Menopause merupakan satu tahap dalam kehidupan perempuan saat ia sudah tak lagi mengalami menstruasi yang pada akhirnya memang sudah tak memungkinkan lagi untuk hamil. Biasanya kondisi ini terjadi pada saat usia sekitar 50 tahun-an, namun seorang perempuan bisa saja mengalami menopause dini. Gejala menopause dini ini bisa dirasakan saat usia masih berada sekitar 40-45 tahun.
Kondisi menopause maupun menopause dini sebetulnya serupa, hanya usia saja yang membedakan kedua kondisi tersebut. Perempuan wajib tahu, ada beberapa gejala yang biasa terjadi serta berbagai hal yang bisa jadi penyebab menopause dini terjadi.
Berbagai gejala menopause dini
Ada beberapa gejala menopause dini yang bisa terjadi pada perempuan. Setiap perempuan bisa mengalami siklus menstruasi yang kurang teratur selama beberapa tahun sebelum akhirnya periode menstruasi ini berakhir.
Beberapa gejala lain yang sebaiknya diperhatikan, di antaranya:
- Mengalami hot flashes atau rasa hangat yang menyebar ke seluruh bagian tubuh.
- Vagina terasa lebih keirng dari biasanya, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan saat berhubungan seks.
- Lebih sering mengalami buang air kecil.
- Mengalami keringat dingin pada malam hari.
- Payudara terasa nyeri dari biasanya.
- Mengalami kesulitan saat hendak tidur atau insomnia.
- Jantung sering berdebar kencang.
- Mengalami infeksi saluran kencing, dengan atau tanpa gejala.
- Kulit, mata, dan mulut terasa lebih kering.
- Perubahan emosional yang menjadi lebih mudah marah, perubahan suasana hati, depresi ringan, maupun cemas.
- Pertambahan berat badan.
- Rambut mulai rontok atau menipis.
- Perubahan pada libido atau dorongan seksual menjadi lebih rendah.
- Sulit berkonsentrasi atau kehilangan memori.
- Nyeri pada sendi maupun otot.
Artikel terkait : 9 Cara Mempersiapkan Diri untuk Menghadapi Menopause
Waspadai penyebabnya
Gejala menopause dini
Menopause dini bisa terjadi secara alami, namun juga bisa dialami karena adanya faktor eksternal. Beberapa hal yang meningatkan risikonya, antara lain:
1. Kondisi genetik
Perempuan yang memiliki riwayat menopause dini di keluarga kemungkinan memiliki risiko lebih tinggi mengalaminya juga. Di sisi lain, kondisi kromosom seseorang pun bisa memiliki pengaruh.
Ada perempuan yang memang terlahir mengembangkan kromosom yang rentan berpengaruh terhadap menopause dini. Selain itu, ada juga perempuan yang memiliki kelainan berupa kehilangan kromosom yang memiliki andil besar dalam segi fertilitas.
Contohnya saja perempuan yang mengalami Sindrom Turner, yang dilahirkan kehilangan seluruh atau sebagian kromosom X. Kondisi ini menyebabkan ovarium tidak terbentuk secara normal saat lahir hingga berpengaruh pada siklus menstruasi. Ini pun bisa terus berlanjut pada siklus menopause yang tidak normal.
2. Penyakit autoimun
Penyebab internal lain yang bisa menyebabkan perempuan rentan mengalami menopause dini ialah penyakit autoimun yang dideritanya. Beberapa jenis penyakit autoimun seperti masalah tiroid maupun rheumatoid arthritis diketahui memiliki kaitan.
Pada beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya menyerang penyakit justru menyerang sel tubuh yang sehat, termasuk indung telur. Kondisi ini bisa mengakibatkan indung telur tidak dapat menghasilkan hormon.
3. Kebiasaan merokok
Salah satu kebiasaan buruk yang sangat berhubungan dengan menopause dini ialah merokok. Perempuan yang merokok diketahui bisa mengalami menopause dua tahun lebih cepat dibandingkan perempuan lain yang tidak merokok.
Tak hanya dari segi usia, gejala yang bisa dirasakan perempuan perokok pun bisa lebih parah dibandingkan perempuan non perokok.
Artikel terkait : Bukan Hanya Wanita, Menopause Pada Lelaki Juga Bisa Terjadi
4. Operasi pengangkatan rahim
Histerektomi atau operasi pengangkatan rahim bisa menjadi penyebab lain dari menstruasi dini. Saat sudah dilakukan, perempuan tidak akan lagi mengalami menstruasi maupun mendapat peluang kehamilan.
Namun pada beberapa kasus, operasi pengangkatan rahim yang dilakukan masih bisa mempertahankan indung telur sehingga menopause dini tidak secara langsung terjadi. Selanjutnya, menopause dini akan bisa terjadi saat satu atau dua tahun setelahnya.
Gejala menopause dini
5. Pengangkatan ovarium
Menopause dini bisa cepat terjadi saat perempuan sudah melakukan operasi pengangkatan ovarium. Kedua ovarium yang diangkat melalui operasi atau disebut ooforektomi bilateral bisa menyebabkan gejala menopause dini segera muncul.
Segera setelah operasi dilakukan, seorang perempuan biasanya akan mengalami hot flashes dan penurunan hasrat seksual yang drastis.
6. Sindrom kelelahan kronis
Penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami Myalgic Encephalomyelitis (ME) atau Chronic Fatigue Syndrome (CFS) bisa cenderung mengalami menopause dini. Beberapa gejala dari kondisi ini, antara lain:
- Mengalami kelelahan yang esktrem.
- Nyeri bagian otot dan persendian.
- Mengalami sakit kepala.
- Kurang tidur.
- Tubuh terasa lemah.
7. Menderita HIV
Seorang perempuan yang sudah terinfeksi HIV dan tak terkontrol dengan baik bisa lebih berisiko mengalami menopause dini. Dibandingkan kondisi perempuan lainnya, perempuan yang mengalami HIV biasanya mengalami gejala hot flash yang jauh lebih parah, Parents.
8. Kemoterapi
Terapi berupa kemoterapi untuk area panggul maupun kanker bisa lebih meningkatkan risiko menopause dini. Namun, tidak semua perempuan bisa mengalaminya, karena usia pun ternyata memiliki peran.
Pasien kemoterapi yang jauh lebih muda diketahui bisa lebih kecil kemungkinanya mengalami menopause. Kemoterapi bisa meningkatkan risiko karena bisa berpotensi merusak indung telur sehingga menyebabkan siklus menstruasi tidak normal.
Kondisi menopause dini ini bukanlah suatu hal yang bisa membahayakan. Namun, bila Parents merasa harus mengonsultasikannya segeralah berdiskusi dengan dokter terkait, ya.
Sebaiknya, setiap perempuan memang proaktif mengonsultasikan gejala yang dialami supaya tidak timbul kekhawatiran berlebih. Semoga membantu, ya!
Baca Juga :
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.