Pemerintah tidak pernah lelah mengedukasi masyarakat, khususnya para orang tua, tentang cara mencegah stunting. Hal ini juga terkait dengan penyakit tuberkulosis (TB), atau yang kerap dikenal dengan sebutan TBC pada anak yang salah satu risikonya bisa menyebabkan anak stunting.
Untuk mengetahui apa kaitan stunting dengan TBC pada anak, berikut ini penjelasan beberapa sumber terpercaya.
Apa Itu TBC pada Anak?
Berdasarkan penjelasan pada laman University of Rochester Medical Center Rochester (URMC), tuberkulosis atau TBC adalah infeksi kronis berkelanjutan yang disebabkan bakteri yang biasanya menginfeksi paru-paru, tetapi ada kemungkinan organ lain seperti ginjal, tulang belakang, atau otak terpengaruh. Artinya, penyakit ini memang tidak bisa disepelekan.
TBC paling sering menyebar melalui droplet yang terhirup atau tersebar –melalui batuk atau bersin– di udara. Seorang anak bisa terinfeksi bakteri TBC dengan beberapa cara berikut ini:
- Terekspos (exposed). Penularan pada anak terjadi ketika ia melakukan kontak dengan orang yang menderita TBC, tetapi hasil pemeriksaan pada tes kulit atau darahnya masih negatif, hasil rontgen dada juga normal, dan tidak memilkiki gejala.
- Infeksi TB laten (laten TB infection). Terjadi ketika anak memiliki bakteri TBC di dalam tubuhnya, tetapi tidak menunjukkan gejala. Sistem kekebalan anak yang terinfeksi menyebabkan bakteri TB menjadi tidak aktif. Bagi kebanyakan orang yang terinfeksi, TB akan laten seumur hidup. Hasil tes kulit atau darah TB positif, tetapi rontgen dada normal dan tidak ada gejala TB. Anak juga tidak dapat menyebarkan infeksi bakterinya ke orang lain.
- Penyakit TBC (TB disease). Ini adalah saat seorang anak memiliki tanda dan gejala infeksi aktif. Anak ini akan memiliki tes kulit atau darah TB positif atau negatif, dan pengujian menunjukkan penyakit TB aktif di paru-paru atau di tempat lain di tubuhnya. Anak juga dapat menyebarkan penyakitnya jika infeksi terjadi di paru-paru dan tidak segera diobati.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan. Namun dalam perjalanannya, berdasarkan temuan WHO, penyakit ini terus berkembang pada jutaan anak dan remaja.
Anak-anak dan remaja muda berusia di bawah 15 tahun mewakili sekitar 11% dari semua orang dengan TB secara global. Ini berarti ada 1,1 juta anak dan remaja muda berusia di bawah 15 tahun yang jatuh sakit TBC setiap tahunnya, dan lebih dari 225.000 di antaranya kehilangan nyawa.
Apa Penyebab TBC pada Anak?
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri, yaitu paling sering oleh bakteri yang bernama Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Banyak anak yang terinfeksi M. tuberculosis tidak pernah berkembang menjadi TB aktif dan tetap berada pada stadium TB laten.
Bakteri TB menyebar melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau tertawa. Seorang anak biasanya tidak terinfeksi kecuali mereka telah berulang kali kontak dengan bakteri.
TBC tidak menular melalui barang-barang pribadi, seperti pakaian, tempat tidur, cangkir, peralatan makan, toilet, atau barang lain yang pernah disentuh oleh penderita TBC.
Artikel terkait: Mengenal Tes Mantoux untuk Deteksi Tuberkulosis pada Anak, Perhatikan Hal Ini!
Anak yang Berisiko Terkena TBC
Setiap anak dapat mengembangkan TBC setelah terpapar, dan mereka akan lebih berisiko lagi terkena TB jika:
- Tinggal dengan seseorang yang menderita TB
- Tunawisma
- Berasal dari negara di mana penderita TB banyak tinggal
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk dari diabetes, HIV, atau sedang mengonsumsi obat-obatan yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Dibandingkan anak-anak yang lebih besar, anak yang lebih muda atau kecil umumnya lebih mungkin memiliki TB exposed melalui aliran darahnya dan menyebabkan komplikasi, seperti meningitis TB atau penyakit TB diseminata.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan, orang dengan penyakit TBC paru-paru atau tenggorokan dapat menyebarkan bakteri ke orang lain dengan siapa mereka menghabiskan waktu setiap hari. Namun, anak-anak cenderung tidak menyebarkan bakteri TB ke orang lain. Sebab, bentuk penyakit TB yang paling sering terlihat pada anak-anak biasanya kurang menular daripada bentuk yang terlihat pada orang dewasa.
Gejala TBC pada Anak
Gejala TBC pada tiap anak dapat sedikit berbeda, dan tergantung pada usia anak. Adapun gejala TBC aktif yang paling umum pada anak kecil meliputi:
- Demam
- Penurunan berat badan
- Pertumbuhan yang buruk
- Batuk
- Kelenjar bengkak (beberapa mungkin mulai mengalirkan cairan melalui kulit)
- Panas dingin
Sementara gejala TBC aktif yang paling umum terjadi pada anak yang lebih besar meliputi:
- Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu
- Sakit di dada
- Darah dalam dahak
- Kelelahan akut
- Kelenjar bengkak (beberapa mungkin mulai mengalirkan cairan melalui kulit)
- Penurunan berat badan
- Nafsu makan menurun
- Demam
- Berkeringat di malam hari
- Panas dingin
Kalau diperhatikan secara saksama, gejala-gejala TBC di atas sangatlah umum atau hampir mirip dengan gejala penyakit lainnya. Jadi untuk memastikan buah hati Anda terinfeksi TBC atau tidak, ada baiknya segera memeriksakannya ke dokter agar mendapatkan diagnosis yang tepat.
“Percaya atau tidak, ternyata setelah diperiksa lebih lanjut banyak anak-anak yang mengalami infeksi tuberkulosis atau TB,” tukas dokter spesialis anak dr. Meta Herdiana Hanindita, Sp.A(K).
Artikel terkait: 7 Hal yang Harus Dilakukan Jika Anak Terkena TBC
Kaitan TBC pada Anak dengan Stunting
Faktanya, hingga kini TBC pada anak masih menjadi salah satu penyakit infeksi kronis yang paling banyak terjadi di Indonesia. Seperti yang sudah dijelaskan, salah satu gelaja yang sering ditemui jika anak mengalami TBC yaitu penurunan berat badan atau kondisi berat badan yang tak kujung naik, walaupun anak sudah mengonsumsi makan yang cukup.
Dokter Meta juga menegaskan bahwa kondisi anak susah makan sebenarnya bukan sesuatu yang normal, apalagi jika itu berlangsung dalam waktu yang sangat lama, dua bulan misalnya. Artinya, bila anak tidak mau makan, otomatis berat badannya tidak kunjung naik, dan ada baiknya Bunda segera memeriksakannya ke dokter untuk mengatahui status gizi anak juga mencari tahu penyebabnya.
Selain gejala-gejala di atas, beberapa gejala lain yang perlu diwaspadai juga adalah demam berulang yang berkepanjangan dan diare. Jenis batuk pada anak yang terinfeksi TBC juga berbeda dengan jenis batuk pada anak yang mengalami alergi.
Anak terinfeksi TBC akan mengalami batuk sepanjang waktu, baik pagi, siang, ataupun malam. Sedangkan batuk alergi, sering kali memburuk di waktu tertentu saja, misalnya hanya malam hari ataupun pagi hari saja.
Diagnosis TBC pada Anak
Dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat kesehatan anak serta riwayat kesehatan keluarga Anda. Selain itu, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik pada anak. Dua di antaranya dengan tes kulit atau darah TBC.
Dalam tes kulit, sejumlah kecil bahan pengujian disuntikkan ke lapisan atas kulit. Jika benjolan ukuran tertentu berkembang dalam 2 atau 3 hari, tes mungkin positif untuk infeksi TB.
Sementara untuk tes darah TB, sejumlah kecil darah akan diambil dari lengan atau tangan anak di mana hasilnya akan keluar beberapa hari kemudian.
Semua anak dengan tes positif untuk infeksi TB, gejala TB, atau riwayat kontak dengan orang dengan penyakit TB menular harus menjalani evaluasi medis. Evaluasi medis untuk penyakit TB termasuk rontgen dada dan pemeriksaan fisik (tes dahak, biopsi kelenjar abnormal atau jaringan tubuh lainnya) dan harus dilakukan sebelum memulai pengobatan untuk infeksi TB laten.
Tes kulit atau darah TB disarankan untuk anak-anak yang:
- Mungkin pernah terpajan TBC dalam 5 tahun terakhir
- Hasil sinar-X seperti menunjukkan TBC
- Memiliki gejala TBC
- Tinggal atau baru saja pulang bepergian dari negara di mana TBC biasa terjadi
URMC juga menjelaskan, tes kulit atau darah TBC tahunan harus dilakukan pada anak-anak yang:
- Terkena HIV
- Berada di fasilitas penahanan
Seorang anak yang terpapar orang berisiko tinggi harus diuji setiap 2 hingga 3 tahun sekali.
Perawatan atau Penanganan TBC pada Anak
Setelah dokter mendiagnosis buah hati Anda terinfeksi TBC, segera lakukan beberapa hal ini untuk membantu perawatan dan kesembuah si kecil, Bunda.
1. Mencari Informasi
- Cari tahu siapa orang yang menularkan TBC pada anak. “Kontak TB itu tidak selalu orang serumah, bisa juga orang-orang dari lingkungan luar dan tidak setiap hari bertemu, tetapi memang harus bisa diketahui anak bisa tertular dari mana. Setelah mendapat obat, pastikan obat diminum setiap hari untuk mencegah putus obat dan resistensi,” kata dr. Meta.
- Mencari sumber terpercaya, seperti ahli TBC pediatrik atau fasilitas kesehatan yang Anda percayai untuk mendapatkan informasi dan juga memberi perawatan kesehatan pada anak. Bicarakan juga dengan mereka tentang risiko, manfaat, dan kemungkinan efek samping dari semua obat-obatan yang akan dikonsumsi anak.
2. Pengobatan
Sangat penting bahwa anak-anak atau siapa pun yang dirawat karena infeksi TB laten atau penyakit TB mengonsumsi obat dan menghabiskannya persis seperti yang diinstruksikan. Pada beberapa kasus, mungkin si kecil harus dirawat di rumah sakit –tergantung jenis penyakit TB dan kondisi pasien.
- Infeksi TB laten: Tersedia beberapa pilihan obat. Anak-anak berusia di atas 2 tahun dapat diobati dengan isoniazid-rifapentin yang diberikan sekali seminggu selama 12 minggu atau beberapa bulan obat harian, seperti obat rifampisin selama 4 bulan atau isoniazid selama 9 bulan. Pengobatan ini dimaksudkan untuk mencegah menjadi penyakit TB. Kedua regimen (pengobatan) ini sama-sama dapat diterima dan dokter biasanya akan meresepkan regimen pendek yang lebih nyaman dengan kondisi anak.
- TB aktif (TB disease): Pengobatannya dengan meminum beberapa obat anti-TB selama 4, 6, 9 bulan atau lebih, tergantung pada regimen pengobatan dari dokter. CDC tidak merekomendasikan regimen pengobatan TB rifapentine-moxifloxacin 4 bulan pada anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun atau memiliki berat badan di bawah 40 kilogram. Pasti Anda memberikan obat sampai habis pada anak agar penyakit tidak timbul kembali. Jika obat tidak diminum dengan benar, bakteri yang masih hidup dapat menjadi resisten terhadap obat tersebut. TB yang resistan terhadap obat lebih sulit dan lebih mahal untuk diobati, dan pengobatan berlangsung lebih lama (sampai 18 sampai 24 bulan).
Artikel terkait: Hati-hati! Anak Pengidap TBC Rentan Tertular COVID-19
Upaya Pencegahan
Jadi, sekali lagi Bunda, TBC pada anak adalah penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan. Oleh karena itu, jaga selalu buah hati Anda dari bakteri terkait TBC agar ia selalu terhindari dari penyakit ini dengan melakukan langkah-langkah berikut:
1. Vaksin BCG
Salah satu upaya mencegah anak tidak tertular TBC, tentu saja dengan memberikan vaksinasi BCG (bacille Calmette-Guérin). Ini adalah jenis vaksin yang secara spesifik merangsang pembentukan antibodi terhadap bakteri TBC sehingga pemberian vaksin ini menjadi salah satu salah satu upaya pencegahan penyakit.
Vaksin BCG digunakan di banyak negara untuk mencegah penyakit TBC pada anak, kecuali Amerika Serikat karena risiko infeksi bakteri TBC yang rendah dan efektivitas vaksin bervariasi. Pemberian vaksin BCG hanya boleh dipertimbangkan untuk orang-orang terpilih yang memenuhi kriteria tertentu dan berkonsultasi dengan dokter TB.
“Vaksin BCG berisi kuman Mycobacterium Bovis yang telah dilemahkan. BCG memiliki efek perlindungan terhadap tuberkulosis berat dan radang otak akibat TB. Memang, vaksin BCG tidak sepenuhnya efektif mencegah infeksi TB primer. Jadi, masih ada kemungkinan seorang anak menderita TBC walaupun sudah diimunisasi BCG,” jelas dr. Meta.
2. Penuhi Nutrisi Anak
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan terkait dengan TBC pada anak, pastikan nutrisinya terpenuhi dengan baik.
3. Tuntaskan Pengobatan
Dijelaskan dr. Meta bahwa evaluasi pengobatan TBC dapat dilihat dari peningkatan berat badan anak, perbaikan nafsu makan dan berkurangnya gejala klinis. Biasanya ini dapat terlihat 1-2 bulan pascapengobatan.
***
Demikian penjelasan terkait TBC pada anak. Semoga artikel di atas bermanfaat bagi Anda, Bunda!
Artikel diupdate oleh: Ester Sondang
Baca juga:
Angka Kematian Penyakit TBC di Indonesia Tinggi, Bagaimana Upaya Pencegahannya?
Menyerang Organ Paru-Paru, Kenali Perbedaan Pneumonia dengan Tuberkulosis
Ulasan Dokter tentang Vaksin BCG yang Menimbulkan Nanah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.