Bronkopneumonia pada anak adalah salah satu kondisi yang bisa saja terjadi. Masalah kesehatan ini bisa menyebabkan si kecil mempunyai radang paru-paru.
Gejalanya dapat berkisar dari ringan hingga berat, termasuk batuk, kesulitan bernapas, dan demam.
Pada artikel ini, kita melihat apa itu bronkopneumonia pada anak, beserta gejala, penyebab, dan pengobatannya. Yuk, simak.
Artikel terkait : Pneumonia pada bayi sangat berbahaya, cegah dengan imunisasi lengkap berikut!
Definisi Bronchopneumonia pada Anak
Bronchopneumonia biasa disebut dengan nama lain Bronchial pneumonia.
Kondisi Bronchopneumonia terjadi ketika pneumonia sudah menjalar sampai paru-paru yang melibatkan peradangan pada saluran bronkial akibat infeksi.
Sel-sel dalam tubuh membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup.
Ketika salah satu bernapas, oksigen akan berjalan melalui hidung atau mulut ke paru-paru melalui kanal udara yang dikenal sebagai bronkus.
Kedua paru-paru kiri dan kanan secara alami terletak di bawah tulang rusuk di kedua sisi rongga dada.
Ada dua jenis pneumonia yang dapat menyerang organ tersebut:
- Lobar pneumonia, yaitu pneumonia yang menyebabkan peradangan (iritasi, bengkak) atau infeksi paru-paru yang menyebabkan pembentukan cairan dan nanah untuk mengisi bagian tersebut.
- Bronchopneumonia, yaitu bentuk bercak di kedua paru-paru sehingga mengganggu penyerapan oksigen.
Bronchial pneumonia ini menyerang seseorang yang daya imun tubuhnya lemah.
Sering kali, serangan dimulai dengan adanya virus influenza maupun infeksi pernapasan ringan.
Tak hanya itu, bakteri dan virus yang mendobrak pertahanan tubuh ikut berperan membangkitkan pneumonia tingkat lanjut ini.
Orang yang Berpotensi Terkena Bronchopneumonia
Bronkopneumonia adalah bentuk pneumonia yang memengaruhi organ paru-paru, baik alveoli di paru-paru maupun bagian bronkus.
Gejala bronkopneumonia dapat berkisar dari ringan hingga berat.
Masalah kesehatan ini adalah jenis pneumonia yang paling umum pada anak-anak dan merupakan penyebab utama kematian akibat infeksi pada anak di bawah usia 5 tahun, demikian dilansir dari laman Medical News Today.
- Anak usia 2 tahun atau lebih muda
- Seseorang yang berusia 65 atau lebih tua
- Memiliki penyakit paru-paru, seperti cystic fibrosis, asma, atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
- Memiliki HIV atau AIDS
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat kemoterapi atau penggunaan obat imunosupresif yang dikonsumsi karena memiliki penyakit kronis, seperti penyakit jantung atau diabetes
- Merokok
- Memiliki riwayat konsumsi alkohol
- Mengalami kesulitan batuk
- Mengalami kesulitan menelan
- Kurang gizi
Penyebab
Penyebab paling umum dari bronkopneumonia adalah infeksi paru-paru bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza tipe b (Hib).
Infeksi paru-paru virus dan jamur juga dapat menyebabkan pneumonia.
Bakteri berbahaya dapat masuk ke bronkus dan alveolus dan mulai berkembang biak di dalamnya.
Sistem kekebalan tubuh menghasilkan sel darah putih yang menyerang kuman ini, sehingga menyebabkan peradangan.
Gejala pneumonia sering muncul dan berkembang dari peradangan ini.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan bronchial pneumonia ini. Berbeda penyebab juga akan menyebabkan perbedaan gejala dan perawatan.
Bakteri
Ketika respons kekebalan alami tubuh menurun karena usia, penyakit, kekurangan gizi atau terlalu banyak mengonsumsi alkohol, bakteri normal mulut dan tenggorokan akan berkembang biak dan menyerang satu atau semua 5 lobus dari paru-paru.
Lobus yang terinfeksi kemudian mengisi paru-paru dengan nanah dan cairan.
Sehingga memengaruhi paru-paru yang memiliki kapasitas normal yang menyebabkan pertukaran oksigen.
Pneumonia jenis ini dapat menyebabkan bakteri seperti:
- Haemophilus influenza (biasanya aktif di awal musim semi dan musim dingin)
- Chlamydia
- Moraxella catarrhalis (perokok)
- Legionella (biasanya ada pada saat musim panas, AC)
- Staphylococcus aureus (penyalahgunaan obat intravena – IVDA)
- bakteri gram negatif seperti Pseudomonas aeruginosa, anaerob dan Klebsiella
Virus
Virus menjangkiti setelah terpapar dari seseorang yang bersin dan batuk.
Virus menyumbang 50% dari semua jenis pneumonia dan menyebabkan penyakit pernafasan atas (saluran udara di dekat tenggorokan dan mulut).
Virus ini juga dapat menyebar lebih rendah ke paru-paru dan menghasilkan jenis bronchopneumonia yang biasanya sembuh dengan sendirinya.
Beberapa virus Influenza (A, B, C – yang paling umum pada orang dewasa), parainfluenza (1,2,3,4), RSV (paling umum pada bayi), Cacar Air, adenovirus, CMV dan campak.
Jamur Carinii Pneumocystis (PCP)
Jamur sering menyebabkan pneumonia pada orang yang terinfeksi AIDS atau yang memiliki sistem imun tubuh yang lemah.
Makanan dan zat lainnya:
- Menelan makanan-benda kecil seperti kacang atau biji-bijian
- Semprotan cat pada barang-barang perabotan rumah
- Debu, jamur, jamur inhalasi biasanya lazim di petani, pemetik jamur atau penambang (debu nikel)
- Cairan bensin, minyak tanah
- Benda asing (menelan koin atau gigi)
- Parasit
Gejala
Gejala bronchopneumonia akan tampak berbeda-beda tergantung dengan penyebabnya, antara lain:
Bakteri:
- Demam hingga 38,3 derajat Celcius
- Tiba-tiba menggigil
- Batuk kering dan berdahak atau mungkin cairan batuknya memiliki noda merah muda atau garis-garis darah (Streptococcus Pneumonia).
- Bau mulut tidak sedap
- Pernapasan pendek
- Sesak napas
- Sakit kepala, muntah, mual, diare, dan tubuh lemah
- Sakit perut
Virus
- Dimulai dengan gejala pernapasan atas seperti sakit kepala, batuk kering, hidung tersumbat, demam ringan
- Sakit tenggorokan, bersamaan dengan nyeri otot dan sendi
- Ruam kulit seperti campak
- Batuk kering
- Nyeri dada yang dialami ketika bernapas
- Panas dingin
- Sesak napas diiringi dengan mual, muntah, diare
Jamur Pneumocystis carinii
- Seringkali karena disebabkan oleh Infeksi HIV atau AIDS dan gejala dapat terjadi tiba-tiba.
- Batuk ditandai dengan dahak putih dan jelas
- Sesak napas, awalnya terjadi karena beraktivitas, kemudian sesak napas akut.
- Kelemahan dan kelelahan
- Menggigil dan penurunan berat badan
- Kehilangan selera makan
Dokter akan mencari tahu beberapa riwayat penyakit sebagai berikut:
- Gejala
- Penyakitnya
- Operasi
- Pengobatan apa yang pernah atau sedang dijalani
- Kebiasaan
- Lokasi berpergian
- Hobi
- Alergi
- Daerah tempat tinggal
Artikel terkait : Penyakit Pneumonia – Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Komplikasi
Bronkopneumonia yang tidak diobati atau tingkat parah dapat menyebabkan komplikasi, terutama pada orang yang berisiko, seperti anak kecil, orang dewasa yang lebih tua, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan yang sedang turun atau melemah.
Karena memengaruhi pernapasan seseorang, bronkopneumonia bisa menjadi sangat serius dan terkadang bisa menyebabkan kematian.
Dilansir dari laman kesehatan Medical News Today, pada tahun 2015, di seluruh dunia terdapat 920.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal karena pneumonia.
Insiden kematian ini terutama disebabkan dari bronkopneumonia.
Komplikasi bronkopneumonia dapat meliputi:
Kegagalan pernapasan
Hal ini terjadi ketika pertukaran esensial oksigen dan karbon dioksida di alveolus mulai gagal.
Orang dengan gagal napas mungkin memerlukan ventilator atau mesin pernapasan untuk membantu pernapasan.
Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
ARDS atau Sindrom gangguan pernapasan akut adalah bentuk kegagalan pernapasan yang lebih parah dan mengancam jiwa.
Sepsis
Juga dikenal sebagai keracunan darah atau septikemia. Infeksi ini menyebabkan respons imun berlebihan yang merusak organ dan jaringan tubuh.
Sepsis dapat menyebabkan kegagalan organ multipel dan mengancam jiwa.
Abses paru-paru
Ini adalah kondisi munculnya kantung berisi nanah yang dapat terbentuk di dalam paru-paru.
Proses Diagnosis
- Foto CT scan menghasilkan gambar yang mirip dengan sinar-X, tetapi secara lebih rinci. Ini akan memperlihatkan lokasi infeksi paru-parunya.
- Pengambilan tes dahak maupun sampel lendir dari paru-paru untuk menentukan penyebab infeksi.
- Bronkoskopi melibatkan penempatan kamera ke tenggorokan untuk melihat tabung bronkial. Hal ini dapat menentukan apakah ada faktor lain yang menyebabkan bronkopneumonia.
- Terakhir, dokter mungkin memesan oksimetri pada nadi, yang melibatkan penempatan sensor di jari. Mengukur jumlah oksigen dalam darah. Hasil tes ini dapat memberitahu dokter tingkat keparahan infeksi dan kemampuan untuk menyerap oksigen.
Vaksinasi dapat sangat membantu dalam mencegah bronkopneumonia.
Vaksinasi flu tahunan dapat membantu karena influenza secara tidak langsung dapat menyebabkan pneumonia.
Vaksin pneumokokus juga berguna dan akan efektif selama 5 tahun.
Hal ini disarankan untuk individu di atas usia 65, terutama individu yang tinggal di fasilitas perawatan kesehatan jangka panjang.
Vaksin tersebut juga dapat diberikan pada individu yang berada pada peningkatan risiko untuk mengembangkan bronkopneumonia.
Untuk anak-anak di bawah usia 2 tahun dapat menerima vaksin konjugasi pneumokokus.
Anda dapat mencegah penyakit ini sendiri dengan cara:
- Rajin mencuci tangan untuk menghindari kuman.
- Menghindari merokok
- Tidak menggunakan alkohol berat
- Menghindari kontak dengan orang sakit
- Mendapatkan vaksinasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan pneumonia, seperti flu, campak, cacar air, vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hib), atau pertusis
- Bicaralah dengan dokter Anda tentang cara mencegah pneumonia dan infeksi lain ketika Anda atau seseorang yang Anda kenal menderita kanker atau human immunodeficiency virus (HIV)
- Memahami dan mengenali gejala pneumonia
- Menjaga daya tahan tubuh tetap kuat dengan mencukupi tidur, olahraga dan makan sehat
Gaya hidup sehat dalam keluarga, makanan bergizi, dan istirahat yang cukup akan membuat Anda terhindar dari bronchopneumonia.
Dilansir dari laman Medical Scheme, vaksinasi dapat mencegah beberapa bentuk bronkopneumonia pada anak.
Ada dua jenis vaksin yang diberikan untuk mencegah penyakit pneumokokus pada anak:
- Vaksin Konjugasi Pneumokokus (PCV13). Vaksinasi ini direkomendasikan untuk semua anak di bawah usia 2 tahun. Ini termasuk sebagai bagian dari imunisasi rutin bayi.
- Vaksin polisakarida pneumokokus (PPSV23). Vaksin ini direkomendasikan untuk anak-anak di atas usia 2 tahun yang berisiko terkena penyakit pneumokokus serius.
Vaksin memang mengandung bakteri pneumonia yang dilemahkan, tetapi tidak menyebabkan seseorang menjadi sakit.
Anak yang divaksinasi akan mengalami gejala sebagai berikut:
- Pembengkakan, nyeri, atau kemerahan di area yang disuntik
- Demam ringan
- Rewel atau mudah tersinggung
- Kehilangan selera makan
- Sakit otot
Walau demikian, vaksin cenderung aman dilakukan. Kurang dari 1% orang yang mendapatkan vaksin pneumonia mengalami efek samping tersebut, dilansir dari laman Medicine Net.
Artikel terkait : Pneumonia pada bayi bisa berbahaya, waspadai gejalanya berikut!
Jika ada anggota keluarga yang sedang mengalami penyakit bronkopneumonia pada anak, sebaiknya hindari kontak langsung dengannya.
Apalagi jika Anda belum mengetahui kondisi imun Anda.
Penyakit ini sering disamakan dengan pneumonia biasa.
Maka, pastikan gejala dan konsultasikan ke dokter, terutama jika ini menimpa anak Anda yang berusia kurang dari 2 tahun.
***
Baca juga:
Penyebab paru-paru basah pada anak dan cara mencegahnya
Hipertensi Paru pada Anak: Kenali Gejala hingga Cara Mengobatinya
Pneumonia pada Anak: Penyebab, Gejala, Cara Mencegah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.