Bagi seorang ibu baru, perjuangan pertama yang harus ia taklukan adalah menyusui. Bukan tanpa sebab, proses menyusui bayi tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya, tak sedikit ibu menyusui alias busui yang kerap mengalami masalah saat menyusui bayinya. Mastitis adalah salah satunya.
Apa sebenarnya penyebab mastitis dan bagaimana mengatasinya? Ini penjelasannya.
Apa Itu Mastitis?
Mastitis adalah infeksi yang menyerang wanita yang sedang menyusui atau menyapih anaknya. Penyakit ini dapat menimbulkan pembengkakan dan peradangan di payudara.
Infeksi ini tentu saja membuat aktivitas menyusui, yang semula menyenangkan bagi Bunda dan buah hati, berubah menjadi mimpi buruk yang selalu ingin dihindari.
Menurut data yang diperoleh dari WHO, sekitar 10% dari ibu menyusui mengalami mastitis.
Mastitis biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan atau pada saat menyapih.
Meski sering dikaitkan dengan ibu menyusui, ternyata mastitis memiliki dua jenis yang tidak hanya dialami busui, yaitu:
- mastitis laktasi: mastitis nifas adalah jenis infeksi yang memengaruhi ibu menyusui
- mastitis periductal: kondisi yang bisa menyerang perempuan menopause dan pascamenopause, serta perokok
Infeksi payudara ini juga disebut ektasia saluran susu, kondisi ini terjadi ketika saluran susu menebal. Puting pada payudara yang terkena dapat membelok ke dalam (puting terbalik) dan mengeluarkan cairan seperti susu.
Artikel Terkait: Ibu dengan Mastitis, Boleh Menyusui? Ini Penjelasan Dokter!
Tanda-Tanda Mastitis
Gejalanya tampak berbeda-beda pada setiap ibu menyusui. Namun gejala mastitis yang paling umum adalah:
- Payudara terasa hangat dan nyeri bila disentuh.
- Payudara terasa bengkak dan mengeras seperti benjolan.
- Mengeluarkan cairan putih kekuningan seperti nanah.
- Kulit kemerahan.
- Tubuh terasa meriang demam lebih dari 38,3 derajat Celcius.
5 Penyebab Mastitis yang Perlu Bunda Ketahui
Mastitis ini disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam jaringan payudara sehingga menimbulkan payudara membengkak ataupun infeksi dalam skala yang bervariasi dari ringan hingga amat berat.
Selain itu, ada penyebab lain:
1. Celah Luka di Daerah Puting
Bakteri ini masuk melalui celah luka yang biasanya disebabkan oleh kuatnya daya hisap bayi pada permukaan areola (puting) kemudian berkembang biak dan menyebabkan infeksi.
Infeksi ini bisa berupa luka bernanah yang ada di sekitar areola, bisa juga terjadi di dalam payudara.
2. Bersentuhan dengan Benda yang Mengandung Bakteri
Payudara tersentuh oleh benda yang mengandung bakteri atau mulut bayi yang mengandung bakteri hingga masuk melalui saluran air susu dan berkembang biak di dalam payudara.
3. Pengulangan dari Infeksi Sebelumnya
Pernah mengalami mastitis pada periode menyusui sebelumnya? Penyakit ini bersifat mengulang, terlebih pada ibu menyusui yang pernah mengalaminya sebelumnya.
4. Anemia
Memiliki penyakit anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu menyusui dalam menghadapi bakteri.
5. Saluran ASI Tersumbat
Pemberian ASI tidak maksimal sehingga terjadi pembengkakkan akibat saluran ASI tersumbat. Kondisi ini rentan terhadap serangan bakteri.
Dengan kata lain, jika payudara tidak sepenuhnya kosong saat menyusui dan salah satu saluran ASI Anda bisa tersumbat, maka penyumbatan menyebabkan susu untuk kembali masuk ke dalam kelenjar dan menyebabkan infeksi.
Faktor Risiko Terjadinya Mastitis
Mastitis paling sering terjadi selama 6 sampai 12 minggu pertama menyusui.
Namun penyakit ini dapat dialami siapa saja, tak terkecuali perempuan yang tidak menyusui dan laki-laki.
Adapun beberapa faktor risiko terjadinya penyakit ini yaitu:
- Implan payudara.
- Diabetes atau penyakit autoimun lainnya.
- Eksem atau kondisi kulit serupa.
- Goresan di kulit karena mencabut atau mencukur bulu dada.
- Tindik puting.
- Mengenakan bra yang ketat atau menekan payudara saat menggunakan sabuk pengaman atau membawa tas berat yang dapat membatasi aliran ASI.
- Selalu menggunakan satu payudara untuk menyusui.
- Produksi ASI yang terlalu banyak.
- Berhenti menyusu secara cepat/mendadak, misalnya saat bepergian.
- Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
- Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
- Penggunaan krim pada puting.
- Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit di antara gusi atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
- Teknik perawatan yang tidak tepat.
- Terlalu lelah atau stres.
- Nutrisi buruk.
- Merokok.
7 Cara Mengobati Mastitis dengan Beberapa Langkah
Untuk membantu mengurangi dampak risiko mastitis pada ibu menyusui, langkah-langkah berikut bisa dilakukan, yaitu:
- Banyak beristirahat.
- Minum banyak cairan dapat membantu membantu memulihkan kondisi tubuh.
- Hindari memakai bra yang terlalu ketat atau terlalu longgar.
- Mengompres payudara yang bengkak dengan menggunakan kain hangat.
- Menggunakan kedua payudara secara bergantian ketika menyusui.
- Berikanlah ASI hingga semua susu yang ada dalam payudara habis, sebab, susu yang tersisa dalam payudara dapat mengendap dan menyebabkan pembengkakan payudara.
- Pastikan posisi tubuh benar untuk menghindari risiko puting robek atau terbelah.
IDAI juga menyarankan untuk mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan mengering pada tahap awal pengobatan.
Selain itu, cara mengobati mastitis bisa dilakukan dengan pemberian obat-obatan, seperti analgesik dan antibiotik.
Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada penyakit ini, seperti pemberian ibuprofen. Namun ketahui, dosis pemberian ibuprofen yang baik untuk ibu menyusui.
Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.
Selain ibuprofen, analgesik lain yang dapat diberikan pada ibu menyusui adalah paracetamol.
Sementara, antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 sampai 14 hari. Biasanya ibu menghentikan antibiotik sebelum waktunya karena merasa telah membaik.
Sayangnya, hal ini meningkatkan risiko terjadinya mastitis berulang.
Tetapi perlu pula diingat bahwa pemberian antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada payudara dan vagina.
Jika mastitis tidak hilang setelah minum antibiotik, segera konsultasikan dengan dokter di bidangnya.
Cara Diagnosis Mastitis
Berdasarkan laman Mayo Clinic, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan menanyakan tanda dan gejala mastitis.
Kultur ASI Anda dapat membantu dokter menentukan antibiotik terbaik untuk ibu menyusui, terutama jika perempuan memiliki infeksi parah.
Namun menurut laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak selalu diperlukan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu jika:
- pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari
- terjadi secara berulang
- terjadi di rumah sakit
- penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung ditampung menggunakan penampung urine steril.
Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur.
Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.
Meski tidak meningkatkan risiko kanker payudara, namun, gejala mastitis mirip dengan gejala kanker payudara inflamasi.
Jenis kanker payudara yang langka ini menyebabkan perubahan kulit payudara. Tanda mungkin termasuk lesung pipit dan ruam payudara yang memiliki tekstur kulit jeruk.
Seperti halnya penyakit ini, satu atau kedua payudara bisa menjadi merah dan bengkak. Kanker payudara inflamasi biasanya tidak menyebabkan benjolan payudara.
Dokter mungkin merekomendasikan mammogram, ultrasound, atau keduanya.
Jika tanda dan gejala mastitis tetap ada bahkan setelah menghabiskan penggunaan antibiotik, ibu menyusui mungkin memerlukan biopsi untuk memastikan tidak menderita kanker payudara.
Artikel Terkait: Perbedaan Mastitis dan Kanker Payudara
Komplikasi dari Mastitis
Jika tidak diobati dengan benar, infeksi payudara seperti mastitis dapat menyebabkan kumpulan nanah (abses) berkembang di payudara.
Abses biasanya membutuhkan drainase bedah. Untuk menghindari komplikasi ini, konsultasi dengan dokter segera setelah mengalami tanda atau gejala mastitis.
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, penyedia layanan kesehatan mungkin akan melakukan operasi kecil atau menggunakan jarum kecil untuk mengalirkan nanah.
Seringkali, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan antibiotik IV. Abses payudara tidak akan hilang dengan kompres hangat.
Dapatkah Mastitis Sembuh dengan Sendiri?
Bisa, menjawab pertanyaan di atas. Namun akan lebih baik bila dibantu dengan melakukan beberapa cara seperti yang dijabarkan Medicine Net berikut ini:
- Lanjutkan menyusui bayi.
- Memerah kelebihan ASI dari payudara yang sakit setelah menyusui.
- Mengompres payudara dengan kain bersih dan hangat untuk membantu mengurangi rasa sakit dan memperlancar aliran ASI.
- Menyusui dari sisi yang mengalami mastitis setiap dua jam untuk mencegah pembengkakan payudara.
- Memijat payudara dengan lembut di atas benjolan payudara dengan gerakan memutar ke arah puting. Pijat payudara dapat dilakukan kapan saja, terutama sebelum menyusui, memerah ASI, atau saat mandi.
- Mengenakan bra yang bagus, suportif, nyaman dan tidak terlalu ketat.
- Mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti acetaminophen dan ibuprofen, yang aman selama menyusui.
- Tetap terhidrasi dengan minum banyak cairan.
- Istirahat yang cukup.
Artikel terkait: Cara dan Waktu yang Tepat Memompa ASI agar Hasilnya Berlimpah, Busui Wajib Simak!
Ciri Mastitis Akan Sembuh
Sebenarnya mastitis bisa sembuh tanpa pengobatan. Berikut ini beberapa tanda bahwa mastitis Anda akan segera sembuh adalah:
- Tidak demam
- Nyeri berangsur berkurang dalam kurun waktu 24-72 jam
- Benjolan payudara menghilang selama 5-7 hari berikutnya. Biasanya butuh lebih dari 7 hari dan jika selama itu benjolan mengecil itu sudah pertanda baik.
Artikel terkait: Jangan Panik, Bun! Ada 7 Posisi Menyusui yang Benar Agar Bayi Tidak Gumoh
Perbedaan Mastitis dan Abses Payudara
Seperti yang sudah dijelakan di atas, mastitis adalah penyakit yang disebabkan infeksi oleh karena pembengkakan pada payudara.
Pembengkakan payudara biasanya disebabkan perlekatan yang salah pada bayi saat menyusui atau ibu melakukan penyapihan pada bayinya.
Sementara abses payudara, melansir International Breastfeeding Center, dapat terbentuk ketika pengobatan mastitis tertunda, atau jika mastitis tidak diobati secara efektif.
Abses adalah kantong nanah yang terbentuk di area yang terinfeksi karena tubuh tidak dapat sepenuhnya melawan infeksi itu sendiri.
Ini adalah cara tubuh mencegah infeksi menyebar ke seluruh tubuh (septikemia) –dengan demikian ini bukan hal yang buruk tetapi tetap tidak baik karena tubuh tidak melawan mastitis secara memadai).
Mastitis yang tidak biasa bisa menjadi abses dalam waktu kurang dari 24 jam –sejak awal gejala mastitis muncul. Jika mastitis berubah dari payudara terasa kencang menjadi terasa seperti ada cairan di dalamnya, bisa jadi mastitis telah menjadi abses.
Hal yang menandai mastitis sudah menjadi abses adalah adanya benjolan bengkak yang terdapat di bawah kulit payudara.
Selain itu, Anda akan merasa nyeri ketika payudara disentuh atau diremas. Payudara juga berwarna kemerahan da nada kemungkinan Anda mengalami demam.
Bila Anda mengalami mastitis yang belum sembuh sepenuhnya atau membaik secara signifikan dalam waktu 5 – 7 hari (setelah mengonsumsi antibiotik), Anda perlu memeriksakan ke dokter untuk melihat apakah ada abses.
Abses bisa diketahui dengan USG. Salah satu cara yang biasanya dilakukan dokter untuk mengeluarkan abses adalah memasukkan kateter ke dalam abses dan mengeringkannya.
Prosedur ini dilakukan oleh ahli radiologi intervensi, bukan ahli bedah. Umumnya penyembuhan total terjadi dalam waktu seminggu.
Artikel Terkait:Ketahui 8 Penyebab Puting Payudara Sakit dan Cara Mengatasinya!
Kapan Harus ke Dokter?
Walau terkesan sepele, namun jangan anggap meremehkan mastitis. Ibu harus segera menghubungi dokter, jika beberapa hal ini terjadi, seperti:
- Nyeri payudara.
- Perubahan cara payudara terlihat atau terasa.
- Benjolan yang baru ditemukan.
- Keluarnya puting.
- Memburuknya gejala penyakit ini setelah 24 jam antibiotik atau perawatan di rumah.
Pencegahan Mastitis
Pencegahan terhadap kejadian mastitis dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor risiko di bawah ini. Adapun beberapa pencegahan terjadinya penyakit ini menurut berbagai ahli, yaitu:
- Ibu disarankan untuk memerah ASI menggunakan pompa ASI atau tangan setiap 3 – 4 jam sekali. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif.
- Susui bayi di satu sisi, biarkan payudara kosong, sebelum beralih ke payudara lainnya. Lalu, ganti posisi menyusui untuk mengosongkan seluruh area payudara.
- Gunakan jari untuk menghentikan isapan bayi pada puting susu jika ibu perlu berhenti menyusui.
- Jangan memakai bantalan menyusui (breast pad) atau bra ketat yang menjaga puting tetap lembap.
- Pastikan untuk mencuci tangan dengan baik dan mencuci alat pompa ASI dengan sabun dan air panas agar tidak menjadi sumber kontaminasi.
Pertanyaan Populer Terkait Mastitis
Di mana letak benjolan mastitis?
Benjolan terdapat pada payudara yang mengalami pembengkakan atau infeksi.
Berapa lama mastitis bisa hilang?
Tergantung kondisi payudara dan pengobatan yang dipilih.
Apakah mastitis harus dioperasi?
Tidak selalu. Mastitis yang sudah berubah menjadi abses payudara ada kemungkinan harus ditangani dengan operasi.
Mastitis harus periksa ke dokter apa?
Bila Anda curiga mengalami mastitis, pertama-tama periksakan kondisi Anda ke dokter umum untuk penanganan awal. Dokter nantinya merujuk Anda ke dokter spesialis bedah untuk penanganan spesialistik.
Mastitis kompres air apa?
Anda bisa mengompres payudara yang mengalami mastitis dengan air hangat.
Apakah mastitis memengaruhi kualitas ASI?
Melansir penjelasan dari National Library of Medicine, mastitis dapat mengubah komposisi biokimia susu karena peningkatan permeabilitas (kemampuan mengolah) payudara dan berkurangnya sintesis susu.
Dikjelaskan dalam laman tersebut, umami dan rasa asin meningkat dalam susu dari payudara yang meradang. Kandungan natrium, glutamat, dan guanosin monofosfatjuga meningkat dalam susu dari payudara yang meradang.
Apakah mastitis memengaruhi produksi ASI?
Ya, tentu saja. Saat Anda mengalami mastitis, Anda mungkin memperhatikan bahwa suplai ASI pada payudara yang mengalami mastitis turun.
Penurunan output ini disebabkan peradangan dan pergerakan susu yang lebih lambat.
Itulah informasi lengkap mengenai mastitis. Sebaiknya, segera lakukan pengobatan jika mengalami beberapa gejala penyakit ini, atau segera menghubungi pelayanan kesehatan terdekat.
Baca Juga:
Kenali Radang Kelenjar Susu, Gejala dan Cara Mengobatinya
Ibu dengan mastitis, boleh menyusui? Ini penjelasan dokter!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.