Dalam rangka memperingati hari TB sedunia, tak ada salahnya untuk mengingat kembali beberapa fakta tuberkulosis. Apa saja?
Tuberkulosis sendiri merupakan penyakit menular yang terjadi di berbagai belahan dunia. Penyakit ini masih banyak ditemukan di Indonesia dan dapat menimbulkan kematian bila tidak diobati.
Tuberkulosis atau kerap disingkat TBC masih menjadi ancaman dalam dunia kesehatan di Indonesia. Di tahun 2020, total jumlah kasus TBC di Indonesia mencapai 845.000 dengan jumlah kematian sebesar 12.469 atau 1,47 persen. Hal ini membuat peringkat Indonesia naik menjadi peringkat kedua setelah India, dengan jumlah penderita TBC terbanyak di dunia. Sebelumnya, Indonesia berada di peringkat ketiga setelah India dan Cina.
Di Indonesia, penderita TBC masih kerap mendapatkan stigma tertentu dari masyarakat, sehingga enggan untuk membuka diri dan mencari pengobatan. Hal ini tampak dari data terkini yang menunjukkan bahwa dari jumlah total kasus TBC di Indonesia, hanya 67 persen yang mendapatkan pengobatan.
Stigma muncul karena banyaknya mitos dan misinformasi yang beredar di masyarakat. Oleh sebab itu, mari simak beberapa fakta tuberkulosis di Indonesia.
Artikel terkait: Menyerang Organ Paru-Paru, Kenali Perbedaan Pneumonia dengan Tuberkulosis
11 Fakta Tuberkulosis, Penting untuk Diketahui!
1. Apa itu tuberkulosis?
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui droplet saluran nafas yang dilepaskan ke udara ketika penderitanya berbicara, meludah, batuk, bersin atau menyanyi. Penyakit ini bisa berbahaya, bahkan menimbulkan kematian bila penderitanya tidak mendapatkan pengobatan.
Di Indonesia tuberkulosis memiliki beberapa sebutan lain, seperti “penyakit 3 huruf”, paru-paru basah, atau flek paru.
2. Bukan penyakit keturunan
Meski kerap ditemukan secara bersamaan pada beberapa orang dalam satu keluarga, penyakit TBC bukan penyakit keturunan. Hingga kini, belum ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor genetik tertentu.
3. Fakta tuberkulosis, bukan penyakit keturuan dan tidak mengenal usia
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja, terutama kelompok usia produktif (15-55 tahun) dan anak-anak. Akan tetapi, gejalanya berbeda pada dewasa dan anak.
Penyakit TBC pada orang dewasa menimbulkan gejala utama batuk yang lebih dari 2 minggu, berkeringat di malam hari, demam hilang timbul, dan berat badan turun drastis. Sedangkan pada anak, gejalanya sangat tidak khas. Kerap kali, penyakit TBC baru teridentifikasi ketika anak diperiksakan ke dokter untuk masalah gangguan pertumbuhan, seperti berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut.
4. Tidak hanya menyerang paru-paru
Meski umumnya mengenai paru, TBC juga bisa menyebar ke bagian tubuh lain seperti otak, selaput otak, ginjal, kelenjar getah bening, usus, jantung atau tulang belakang melalui aliran darah. Penyakit TBC yang terjadi di luar paru ini bersifat tidak menular.
5. Tidak menular melalui hal-hal ini
Penyakit TBC tidak menular melalui berjabat atau berpegangan tangan, berpelukan, berbagi makanan atau minuman, menyentuh sprei atau dudukan toilet, berbagi sikat gigi atau menggunakan alat makan yang sama.
6. Kuman TBC tidak cepat menular
Fakta menunjukkan bahwa dalam waktu satu tahun, satu penderita TBC ‘hanya’ menularkan pada 10-15 orang di sekitarnya yang tergolong kontak erat. Yang dimaksud dengan kontak erat yakni orang yang tinggal serumah, atau berada dalam satu ruangan yang sama di sekolah/tempat kerja dengan penderita TBC aktif.
7. Meski terinfeksi, orang sehat tidak serta merta mengalami penyakit TBC
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sekitar seperempat populasi dunia terinfeksi oleh kuman penyebab TBC. Akan tetapi, hanya sebagian kecil yang pada akhirnya menjadi sakit, yakni sebanyak 10 juta orang. Pada prinsipnya, individu sehat dengan sistem kekebalan tubuh yang baik dapat melawan infeksi kuman TBC sehingga tidak menjadi sakit.
Artikel terkait: Bisa Sebabkan Stunting, Waspada Tuberkulosis pada Anak dengan Kenali Gejalanya
8. Sistem kekebalan tubuh yang lemah meningkatkan risiko terkena TBC
Individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, lebih berisiko mengalami penyakit TBC. Khususnya, pada mereka yang mengalami HIV, berisiko 20 kali lipat menderita TBC. Secara global, 1 dari 4 kematian akibat TBC disumbangkan oleh individu yang mengalami infeksi TBC dan HIV secara bersamaan. Tanpa pengobatan, sebagian besar individu dengan HIV yang mengalami TBC akan meninggal dalam beberapa bulan.
9. TBC bisa dideteksi melalui beberapa jenis pemeriksaan
Ada dua jenis tes yang digunakan untuk mendeteksi kuman TBC di dalam tubuh, yakni uji tuberkulin atau tes Mantoux pada kulit dan pemeriksaan darah (IGRA/inferferon gamma release assay). Hasil tes Mantoux atau IGRA yang positif hanya memberi tahu bahwa seseorang telah terinfeksi oleh kuman TBC. Namun, tidak bisa memberi tahu apakah infeksinya telah berkembang dan menimbulkan penyakit TBC.
Bila seseorang dicurigai sedang mengalami penyakit TBC, pemeriksaan lain seperti rontgen dada dan pemeriksaan dahak diperlukan untuk mengonfirmasi diagnosisnya.
10. Bisa diobati dan disembuhkan
Penyakit TBC bisa diobati dan disembuhkan dengan mengonsumsi obat antituberkulosis (OAT) selama 6-12 bulan, bergantung pada kondisi penyakit. Tingkat kesembuhannya mencapai 95-97 persen bila seseorang betul-betul mematuhi pengobatan dan menjalaninya hingga tuntas.
Oleh sebab itu, penderita TBC harus didukung agar bisa menyelesaikan pengobatan sesuai yang dianjurkan dokter. Bila pengobatan putus di tengah jalan, penyakit TBC bisa kambuh kembali. Kemungkinan lain, kuman TBC menjadi kebal terhadap obat-obatan antituberkulosis pada umumnya. Bila demikian, penyakit TBC menjadi lebih sulit disembuhkan dan lebih mahal pula biayanya.
11. Obat TBC bisa diperoleh secara gratis
Sejak lama, penyakit TBC sudah masuk menjadi program nasional pemerintah Indonesia. Karena itu, obatnya pun bisa diperoleh secara gratis di Puskesmas maupun rumah sakit yang sudah ditunjuk oleh pemerintah.
12. Vaksin BCG tidak mencegah penyakit TBC
Di Indonesia dan negara-negara lain yang endemis TBC, bayi berusia 1-2 bulan diberikan vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Vaksin ini tidak 100 persen mencegah infeksi TBC, akan tetapi dapat mencegah penyakit TBC yang berat. Perlu diketahui bahwa vaksin ini tidak efektif diberikan pada orang dewasa.
Itulah fakta tuberkulosis di Indonesia. Semoga bermanfaat dan membukakan wawasan Anda semua.
***
Baca juga:
3 Manfaat Self Care dan Cara Menerapkannya, Wajib Tahu agar Tidak Stres!
id.theasianparent.com/makan-es-krim
id.theasianparent.com/nyeri-otot-kronis
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.