoba mencegah infeksi menyebar ke orang lain.
Penting bagi penderita pneumonia untuk menghabiskan obat-obatan seperti yang sudah ditentukan.
Jika dokter memberikan antibiotik, pastikan untuk minum obat sampai habis.
Pada kebanyakan kasus, pasien pneumonia mungkin mulai merasa lebih baik sebelum seluruh obat habis, tetapi obat tetap harus dihabiskan.
Berhenti minum obat terlalu cepat dari yang dianjurkan dapat menyebabkan infeksi kembali dan tubuh bisa jadi mengalami resistensi antibiotik sehingga pengobatan lebih lanjut pun akan menjadi lebih sulit.
Perlu waktu cukup lama untuk pulih dari pneumonia. Beberapa orang merasa lebih baik dan dapat kembali ke rutinitas normal dalam 1 hingga 2 minggu.
Namun bagi yang lainnya, bisa jadi perawatan pneumonia memakan waktu satu bulan atau lebih.
Kebanyakan orang juga akan terus merasa lelah selama sekitar satu bulan pasca sembuh dari pneumonia.
Cara Mencegah Pneumonia
Ada beberapa cara dalam mencegah pneumonia pada anak. Pertama, adalah dengan pneumococcal conjugate vaccine (PCV).
PCV adalah jenis vaksin pneumokokus dan vaksin konjugasi yang digunakan untuk melindungi anak-anak dan orang dewasa dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri streptococcus pneumonia (pneumokokus).
Selain itu, vaksin flu juga dapat menjaga anak dari pneumonia, khususnya pada anak-anak yang memiliki asma atau kondisi paru-paru lainnya.
Istirahat yang cukup juga sangat penting, karena kurang tidur dapat membuat sistem kekebalan tubuh lebih sulit untuk melawan infeksi.
Apa lagi? Jangan lupa cuci tangan anak, tentu saja.
Teratur mencuci tangan dengan sabun dan air dapat mencegah anak terkena flu atau batuk melalui bakteri dan virus yang bisa mengakibatkan pneumonia.
Jadi, selalu jaga kebersihan tangan anak ya, Bunda.
Artikel terkait: Vaksin Flu : Apakah Efek Sampingnya Berbahaya untuk Anak?
Pengalaman Terkait Pneumonia pada Anak
Kisah pilu pneumonia pada anak juga banyak dijumpai di laman theAsianparent Community.
Seperti cerita Mom Eka Larassaty yang memohon doa kesembuhan karena anaknya yang berusia 1 bulan 22 hari mengidap pneumonia.
Unggahan tersebut juga mendapat tanggapan dari ribuan orangtua yang menceritakan terkait kondisi kesehatan tersebut.
“Semoga lekas sembuh ya dedeknya. Kemarin juga anak saya baru-baru keluar dari rumah sakit karena pneumonia (akibat cairan di paru-paru yang bisa menyebabkan infeksi pada paru-paru) anak saya 1 minggu di rumah sakit alhamdulillah sudah membaik. Semoga dede juga lekas sembuh yah aamiin,” tulis Mom Darmayasari Latief.
“Cepat sembuh sayang. Bun bayiku umur 1 bulan juga kena pneumonia terus sering sesak kata dokter karena kena asap rokok, tapi aku tinggal di lingkungan yang jauh dari asap rokok dan di rumah pun gada yang merokok. Jadi aku bingung anakku beneran kena itu atau ada penyakit yg lainnya :'((,” cerita Mom Cattleya.
Sementara, Bunda dengan akun Miya mengungkapkan hal tersembunyi penyebab pneumonia yang jarang Parents ketahui. Ia juga menceritakan hal tersebut berdasarkan pengalaman pribadinya.
“Ada 1 hal yang sering kita nggak tau, kalau bayinya gumoh jangan langsung diangkat, biarkan bayi selesai gumoh baru dibersihkan, terkadang ada ibu-ibu yang bayinya gumoh langsung reflek mengangkat. Karena kalau reflek mengangkat bayi yang gumoh bisa mengakibatkan gumohnya masuk ke paru-paru dan itulah salah satu penyebab pneumonia juga. Itu kata dokter respirologi anak saya,” papar Mom Miya.
“Anak saya hanya tersedak bun, tapi itu bukan karena pneumonia. Untung dulu cepat tau dan buru-buru dibawa ke IGD jadi cepat tau. Kalau yang pernah saya baca sampai demam ya, alhamdulillah anak saya nggak sampai demam bun,” tambahnya.
“Bibirnya sebagian sudah menghitam dan suara grok-groknya sedikit lebih keras bun. Kalau anak saya cuman itu bun,” kenang Mom Miya.
“Positif pneumonia bun. Tapi di hari ke 5 DSA mengubah-ubah cara posisi tidur anak saya dan tidak ada perubahan suara, jadi disuruh periksa ke dokter THT biar tau letak suara grok-grok ini dari mana, setelah dicek lagi diagnosa dokter THT anak saya terkena laringomalasia dengan ciri-ciri yang memang ada. Alhamdulillah 9 hari dirawat anak saya sudah sembuh pneumonianya, sekarang tinggal penyembuhan laringomalasianya saja,” jelas Mom Miya.
Kisah Mom Miya rupanya dialami oleh Mom Cattleya. Anaknya pernah mengalami pneumonia akibat tersedak.
“Iyaa bun ternyata anakku kena pneumonia aspirasi, peradangan di paru-paru karena dia pernah tersedak atau gimana gitu waktu minum jadi masuk ke parunya makanya terjadi peradangan di parunya. Kata dokter sih nggak boleh nyusuin sambil baring, harus di posisi duduk bayinya. Terus kalau sudah harus disendawain dulu bun, digendong tegak dulu kurang lebih setengah jam. Terus anakku jadi sensitif juga sama dingin atau angin yang terlalu kencang, dia langsung kayak sesak gitu :'( tapi Alhamdulillah sekarang sudah mulai membaik, dan kami juga baru keluar dari RS. Doain ya bun semoga keadaannya semakin membaik dan cepat sembuh 🙂,” ungkapnya.
Banyak sekali pengalaman para Bunda terkait pneumonia pada anak. Jika Parents penasaran dengan kisah-kisah mereka, dapat dibaca di theAsianparent Community.
Pertanyaan Populer Terkait Pneumonia pada Anak
Pneumonia adalah penyakit yang tidak boleh disepelekan. Berikut kami rangkum beberapa pertanyaan mengenai kondisi tersebut.
1. Pneumonia tidak boleh makan apa?
Ada beberapa makanan yang harus dihindari pasien pneumonia.
Misalnya, daging olahan, roti putih, makanan yang digoreng, frozen food, brokoli, produk susu hewani, garam, makanan atau minuman manis, cokelat, keripik, dan kopi.
2. Pneumonia pada anak apa bisa menular?
Secara umum, pneumonia tidak menular. Akan tetapi, virus dan bakteri pernapasan bagian atas dapat menyebabkannya.
Saat kuman ini berada di mulut atau hidung seseorang, orang tersebut dapat menularkan penyakit melalui batuk dan bersin.
Kuman penyebab pneumonia biasanya terhirup dan itulah yang disebut menular.
Selain itu, pneumonia dapat menyebar melalui darah, terutama selama dan segera setelah lahir.
3. Pneumonia menular melalui apa?
WHO mencatat, pneumonia dapat menyebar melalui beberapa cara. Misalnya, virus dan bakteri dapat menyebar melalui tetesan udara dari batuk atau bersin.
Pneumonia juga dapat menyebar melalui darah, terutama selama dan segera setelah lahir.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pada berbagai patogen yang menyebabkan pneumonia dan cara penularannya, karena ini sangat penting untuk pengobatan dan pencegahan.
4. Apa perbedaan TBC dan pneumonia?
TBC dapat muncul sebagai proses akut dan meniru pneumonia bakterial klasik atau menyamar sebagai pneumonia atipikal.
Perbedaan utama antara tuberkulosis dan pneumonia adalah tuberkulosis merupakan infeksi paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sedangkan pneumonia adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh virus atau bakteri seperti Streptococcus pneumoniae.
Selain itu, tuberkulosis terutama menyerang paru-paru, sistem kerangka, dan saluran kemih, sedangkan pneumonia hanya menyerang paru-paru.
5. Pneumonia pada anak apakah bisa kambuh?
Studi menemukan, sekitar 8% anak mengalami pneumonia ulang.
Pneumonia berulang didefinisikan sebagai 2 atau lebih episode pneumonia dalam satu tahun, atau 3 episode pernah dipisahkan oleh periode tanpa gejala selama sebulan.
Pneumonia paling sering kambuh pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau bronkiektasis, immunocompromised, dan tumor.
Itulah informasi terkait pneumonia pada anak. Jika Parents menemukan beberapa ciri pada si kecil, segera konsultasikan dengan ahlinya.
***
Baca juga:
Napas Bayi Grok-Grok: Penyebab hingga Cara Mengatasinya
Hati-hati, Obat Batuk dan Pilek yang Dijual Bebas juga Bisa Berbahaya
Waspadai Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Berlebihan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.