Parents, pernahkah Anda memiliki kekhawatiran si Kecil mengidap tuberkulosis? Jika iya, tes mantoux atau tes tuberkulin adalah salah satu cara untuk mengetahuinya.
Menjaga kesehatan si Kecil memang bukan perkara mudah.
Sebab, aktivitas anak di luar rumah yang tidak terkontrol membuatnya menjadi rentan terkena penyakit.
Tidak hanya itu, si kecil juga sering berinteraksi dengan orang lain yang kebersihannya patut dipertanyakan.
Hal itu terkadang membuat orang tua menjadi khawatir si kecil terinfeksi virus menular yang berbahaya.
Salah satunya tuberkulosis (TB).
Saat ini, Parents dapat mengeceknya dengan melakukan tes mantoux pada si Kecil.
Artikel terkait: 5 Cara yang Kulakukan Saat Anakku Didiagnosis Tuberkolosis
Mengenal Tes TB pada Anak
Penyakit tuberkulosis kerap tidak mudah dikenali pada anak karena gejalanya tidak muncul secara spesifik.
Hal ini yang semakin membuat orang tua was-was dengan kesehatan si Kecil.
Ada pun tes yang biasa dilakukan untuk mengetahui anak mengidap tuberkulosis atau tidak yaitu dengan tes mantoux.
Tes mantoux adalah sebuah tes yang dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan tuberkulin (protein kuman TB) di bawah kulit (subkutan) yang dapat mendeteksi penyakit TB.
Jika seorang anak menderita TB, perawatan yang harus dilakukan cukup rumit sehingga membutuhkan ketelatenan dari orang tuanya.
Untuk melihat seberapa parah TB menyerang tubuh buah hati Anda, perlu dilakukan tindakan rontgen.
Hal itu menentukan langkah pengobatan dan jenis obat yang diberikan dokter pada pasien.
Pastikan obat yang diberikan harus diminum sampai habis dan lingkungan rumah terjaga kebersihannya agar pasien segera sembuh.
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Lakukan Tes Mantoux
Berat Badan Anak Seret Belum Tentu Ada Infeksi Tuberkulosis
Belakangan ini ramai anggapan bahwa salah satu penyebab dari berat badan anak yang seret adalah adanya infeksi tanpa gejala alias silent disease.
Salah satu di antaranya adalah tuberkulosis.
Rupanya anggapan tersebut belum tentu benar adanya.
Salah seorang dokter spesialis anak, yaitu dr. Arifianto, Sp.A(K) alias Dokter Apin sempat berbagi melalui media sosial bahwa ia mendapati banyak pasien meminta untuk melakukan tes mantoux sebagai screening karena berat badan anak seret.
“Singkatnya enggak seperti itu. Cek Mantoux harus hati-hati banget, lo, interpretasinya. Nanti semua bisa di TB-kan,” tulis Dokter Apin di akun Instagram pribadinya @dokterapin.
Menurut Dokter Apin, belum tentu BB anak yang seret disebabkan oleh infeksi.
“Enggak semua BB anak seret itu TB. Buktikan dulu, emang BB-nya seret? Gimana grafik/kurva pertumbuhannya? Kalau growth chart enggak faltering, belum tentu TB juga!” kata dr. Apin melalui salah satu postingan di media sosialnya.
Dokter Apin menjelaskan bahwa orang tua diharapkan untuk melihat terlebih dahulu bagaimana kecukupan nutrisinya apabila terjadi growth faltering alias berat badan anak yang susah naik.
“Gimana kecukupan nutrisinya? Kalau kurang nutrisi, ya, wajar, dong, faltering. Jangan lompat pagar langsung mikir infeksi,” lanjut Dokter Apin. menjelaskan.
Tuberkulosis Bukanlah Silent Disease
Selain itu, Dokter Apin juga menambahkan bahwa tuberkulosis bukanlah silent disease seperti yang terbentuk pada persepsi masyarakat sekarang ini.
“Sekarang, kan, konon lagi nge-trend istilah silent disease. Apaan sih itu? Saya browsing, enggak nemu padanan bakunya dalam terminologi kedokteran yang dihubungan dengan istilah populer di medsos. Konon TB salah satunya (dari silent disease). Padahal TB nggak silent-silent amat,” tulisnya.
Dokter Apin pun menganggap BB anak yang seret sebenarnya belum tentu terhubung dengan tuberkulosis.
“Kecuali infeksi laten TB (ILTB), tapi ILTB mah anaknya sehat. Beda, dong, kalau dihubungkan dengan BB seret. Sakit TB atau bukan? Belum tentu, kan,” tambahnya.
Dokter yang merangkap sebagai Koordinator TB Anak dari area Jakarta Timur itu pun menerangkan jika penyakit tuberkulosis memiliki gejala atau ciri-ciri tertentu sehingga tidak bisa disebut silent disease.
“Kalau curiga (sakit) TB, ya, enggak silent. Ada ciri-cirinya, udah pernah saya bahas beberapa kali, lo. Satu, batuk lebih dari 2 minggu, tapi harus disingkirkan bukan asma/selesma berulang. Dua, demam lebih dari dua minggu sudah disingkirkan bukan ISK dan infeksi lain. Tiga anak lemah/letoy. Empat, BB faltering weight, buktikan dengan growth chart!” tegasnya.
Tes Mantoux Tidak Bisa Membedakan Sehat dengan Sakit
Dokter Apin memberikan contoh bahwa jika anak sudah diperbaiki nutrisinya, tetapi tetap terjadi growth faltering, kapan orang tua bisa mencurigai adanya infeksi TB?
“Lihat dulu ada enggak ciri-ciri lainnya? Dan terpenting siapa yang jadi penular? Kontak dengan siapa yang dahaknya positif? Ada enggak? Jangan langsung buru-buru tes mantoux aja,” Dokter Apin menjelaskan.
Penulis buku ‘Sehat Bersama Dokter Apin’ ini juga menjabarkan bahwa tes mantoux sebenarnya tidak bisa membedakan mereka yang sedang terinfeksi atau tidak.
“Tes mantoux tidak bisa membedakan sehat dengan sakit. Memang bisa mendeteksi jejak seseorang kemungkinan sudah kemasukan bakteri penyebab TB.”
Dokter Apin menegaskan bahwa menjadikan tes mantoux atau tuberkulin sebagai alat ‘skrining’ pada mereka yang tidak ada kontak dengan penderita berdahak positif atau HIV+ atau tidak meyakinkan kecurigaan gejalanya tidak bisa sembarangan.
“Harus berhati-hati benar agar tidak salah interpretasi. Jangan sampai semua BB seret di TB-kan gara-gara tes mantoux,” tutupnya.
Artikel terkait: 7 Hal yang Harus Dilakukan Jika Anak Terkena TBC
Kapan Perlu Dilakukan Tes Mantoux?
Parents mungkin membutuhkan tes mantoux bila si Kecil menunjukkan gejala berikut ini:
- Mengalami demam lebih dari 2 minggu dan berulang-ulang meskipun tidak tinggi
- Penurunan nafsu makan
- Berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut
- Wajah anak tampak lesu dan tidak aktif
- Terdapat benjolan pada leher yang bisa teraba
- Diketahui ada penderita TB lain di rumah dan anak berdekatan dengannya
Penularan TB bisa terjadi akibat percikan dahak yang mengandung kuman terhirup dan masuk ke paru-paru.
Prosedur
Tes ini dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah kecil cairan tuberkulin ke dalam kulit di bagian bawah lengan.
Setelah proses penyuntikan seseorang yang diberikan tes kulit tuberkulin harus kembali dalam waktu 48 hingga 72 jam agar dokter dapat melihat reaksinya.
Tindakan ini bertujuan melihat reaksi tubuh terhadap protein kuman TB yang telah disuntikkan.
Jika pada bekas suntikan muncul benjolan kurang lebih 10 mm, maka hasil tes bisa dikatakan positif.
Jika hasil tes menunjukkan positif, hal tersebut menunjukkan adanya reaksi tubuh terhadap protein kuman tuberkulosis yang menandakan pasien pernah terinfeksi dengan kuman ini sebelumnya.
Cara Membaca Hasil
Apabila hasil tes menunjukkan indikasi positif anak terkena infeksi TB, maka Anda harus segera melakukan serangkaian perawatan untuknya.
Rontgen mungkin perlu dilakukan untuk melihat seberapa parah infeksi yang diderita si Kecil.
Setelahnya, dokter akan memberikan obat yang harus diminum teratur setiap hari.
Meskipun tuberkulosis atau TB bisa disembuhkan, butuh ketelatenan dari orang tua dalam memberikan obat kepada anak.
Pastikan obat habis agar penyakit dapat sembuh secara tuntas dan jagalah kebersihan area rumah.
Kemungkinan Hasil Positif, meski Sebenarnya Negatif
Menurut website resmi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), beberapa orang mungkin bereaksi positif terhadap tes mantoux meskipun mereka tidak terinfeksi M. Tuberkulosis.
Penyebab reaksi positif palsu ini di antaranya adalah sebagai berikut:
- Pernah melakukan vaksinasi TB sebelumnya dengan vaksin bacille Calmette-Guérin (BCG)
- Menderita infeksi mikrobakteri nontuberkulosis (mikrobakteri selain M. tuberculosis)
- Pengukuran atau interpretasi reaksi yang salah
- Antigen yang digunakan salah
Kemungkinan Hasil Negatif, meski Sebenarnya Positif
Tak hanya hasil positif palsu, ada pula kemungkinan munculnya hasil negatif palsu pada tes mantoux.
Beberapa orang mungkin tidak menunjukkan reaksi terhadap tes mantoux meskipun mereka telah terinfeksi M. Tuberkulosis.
Alasannya antara lain adalah:
- Anergi
- Mengalami infeksi TB baru-baru ini (dalam 8 hingga 10 minggu terakhir)
- Usia yang sangat muda (kurang dari 6 bulan)
- Mendapatkan vaksin campak atau cacar virus hidup baru-baru ini
- Metode pemberian cairan tuberkulin yang salah
- Pengukuran atau interpretasi reaksi yang salah
Artikel terkait: Perbedaan Anak Kurus Sehat dengan Kekurangan Gizi, Si Kecil Masuk yang Mana?
Risiko
Ada risiko yang sangat kecil untuk mengalami reaksi parah pada tes mantoux, terutama jika seseorang sedang menderita tuberkulosis (TB).
Reaksi alergi tersebut dapat menyebabkan pembengkakan dan rasa sakit pada area yang disuntik.
Setelah penyuntikan, reaksi kemerahan di area tes kulit adalah normal.
Rasa gatal juga mungkin timbul, tetapi penting untuk tidak menggaruknya, karena ini dapat menyebabkan kemerahan atau pembengkakan yang dapat membuat sulit untuk membaca tes kulit.
Jika mengalami gatal, taruh waslap dingin di area bekas suntikan dan kemudian keringkan.
Reaksi positif yang kuat dapat menyebabkan nyeri ringan.
Hubungi dokter segera jika terjadi demam, pembengkakkan di lengan, dan/atau pembengkakkan kelenjar getah bening di ketiak setelah melakukan tes mantoux.
Alternatif Tes
Selain tes mantoux pada kulit, untuk mendeteksi infeksi bakteri tuberkulosis dapat dilakukan alternatif lain yaitu tes darah.
Tes darah TB juga disebut interferon-gamma release assays atau IGRA.
Untuk melakukan tes ini, dokter akan mengambil sampel darah pasien dan mengirimkannya ke laboratorium untuk dianalisis.
Jika tes darah TB menunjukkan hasil positif, berarti orang tersebut telah terinfeksi bakteri TB.
Tes tambahan diperlukan untuk menentukan apakah orang tersebut memiliki infeksi TB laten atau penyakit TB.
Sedangkan apabila tes darah TB negatif, berarti darah orang tersebut tidak bereaksi terhadap tes dan kemungkinan infeksi TB laten atau penyakit TB tidak ada.
Tes darah TB biasanya dilakukan untuk orang yang telah menerima vaksin TB bacille Calmette–Guérin (BCG).
***
Tes mantoux dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit tuberkulosis yang semakin parah jika tidak segera diketahui dan mendapat penanganan yang tepat.
Selain itu, tes ini juga dapat mencegah terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain.
Semoga informasi ini dapat bermanfaat, ya, Bun!
Baca juga:
Imunisasi BCG: Manfaat, Efek Samping, Kontraindikasi, hingga Biaya
Ulasan Dokter tentang Vaksin BCG yang Menimbulkan Nanah
Waspadai Gejala TBC pada Anak dan Orang Dewasa
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.