Bunda, menyapih adalah waktu ketika si kecil mulai belajar makan makanan padat tanpa tambahan ASI. Dengan mengetahui cara menyapih anak dan waktu yang tepat, Bunda pasti akan bisa melakukannya dengan mudah, lo.
Berikut ini penjelasan lengkap mengenai panduan atau cara menyapih anak yang efektif secara alami dan dengan penuh cinta, plus pentingnya memberikan extended breastfeeding untuk buah hati Anda. Disimak, ya!
Cara Menyapih Anak yang Efektif Secara Alami agar Tidak Rewel
Cara menyapih anak yang paling mudah dan efektif secara alami adalah dengan penuh cinta. Seperti apakah teknik menyapih bayi dengan cinta dan penuh kasih itu? Berikut hal yang bisa Bunda lakukan:
1. Jangan Tawarkan, tapi Jangan Menolak
Menurut Kelly Bonyata (IBCLC), ini adalah cara menyapih anak paling lembut dari payudara Bunda.
Anda hanya melibatkan, bukan menawarkan payudara, tetapi juga tidak menolak jika balita minta menyusu. Maksudnya, Bunda tak perlu menawarkan bayi menyusu, tetapi ketika bayi meminta menyusu, Anda juga disarankan untuk tidak menolaknya. Jadi, berikanlah ASI saat anak menginginkannya saja.
Bunda tak perlu terlalu memikirkan metode ini karena secara alami akan dilakukan oleh ibu menyusui. Satu-satunya kekurangan metode ini adalah membutuhkan waktu yang lebih lama dari metode lain.
Paling penting diingat adalah kebutuhan dan emosi anak harus yang diutamakan.
Artikel terkait: Susah menyapih anak? Contek cara unik selebgram ini dalam menyapih sang buah hati
2. Kurangi Satu Sesi Menyusui pada Satu Waktu
Ini salah satu cara cepat menyapih anak umur 2 tahun. Bunda dapat mengurangi satu sesi menyusui setiap harinya selama satu minggu. Pengurangan sesi menyusui secara bertahap tidak akan membuat Bunda mengalami pembengkakan payudara yang membuat tidak nyaman. Stok ASI di payudara juga akan berkurang secara bertahap.
Saat mencoba cara menyapih anak ini, mulailah dengan menghilangkan sesi menyusui yang paling tidak penting bagi anak. Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
- Menawarkan sesuatu yang lain untuk menggantikan sesi menyusui seperti minum susu di sippy cup atau makan camilan.
- Memperpendek waktu menyusu.
Ketika satu sesi menyusu ini sudah berhasil dihilangkan dan payudara Anda tidak lagi penuh, Bunda dapat melanjutkan untuk menghilangkan sesi yang berikutnya. Ingat bahwa anak Anda mungkin enggan untuk meninggalkan sesi menyusui yang paling dia sukai, seperti waktu malam atau pagi hari.
Jangan memaksanya untuk menyerah karena ia mungkin mengaitkannya dengan kenyamanan, cinta, dan kedekatan dengan Bunda. Bersiaplah untuk bertahan demi balita Anda selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan.
3. Alihkan Perhatian Si Kecil Saat Menyapih Anak
Mengalihkan perhatian adalah cara menyapih anak yang efektif agar anak tidak rewel saat prosesnya. Bunda tahu bahwa waktu menyusui anak adalah yang terbaik. Antisipasi hal ini dengan mengalihkan perhatian anak, misalnya dengan menawarkan sesuatu yang lain.
Bunda bisa menawari anak camilan favoritnya, melakukan playdate, atau jalan kaki di taman dekat rumah. Triknya adalah menawarkan apa pun sebelum anak minta menyusu.
4. Ubah Rutinitas atau Jadwal
Jika buah hati biasanya ingin lebih banyak menyusu saat Bunda berada di rumah, cobalah keluar dan melakukan lebih banyak hal selama proses penyapihan. Namun, jika si kecil tampaknya perlu lebih banyak menyusu saat Bunda meninggalkanya, cobalah untuk tetap dekat dengannya selama Bunda bisa menyapih.
Lalu, apabila duduk di kursi tertentu mengisyaratkan dia untuk menyusu, cobalah untuk menghindari melakukan itu, atau hal lain yang mungkin mengingatkannya pada aktivitas menyusu. Serta, Bunda juga bisa mengenakan baju yang sulit dijangkau untuk anak menyusu.
5. Tunda Sebisa Mungkin
Menunda waktu menyusu juga salah satu cara menyapih efektif agar anak tidak rewel yang bisa Bunda coba. Saat buah hati meminta untuk menyusui, ucapkan “Jangan sekarang, nanti ya”.
Terkadang, kata ‘nanti’ pada akhirnya tidak pernah datang karena dia terlalu sibuk dengan hal lain. Cara ini juga bisa membuat anak belajar bahwa dia bisa menunggu sebentar.
6. Persingkat Sesi Menyusui
Selain menunda, cara menyapih anak berikutnya adalah mulailah secara bertahap kurangi jumlah waktu menyusui sampai si kecil benar-benar bisa lepas menyusu.
7. Pilih Waktu Menyapih Antara Siang atau Malam Hari
Cobalah untuk tidak menyusui pada siang dan malam sekaligus. Pilih salah satu saja (siang atau malam) dan kerjakan sebentar alih-alih mencoba menyapih keduanya sekaligus.
8. Komunikasi dengan Anak
Bunda, meski si kecil belum terlalu paham, tetapi komunikasi saat mulai menyapih adalah hal penting, lo. Anda bisa menjelasan sedikit demi sedikit kepada anak bahwa di usianya ini, menyusui sebaiknya sudah tidak dilakukan karena ia bertumbuh besar. Bunda juga bisa menggunakan cara menyenangkan seperti bercerita atau dongeng saat menjelasan hal ini.
9. Menggendong Anak dengan Cara Berbeda
Cobalah menggendong anak dengan cara berbeda dengan saat Anda menyusuinya. Hindari menggendong anak dengan posisi saat Bunda biasa menyusuinya. Hal ini biasanya akan membantu agar Anda bisa menyapih anak usia 2 tahun secara perlahan agar tidak rewel saat harus berhenti menyusu.
10. Mengubah Kebiasaan Tidur
Apabila Bunda terbiasa menidurkan anak dengan cara menyusuinya, maka saatnya kebiasaan ini diubah ya, Bun. Alih-alih menyusui, Anda bisa membuat si kecil tidur dengan menepuk-nepuk badannya secara perlahan atau menidurkannya di kursi goyang sehingga ia tertidur. Mengubah kebiasaan tidur juga bisa menjadi cara mudah menyapih anak usia 2 tahun yang efektif, Bun.
Mengapa Harus Menyapih Anak?
Sebelum bayi berusia satu tahun, ada tiga alasan umum mengapa ibu berhenti menyusui. Ini kata beberapa penelitian:
- Anggapan bahwa tidak bisa menghasilkan ASI cukup atau bayi yang tidak merasa kenyang setelah menyusu.
- Bayi yang sering menggigit payudara atau puting ibu.
- Bayi kehilangan minat dalam menyusu.
Akan tetapi, saat bayi sudah berusia lebih dari satu tahun atau sudah memasuki usia balita, proses menyusui sudah lebih mapan sehingga alasan untuk menyapih mengalami perubahan.
Bagi sebagian ibu, bisa jadi mereka hamil anak kedua sehingga produksi ASI mengalami penurunan drastis dan merasa kesakitan saat balita menyusu akibat dari perubahan hormon.
Para ibu lain yang anak balitanya menyusu agar tertidur mungkin akan membiasakan anak tidur sendiri sebagai cara menyapih anak secara alami.
Beberapa anak mungkin menyusu kapan pun ia ingin sekadar mencari rasa nyaman. Bunda mungkin merasa hal ini akan mengganggu rutinitas anak sehingga mulai melakukan ritual menyapih anak. Atau mungkin Bunda sedang melakukan pengobatan yang memaksa Anda berhenti menyusui anak.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Menyapih Anak?
“Duh, lalu menyapih anak paling baik di umur berapa, ya?”
Pertanyaan ini kerap ditanyakan para ibu yang merasa sudah cukup memberikan ASI pada bayinya. Sebenarnya, tidak ada patokan tertentu kapan harus menyapih buah hati.
American Academy of Family Physicians (AAFP) menulis bahwa usia 2–7 tahun adalah perkiraan “usia penyapihan alami bagi manusia.” Namun, melakukan penyapihan adalah keputusan yang sangat pribadi yang harus dibuat oleh setiap keluarga sendiri, terutama ibu.
Kapan pun Anda memulainya, mengutip Mayo Clinic, fokuslah pada kebutuhan anak dan juga kebutuhan Anda sendiri. Tahan membandingkan situasi Anda dengan keluarga lain, dan pertimbangkan untuk memikirkan kembali tenggat waktu yang mungkin telah Anda tetapkan untuk menyapih saat hamil atau saat bayi baru lahir.
Kebanyakan balita menyapih secara alami di usia antara 2-4 tahun. Bunda dapat menunggu sampai saat itu sambil terus melakukan beberapa teknik penyapihan lembut versi Anda sendiri, seperti “jangan menawarkan ASI” atau juga “jangan menolak ketika anak meminta ASI”.
Namun, perlahan-lahan cobalah mengurangi sesi menyusui dengan mempersingkat waktu maupun durasinya atau menggantinya dengan snuggles atau melakukan metode lainnya yang lebih ramah anak.
Waktu yang Tidak Tepat untuk Menyapih Anak Secara Alami
Apakah ada saat-saat tertentu di mana waktu tersebut dianggap tidak baik untuk mulai menyapih? Ada, Bunda. Pertimbangkanlah untuk menunda penyapihan jika mengalami ini:
- Khawatir tentang alergen. Jika Parents memiliki alergi makanan, pertimbangkan untuk menunda penyapihan sampai si kecil berusia 1 tahun. Penelitian menunjukkan, anak pada alergen potensial saat menyusui dapat menurunkan risikonya terkena alergi. Bicaralah dengan dokter anak mengenai hal ini.
- Anak sedang tidak enak badan. Jika si kecil sedang sakit atau tumbuh gigi, tunda penyapihan hingga ia merasa lebih baik. Begitu juga dengan Bunda, tunda penyapihan bila Anda juga sedang merasa tidak enak badan. Bunda dan bayi akan sama-sama lebih mungkin menangani masa transisi (dari menyusui ke tidak menyusui) ini dengan baik bila sama-sama berada dalam kesehatan yang baik.
- Terjadi perubahan besar. Hindari memulai penyapihan selama masa perubahan besar, seperti sedang sibuk pindahan rumah atau si kecil pindah ke tempat penitipan anak yang baru. ‘Perubahan’ ini biasanya membuat si kecil tidak nyaman dan stres, jadi tunggulah hingga emosinya stabil –menyusui bisa membantu anak merasa nyaman dan mengurangi stresnya.
- Anda mengalami hari yang buruk. Melansir laman What to Expect, bila Bunda mengalami hari yang sulit, entah itu disebabkan oleh pekerjaan atau hal lainnya, tunda penyapihan. Beri diri Anda beberapa hari atau minggu untuk memulihkan emosi dan mengembalikan energi sebelum penyapihan.
Jika bayi Bunda mengalami kesulitan dalam proses penyapihan, pertimbangkan untuk mencoba lagi dalam satu atau dua bulan.
Waktu yang Dibutuhkan untuk Menyapih Anak
Melansir dari laman Mayo Clinic, penyapihan bisa memakan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan. Bahkan setelah Bunda berhasil menyapih anak dari menyusui, Anda bisa bisa saja terus menyusuinya di pagi hari dan sebelum bayi tidur untuk menjaga kedekatan dengannya.
Waktu menyusui adalah pengalaman yang intim antara ibu dan bayi. Ketika bayi siap disapih, bisa jadi emosi Bunda campur aduk dan kesulitan ‘melepaskan’.
Artikel terkait: Weaning With Love/Gentle Weaning; Cara Terbaik Menyapih Anak ASI
Kondisi Ibu Setelah Menyapih Anak
1. Perubahan Hormon
Tidak lagi menyusui bayi akan menyebabkan perubahan hormon pada tubuh ibu. Di mana perubahan tersebut tidak hanya memicu rasa bahagia dan lega karena sukses menyapih anak, tetapi juga sedih dan cemas karena tidak bisa lagi menyusui bayinya.
2. Depresi
Bahkan ada beberapa ibu yang merasa sedikit depresi. Bila itu terjadi pada Bunda, periksakan segera diri Anda ke dokter. Terkadang depresi pascamelahirkan dapat berkembang setelah masa penyapihan.
3. Pembengkakan Payudara
Ada baiknya penyapihan tidak dilakukan terburu-buru karena bisa menyebabkan pembengkakan pada payudara ibu yang disertai dengan rasa sakit dan nyeri. Lakukanlah pemerahan ASI untuk mengantisipasi pembengkakan –ASI disimpan sebagai stok.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri akibat pembengkakan adalah dengan meletakkan daun kubis dingin di antara bra dan payudara. Ganti kubis segera setelah layu dengan yang segar.
Payudara yang bengkak harus segera ditangani. Bila tidak, bisa menyebabkan masalah pada payudara yang lebih serius, seperti mastitis, yakni infeksi akibat payudara yang membengkak dan membutuhkan pengobatan dengan antibiotik.
Manfaat ASI bagi Ibu dan Bayi
Nah, Bun, itulah beberapa cara menyapih anak secara alami dan efektif agar anak tidak rewel. Selain cara menyapih anak tersebut, Bunda juga perlu tahu manfaat dari menyusui si kecil secara eksklusif, 1 tahun hingga seterusnya.
Banyak ahli medis, termasuk American Academy of Pediatrics (AAP) dan American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan para ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif (tanpa susu formula, jus, air putih atau jenis minuman lainnya) selama 6 bulan.
Melansir situs WebMD, ASI ini harus diteruskan baik setelah si bayi dikenalkan MPASI (makanan pendamping air susu ibu) hingga tahun pertama kehidupan bayi dan seterusnya.
Seberapa sering Bunda menyusui bayi tergantung dari sesering apa bayi Anda ngemil atau menyusui. Dengan semakin bertambahnya usia anak, kebutuhan bayi pasti berubah. Bayi baru lahir biasanya menyusu setiap 2-3 jam, usia 2 bulan setiap 3-4 jam, dan usia 6 bulan setiap 4-5 jam.
Bunda pasti sudah tahu kalau ASI memiliki banyak manfaat ideal yang dibutuhkan bayi untuk menunjang pertumbuhan fisik dan perkembangan otaknya. Beberapa manfaat itu adalah:
- ASI juga mudah dicerna (dibanding susu formula) sehingga aman untuk sistem percernaan bayi.
- Mengandung antibodi yang membantu bayi melawan virus dan bakteri.
- Menyusui menurunkan risiko bayi menderita asma atau alergi.
- Mengurangi risiko infeksi telinga, penyakit pernapasan, dan serangan diare.
- Meningkatkan bonding antara ibu dan bayi melalui sentuhan kulit-ke-kulit dan kontak mata.
- Mencegah SIDS (suddent infant death syndrome atau sindrom kematian bayi mendadak), kata AAP.
- Menurunkan risiko diabetes, obesitas, dan jenis kanker tertentu.
Tidak hanya pada bayi, menyusui juga memberikan dampak positif bagi ibu, di antaranya adalah:
- Membakar kalori ekstra di tubuh ibu sehingga dapat membantu ibu menurunkan berat badan kehamilan lebih cepat.
- Melepaskan hormon oksitosin, yang membantu rahim ibu kembali ke ukuran sebelum hamil.
- Mengurangi perdarahan rahim setelah bayi lahir.
- Menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium.
- Menurunkan risiko osteoporosis.
- Menghemat uang, waktu, dan tenaga karena ibu tidak perlu membeli susu formula, mensterilkan dot, membuatkan bayi susu, dan lainnya.
Manfaat Extended Breastfeeding
Selepas ASI eksklusif, seperti yang disarankan AAP dan ACOG, para ibu sebaiknya tetap memberikan ASI kepada bayi. Jika memungkinkan hingga bayinya berusia satu tahun atau bahkan seterusnya.
Menurut para ahli laktasi, ada banyak sekali manfaat baik melalui extended breastfeeding (menyusui yang diperpanjang) ini pada balita, salah satunya pada balita berkebutuhan khusus, seperti ditegaskan dalam situs Healthline.
1. Nutrisi
Ada yang mengatakan bahwa semakin hari ASI Anda akan “berubah menjadi air” atau kandungan nilai gizinya berubah setelah periode tertentu. Itu mitos, Bunda!
Penelitian justru mengatakan, ASI mampu mempertahankan kualitas nutrisinya selama bayi terus menyusui, berapapun usia bayi. Komposisinya memang ternyata berubah, tetapi itu menyesuaikan kebutuhan bayi yang sedang tumbuh.
Misalnya, kandungan energi dan lemak pada ASI menjadi lebih tinggi setelah 1 tahun, sedangkan setelah tahun kedua kandungan seng dan kalium pada ASI ibu menurun dan jumlah proteinnya meningkat. Menurut para ahli perubahan ini menyesuaikan kebutuhan anak di usia tersebut.
2. Ikatan Cinta
Memang ada banyak cara untuk meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, tetapi tak ada yang menandingi ikatan yang dibangun saat proses menyusui terjadi.
Ketika bayi Bunda sudah bisa merangkak, berjalan, dan menjelajah, pasti waktu Anda untuk mendekap dan menggendongnya semakin berkurang. Oleh karena itu, dengan melakukan extended breastfeeding bisa lebih lagi meningkatkan ikatan cinta antara ibu dan anak.
3. Kenyamanan
Sejak kelahirannya, dekapan dan payudara ibu merupakan tempat yang paling nyaman bagi si kecil. Realita ini memang ada plus-minusnya, sih, Bunda.
Minusnya, bayi bisa sangat ketergantungan dengan ibunya, sulit jauh dan mengalami anxiety separation, hingga kebiasaan ‘bermain-main’ dengan payudara atau puting ibu (mengisap berlebihan atau mengigit). Plusnya, di saat yang bersamaan, menyusui bisa menenangkan dan membantu bayi mengatur emosi bayi.
4. Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Bayi
AAP menjelaskan, pada bayi yang memiliki riwayat keluarga alergi, menyusui selama 4 bulan dapat melindungi bayi dari berkembangnya alergi di kemudian hari. Sedangkan menyusui lebih dari 6 bulan dapat melindungi bayi dari risiko leukemia dan limfoma juga diabetes tipe 1 dan 2.
Menurut La Leche League International, kekebalan dalam ASI telah menunjukkan peningkatan konsentrasi saat bayi semakin besar dan menyusu lebih sedikit, sehingga bayi yang lebih besar masih menerima banyak faktor imunitas.
Pada balita dan anak kecil, pemberian ASI yang diperpanjang membantu mereka untuk mengatasi perubahan baru dalam hidup dengan lebih baik, misalnya pengalaman baru dan perubahan rutinitas.
Lalu, ketika si kecil sakit, menyusu dapat memberikan kekebalan dan mengisi (tetapi tidak sepenuhnya mengganti) nutrisi saat nafsu makan anak menurun –ASI lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh manusia.
Selain bayi, ibu juga menerima banyak manfaat kesehatan, nih. Seperti yang dijabarkan Academy of Breastfeeding Medicine (ABM), durasi menyusui yang lebih lama dikaitkan dengan pengurangan dan perlindungan penyakit ibu. Di antaranya mengurangi risiko kanker payudara, kanker ovarium, diabetes, tekanan darah tinggi, rheumatoid arthritis, obesitas, diabetes, dan serangan jantung.
Dengan kata lain, semakin lama proses menyusui berlanjut, semakin baik kesehatan ibu –dan juga bayi pastinya.
Artikel terkait: Mengatasi bayi muntah atau gumoh, bagaimana caranya?
Pertanyaan Populer Seputar Cara Menyapih Anak
Apakah Cara Menyapih Anak Bisa Menggunakan Cabai dan Brotowali?
Dua cara menyapih anak itu terbilang ‘kejam’ karena bisa menyakiti buah hati Anda, Bunda. Cabai dapat membakar dan menyengat mulut anak, sementara brotowali dapat menyebabkan anak muntah atau bahkan diare. Maka dari itu, lebih baik Bunda menggunakan cara menyapih anak secara alami.
Apa Saja Tanda Bayi Sudah Siap Disapih?
Bunda, sebelum menyapih anak, Anda juga perlu memerhatikan kesiapannya, apakah sudah disiap disapih atau belum. Berikut ini tanda bayi sudah siap untuk disapih:
- Bayi mudah terganggu saat menyusu
- Anak tampak tidak tertarik lagi saat menyusu melalui payudara
- Anak tetap rewel meski sudah diberi ASI atau menyusu lebih sebentar dari biasanya
- Bayi mulai tidak menghisap saat sedang menyusu sehingga ASI Bunda tidak keluar
- Bayi menyusu di payudara bukan karena lapar, tapi hanya karena mencari kenyamanan
Kapan Waktu yang Tepat Menyapih Anak?
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, waktu menyapih anak berbeda-beda karena tidak ada patokan tertentu, Bun.
Biasanya menyapih mulai dilakukan ketika anak menginjak usia 2 tahun, tetapi beberapa ada juga yang mulai menyapih si kecil ketika berusia 6 bulan.
Perlu diingat, Bunda bisa mulai menyapih anak ketika dia sudah siap. Setiap anak unik, sehingga perkembangannya berbeda-beda dan waktu menyapih pun bisa jadi lebih lambat atau cepat. Kapan anak bisa berhenti menyusu adalah hal pribadi, tergantu Bunda dan si kecil.
Minum Apa Agar ASI Berhenti?
Obat anti prolaktin bisa dikonsumsi untuk mengurangi kadar prolaktin dalam tubuh yang berfungsi membantu mengurangi jumlah ASI. Namun, karena kondisi setiap Busui berbeda, tidak ada salahnya berkonsultasi ke dokter terlebih dulu sebelum mengonsumsinya.
***
Menyapih adalah sebuah proses panjang, di mana Bunda dan bayi sama-sama saling menyesuaikan diri secara fisik maupun emosional. Jadi luangkanlah waktu Anda untuk menyelesaikan tahapan dan proses ini dengan sebaik mungkin.
Cobalah untuk tidak terlalu khawatir tentang apa yang dipikirkan orang lain. Sebaliknya, percaya naluri Anda sendiri, Bun! Dan yang terpenting, ucapkan selamat kepada diri Anda sendiri atas pencapaian yang luar biasa ini.
Artikel diupdate oleh: Ester Sondang
Baca juga:
10 Cara menyapih anak yang wajib Bunda coba
Konselor Laktasi: "Busui Tak Perlu Memaksa Dapatkan Title ASI Eksklusif"
5 Mitos Tentang Menyusui Lebih dari 2 Tahun yang Terbukti Salah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.