Semua hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan pada bayi pasti membuat ibu merasa khawatir. Salah satu yang paling dicemaskan para ibu adalah masalah bayi susah bernapas. Mengapa? Sebab, ini bisa saja berkaitan dengan risiko penyakit pernapasan seperti bronkiolitis, asma atau masalah pernapasan serius lainnya.
Bila bayi Anda mengalami masalah pada pernapasannya, jangan abaikan dan tetap tenang, Bunda. Cari tahu penyebabnya dengan segera memeriksakan buah hati Anda ke dokter.
Bayi Terlihat Susah Bernapas, Perlukah Bunda Khawatir?
Bayi baru lahir memang sering mengeluarkan suara yang tidak biasa saat bernapas. Namun, ini ternyata normal dan Bunda tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya.
Hal yang perlu Bunda lakukan adalah belajar untuk memahami dan mempelajari pola pernapasan khas bayi sehingga dapat mengidentifikasi jika terjadi masalah yang berkaitan dengan pernapasan pada bayi Anda.
Pola pernapasan bayi baru lahir memang sering tidak teratur, Bun. Terkadang bayi bernapas lebih cepat, mengambil jeda panjang di antara napas –bisa sampai 10 detik setiap kali, dan menghasilkan suara napas yang tidak biasa. Ini berbeda sekali dengan pola pernapasan orang dewasa, yang jauh lebih normal, bersih, dan teratur.
Akan tetapi, ketidakteraturan pola pernapasan pada bayi ini akan berangsur membaik seiring dengan pertambahan usianya, kok, Bunda.
Berdasarkan penelitian tahun 2020, gangguan pernapasan merupakan salah satu penyebab paling umum dari masuknya bayi ke neonatal intensive care unit (NICU). Masalah pernapasan bayi baru lahir yang umum di beberapa hari pertama kelahirannya adalah takipnea, yaitu bayi bernapas dengan sangat cepat yang bisa disebabkan alergi atau penyakit jangka pendek seperti flu biasa –sifatnya hanya sementara.
Artikel terkait: Cystic Fibrosis, Kelainan Bawaan yang Mengganggu Saluran Pernapasan Bayi
Penyebab Pola Pernapasan Bayi Beda dengan Orang Dewasa
Melansir Healthline, ini beberapa alasan pola pernapasan bayi baru lahir terlihat dan terdengar berbeda dari orang dewasa:
- Bayi bernapas lebih banyak melalui lubang hidung daripada mulut.
- Jalur pernapasan bayi jauh lebih kecil dan lebih mudah terhalang.
- Dinding dada bayi lebih lentur daripada orang dewasa karena sebagian besar terbuat dari tulang rawan.
- Pernapasan bayi belum sepenuhnya berkembang karena mereka masih harus belajar menggunakan paru-paru dan otot-otot pernapasan yang terkait.
- Bayi juga masih memiliki cairan ketuban dan mekonium di saluran udaranya tepat setelah lahir.
Gejala Bayi Susah Bernapas
Penting bagi Parents untuk terbiasa dengan suara dan pola pernapasan khas bayi. Ini beberapa gejala atau tanda dari napas bayi agar Anda bisa membedakan mana pola napas bayi yang ‘baik-baik saja’ dengan napas yang menandakan ada masalah pada bayi.
1. Suara Siulan
Bayi kemungkinan mengalami penyumbatan di lubang hidungnya, dan suara siulan ini akan hilang bila dilakukan penyedotan (sumbatan dikeluarkan). Tanyakan kepada dokter anak cara menyedot lendir yang benar dan tepat dari dalam hidung bayi.
2. Serak dan Batuk
Suara napas bayi seperti suara serak atau batuk. ‘Kebisingan’ ini mungkin berasal dari penyumbatan pada tenggorokannya –biasanya suaranya akan bertambah buruk di malam hari. Mungkin ada lendir atau peradangan di kotak suara (laring), seperti croup –penyakit pada saluran pernapasan anak yang disebabkan infeksi virus. Dan bisa jadi bayi Anda memang mengalami gejala croup.
3. Batuk yang Dalam
Kemungkinan bayi mengalami penyumbatan pada bronkus besar, yaitu saluran atau penghubung yang membawa udara dari trakea dan paru-paru. Untuk memastikan diagnosisnya, biasanya dokter akan memeriksa dada bayi dengan stetoskop.
4. Mengi
Mengi digambarkan sebagai suara pernapasan yang menciut-ciut. Ini bisa menjadi tanda penyumbatan atau penyempitan saluran udara di bagian bawah, di mana kemungkinan disebabkan oleh:
- Asma
- Radang paru-paru
- Virus sinsitium saluran pernapasan
5. Napas Cepat
Pola pernapasan bayi yang cepat mengindikasi ada cairan di saluran udara yang disebabkan infeksi, seperti pneumonia. Napas cepat juga dapat disebabkan oleh demam atau infeksi lain sehingga harus segera Anda periksa ke dokter untuk dievaluasi.
6. Mendengkur
Biasanya disebabkan adanya lendir di lubang hidung bayi. Dalam kasus yang jarang terjadi, mendengkur bisa menjadi tanda kondisi kronis, seperti sleep apnea atau pembesaran amandel.
7. Stridor
Berdasarkan penelitian tahun 2021, Healthline menjelaskan stridor sebagai suara kasar yang konstan dan bernada tinggi atau rendah yang menunjukkan obstruksi jalan napas –muncul di setiap tarikan atau hembusan napas bayi.
8. Mendengus
Saat mengembuskan napasnya, suara napas bayi tiba-tiba berubah menjadi sangat rendah. Ini menandakan ada masalah dengan satu atau kedua paru-parunya, atau juga tanda dari infeksi parah. Bunda harus segera memeriksakannya ke dokter bila bayi menunjukkan pola pernapasan yang seperti ini.
9. Sering Bersin
Bersin memang sering terjadi pada bayi baru lahir dan biasanya tidak mengkhawatirkan. Ini karena bayi baru lahir memiliki saluran hidung yang lebih kecil daripada orang dewasa, dan masih menyesuaikan diri untuk bernapas melalui hidung saat mereka tumbuh dan berkembang.
Jika bersin disertai gejala lain seperti batuk, kesulitan bernapas, atau demam, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Menurut beberapa penelitian di tahun 2021, itu bisa menjadi tanda infeksi pernapasan.
Sering bersin juga bisa menjadi tanda alergi terhadap jenis susu formula tertentu atau neonatal abstinence syndrome. Dalam sebuah penelitian tahun 2020, neonatal abstinence syndrome disebutkan terjadi ketika bayi terpapar obat opioid sebelum lahir.
10. Napas Berkala
Pernapasan berkala juga kerap terjadi pada bayi baru lahir. Hal ini ditandai dengan adanya jeda dalam pernapasan yang berlangsung setidaknya 3 detik, kemudian diikuti oleh kumpulan napas yang seringkali cepat dan dangkal.
Ini khas terjadi pada bayi baru lahir dan biasanya tidak memerlukan perawatan apapun. Namun, jika jeda pernapasan berlangsung lebih dari 20 detik, ini mungkin mengindikasikan masalah seperti apnea.
11. “First Cold” Palsu
Oleh karena saluran hidung bayi baru lahir sangat kecil dan dapat dengan mudah tersumbat, maka banyak dari bayi yang tampak mengalami gejala “flu pertama” palsu.
Biasanya ‘gejala’ ini tidak memerlukan perawatan apa pun, tetapi bila Parents merasa khawatir, Anda bisa mempertimbangkan untuk mengonsultasikannya ke dokter anak. Setidaknya Anda bisa menanyakan beberapa tips untuk membantu melancarkan pernapasan si kecil. Seperti amankah menggunakan tetes garam atau aspirator hidung?
Dan bila bayi juga mengalami gejala pilek lainnya seperti nafsu makan berkurang, mudah marah atau rewel, atau sulit tidur, dokter bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan menentukan apakah bayi benar menderita pilek atau infeksi lainnya.
12. Cegukan
Makan terlalu cepat dan menelan udara saat menyusui merupakan dua kemungkinan penyebab cegukan pada bayi baru lahir. Cegukan juga bisa menjadi gejala dari refluks gastroesofageal, yang terjadi ketika isi lambung mengalir ke kerongkongan dan menyebabkan regurgitasi.
Artikel terkait: 5 Fakta Penyakit Saluran Pernapasan pada Anak yang Wajib Parents Ketahui
Cara Mengatasi Bayi Susah Bernapas
Bunda jangan pernah merasa ragu untuk menghubungi dokter jika merasa khawatir tentang pernapasan si kecil. Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda lakukan bila merasa khawatir melihat bayi susah bernapas:
- Pelajari pola pernapasan khas bayi sehingga Anda lebih siap untuk mengidentifikasi apa yang tidak khas pada pernapasan bayi.
- Rekam video pernapasan bayi dan tunjukkan pada dokter. Banyak profesional medis sekarang menawarkan janji temu online atau komunikasi melalui email. Cara ini lebih mudah dan praktis dilakukan, karena lebih menghemat waktu dan energi.
- Usahakan menidurkan bayi dalam posisi terlentang untuk mengurangi risiko bayi mengalami sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome/SIDS). Jika bayi susah bernapas dan tidak bisa tidur nyenyak, konsultasikan dengan dokter apa cara yang paling aman untuk membantu melancarkan pernapasannya.
- Tetes saline yang dijual bebas di toko obat bisa membantu mengencerkan lendir yang kental. Bila tidak yakin, tanyakan dulu kepada dokter anak Anda.
- Kepanasan. Terkadang, bayi bernapas cepat saat kepanasan atau sedang kesal. Jadi, coba cek pakaian bayi, apakah pakaiannya cukup nyaman bagi tubuhnya.
Pengalaman Bayi Susah Bernapas karena Retraksi
Awal Mula Bayi Susah Bernafas
Sebuah cerita dari Charlie O’Brien, seorang ibu asal Inggris yang juga berprofesi sebagai blogger, tentang pengalamannya dalam menangani masalah pernapasan pada bayinya, Luna. Cerita tersebut diunggah Charlie di blognya beberapa tahun lalu, saat usia Luna baru 4 minggu.
Charlie bercerita, di usia 4 minggu, Luna mengalami susah bernapas di mana napasnya lebih cepat dari biasanya dan lubang hidungnya sedikit melebar. Hal tersebut dipastikannya dengan membuka pakaian Luna dan memperhatikan pola pernapasan bayinya melalui gerakan dadanya. Benar, ritme napas bayinya memang sangat cepat.
Ia kemudian membawa Luna ke dokter. “Saya khawatir dengan penyakit Bronchiolitis, karena anak kami yang sebelumnya juga pernah mengalaminya,” ungkap Charlie.
“Saya sedang mengamatinya tidur di sebelah saya dan menyadari ada hal aneh. Kemudian saya pun membuka kancing pakaian bayi saya dan ini yang saya lihat,” katanya mengenai video lama yang diunggahnya.
“Gerakan tulang rusuknya sangat berat saat bernapas. Ini adalah tanda bahwa Anda perlu membawa bayi atau anak Anda ke rumah sakit. Dia menderita bronchiolitis dan kadar oksigennya sangat rendah. Untungnya, setelah satu malam menggunakan oksigen, kondisi dan pemulihannya sangat baik,” terang Charlie.
Bronchiolitis terjadi ketika virus pernapasan syncytial menginfeksi saluran udara. Penyakit ini disertai dengan gejala ringan yang mirip dengan flu pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua. Namun, pada bayi, bronchiolitis bisa membahayakan dan berpotensi mengancam jiwa.
Respiratory syncytial virus (RSV) adalah kuman biasa yang tersebar di lingkungan kita, melalui partikel udara ketika seseorang batuk atau bersin. Virus ini juga bisa menyebar ketika Anda menyentuh pasien yang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi olehnya.
Penyebabnya adalah Retraksi
Luna ditangani oleh Dr. Kristin Dean, Associate Medical Director dari Doctor on Demand. Sang dokter mengatakan bayi Charlie mengalami gejala masalah pernapasan serius yang disebut retraksi.
“Retraksi terjadi ketika seorang bayi harus melatih otot-otot iga atau lehernya untuk bernapas, yang merupakan tanda bahwa seorang bayi harus bekerja lebih keras daripada biasanya untuk bernapas,” kata Dr. Dean.
Memang sudah dari dua hari sebelumnya Charlie curiga Luna sakit. Saat itu mereka sedang menjalani sebuah pemotretan. Kebetulan ia juga merekam aktivitas pemotretan tersebut dan menunjukkannya kepada Dr. Dean untuk membantu diagnosis.
“Retraksi dapat terjadi antara tulang rusuk, di bawah tulang dada atau di daerah sekitar tulang leher seperti yang terlihat dalam video tersebut,” Dr. Dean kembali menjelaskan.
Artikel terkait: Nebulizer, Cara Terbaik Ringankan Batuk Pilek Serta Gangguan Pernapasan pada Anak
Kuncinya Adalah Tenang!
Para ahli memuji tindakan Charlie yang bersikap tetap tenang dalam menghadapi masalah putrinya. Ya, jika bayi Anda mengalami kondisi ini, memang seharusnya Anda tetap tenang dan segera berkonsultasi dengan profesional medis.
Diana Spalding, MSN, CNM, bidan dan pendiri Gathered Birth juga menyarankan hal yang sama, yaitu orang tua harus tetap tenang jika melihat bayinya mengalami susah bernapas seperti retraksi. Dan disarankan untuk segera menelepon nomor darurat jika bayi mengalami mengi, napas terengah-engah, atau mengalami retraksi yang parah.
Selain itu, sangat penting untuk mendengarkan intuisi diri Anda sendiri. “Orang tua memiliki intuisi yang dalam tentang anak-anak mereka, dan saya selalu mendorong mereka untuk bertindak berdasarkan intuisi tersebut.”
Video Charlie ini begitu menginspirasi dan mengajari orang tua lain tentang bagaimana menangani masalah bayi susah bernapas. Mereka menghubungi Charlie dan mengatakan bahwa mereka memercayai naluri mereka sebagai ibu dan langsung mencari bantuan medis ketika bayi mereka menunjukkan gejala serupa.
“Saya sangat senang membagikan video jika itu membantu keluarga lain,” ungkap Charlie.
Nah, Bunda, semoga artikel dan cerita Charlie tentang bayi susah bernafas dapat menginspirasi Anda dalam menangani kasus yang sama, ya. Jangan takut untuk memercayai naluri Anda, Bunda!
Artikel diupdate oleh: Ester Sondang
Baca juga:
Ketahui Napas Bayi Normal dan Tanda-Tanda Ada Gangguan Pernapasan pada Si Kecil
Napas Bayi Cepat, Apa Penyebabnya dan Kapan Harus Waspada?
Ini 4 gejala pada bayi baru lahir yang tak perlu bikin Anda panik
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.