Muntaber pada anak adalah kondisi kesehatan yang perlu diwaspadai oleh orang tua. Meski dapat sembuh dengan sendirinya pada tingkat yang rendah, muntaber parah dapat menyebabkan dehidrasi yang berujung pada komplikasi kesehatan serius.
Bayi dan anak-anak adalah kelompok usia yang sangat rentan terkena muntaber dan dehidrasi. Lalu, apa yang bisa Parents lakukan jika anak terjangkit muntaber? Simak ulasannya berikut ini.
Artikel Terkait: Normalkah Bayi Sering Muntah? Cari Tahu Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Definisi Muntaber pada Anak
Sumber: Freepik
Muntaber pada anak adalah ketika terjadi kondisi muntah dan diare yang muncul bersamaan. Muntah adalah pengosongan paksa dari apa yang ada di perut dan umumnya diawali dengan rasa mual atau sakit perut. Sementara itu, diare berarti tiga kali atau lebih buang air besar dengan tinja yang encer atau sangat encer.
Muntaber sering terjadi pada anak-anak. Kadang-kadang, dokter menyebut kondisi muntaber sebagai gastroenteritis atau flu perut.
Dalam kebanyakan kasus, penyakit muntaber disebabkan oleh virus yang juga dapat menyebabkan demam. Penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya dan hanya memerlukan perawatan sederhana di rumah.
Meskipun begitu, Parents tetap harus waspada dengan risiko dehidrasi pada bayi dan anak-anak yang mengalami muntaber. Apabila disertai dengan demam, dehidrasi bisa lebih parah. Jika mengalami penyakit ini, umumnya anak kehilangan nafsu makannya dan ini normal, tetapi ia tetap harus minum cairan.
Gejala Muntaber pada Anak
Beberapa gejala umum dari penyakit muntaber adalah
- Mual
- Muntah
- Pusing
- Demam
- Lemas
- Diare yang encer
- Sakit perut
Penyebab Muntaber pada Anak
Sumber: Freepik
1. Muntaber karena Virus (Viral Gastroenteritis)
Muntaber yang disebabkan oleh virus adalah infeksi usus yang mencakup tanda dan gejala seperti diare, kram perut, mual atau muntah, dan terkadang demam. Agen yang umum menyebabkan Viral Gastroenteritis adalah Rotavirus.
Seseorang bisa terkena muntaber karena virus melalui kontak dengan orang yang terinfeksi atau dengan mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
Tergantung pada penyebabnya, gejala viral gastroenteritis ini dapat muncul dalam 1-3 hari setelah terinfeksi dan dapat berkisar dari ringan hingga parah. Gejalanya biasanya berlangsung hanya satu atau dua hari, tetapi kadang-kadang bisa berlangsung hingga 14 hari.
2. Muntaber karena Infeksi Bakteri (Bacterial Gastroenteritis)
Muntah dan diare juga bisa disebabkan oleh beberapa bakteri seperti Clostridioides difficile, salmonella dan Escherichia coli. Beberapa dapat menyebabkan infeksi usus besar yang parah (seperti kolitis Shigella).
Gejalanya meliputi mual, muntah, demam, diare, kram perut, dan nyeri. Dalam kasus yang parah, penderitanya mungkin mengalami dehidrasi dan mengalami ketidakseimbangan elektrolit. Namun, sebagian besar Bacterial Gastroenteritis akan hilang dengan sendirinya atau kadang-kadang diobati dengan resep antibiotik.
Lantaran gejalanya yang mirip, agak sulit untuk membedakan Bacterial Gastroenteritis dan Viral Gastroenteritis.
3. Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan oleh mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Organisme menular termasuk bakteri, virus dan parasit atau racunnya adalah penyebab paling umum dari keracunan makanan.
Organisme menular atau racunnya ini dapat mencemari makanan di setiap titik pemrosesan atau produksi. Kontaminasi juga dapat terjadi di rumah jika makanan tidak dicuci atau dimasak dengan benar, dan kuman dapat berkembang dalam makanan dibiarkan terlalu lama di ruangan.
Gejala keracunan makanan dapat dimulai dalam beberapa jam setelah makan makanan yang terkontaminasi dan sering kali termasuk mual, muntah atau diare. Keracunan makanan ringan dapat sembuh tanpa pengobatan, tetapi pada beberapa kasus parah perlu perawatan di rumah sakit.
4. Traveler’s Diarrhea
Traveler’s Diarrhea adalah gangguan saluran pencernaan yang disebabkan oleh makan makanan yang terkontaminasi atau minum air yang terkontaminasi ketika seseorang mengunjungi tempat yang iklim atau praktik sanitasinya berbeda dari daerah asalnya.
Kondisi ini biasanya tidak serius pada kebanyakan orang, tetapi untuk mengurangi risikonya, berhati-hatilah dengan apa yang dimakan dan minum saat bepergian.
5. Stres
Penelitian menunjukkan bahwa fungsi gastrointestinal dapat dipengaruhi oleh stres. Stres serta kecemasan biasanya menyebabkan sejumlah gejala gastrointestinal seperti muntah dan diare.
Hormon stres yang dilepaskan oleh tubuh akan memperlambat motilitas atau gerakan di sistem pencernaan. Stres dan kecemasan juga telah dikaitkan dengan sindrom iritasi usus (IBS) serta penyakit radang usus (IBD).
6. Obat-Obatan
Muntah dan diare bisa jadi efek samping dari mengonsumsi obat. Beberapa obat mengandung zat aditif yang mengiritasi lambung seperti antibiotik tertentu, obat antiinflamasi nonsteroid (seeprti ibuprofen dan aspirin), obat kemoterapi, dan metformin.
Artikel Terkait: Penyebab Anak Diare yang Jarang Disadari Bunda, Berikut Faktanya
Frekuensi Muntah
- Ringan: 1-2 kali/hari
- Sedang: 3-7 kali/hari
- Parah: Muntah terus-menerus sebanyak 8 kali atau lebih per hari
Pada awal penyakit, biasanya anak penderita muntaber akan terus menerus muntah selama 3 hingga 4 jam, baru kemudian mereka menjadi lebih stabil dan berada dalam frekuensi muntah ringan.
Frekuensi Diare
- Ringan: 3-5 tinja encer per hari
- Sedang: 6-10 tinja encer per hari
- Parah: Lebih dari 10 tinja encer per hari
Dehidrasi
Sumber: Freepik
Risiko utama muntah dan diare adalah dehidrasi. Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dikonsumsi, dan tubuh tidak memiliki cukup air dan cairan lain untuk menjalankan fungsi normalnya. Jika cairan yang hilang tidak segera diganti maka akan mengalami dehidrasi.
Siapa pun dapat mengalami dehidrasi, tetapi kondisi ini sangat berbahaya bagi bayi dan anak kecil. Semakin muda usia anak, semakin besar pula risiko dehidrasinya.
Tanda dan gejala dehidrasi mungkin berbeda berdasarkan usia. Untuk bayi dan anak-anak, gejalanya adalah:
- Mulut dan lidah kering
- Tidak ada air mata saat menangis
- Tidak ada popok basah selama tiga jam
- Mata cekung
- Titik lunak cekung di atas tengkorak
- Kelesuan atau lekas marah
Dehidrasi dapat menyebabkan komplikasi serius yang berpotensi mengancam nyawa, termasuk sengatan panas (heatstroke), masalah pada saluran kemih dan ginjal, kejang, dan syok volume darah rendah (syok hipovolemik).
Untuk mencegah dehidrasi, minum banyak cairan dan makan makanan tinggi kandungan air seperti buah-buahan dan sayuran. Anak-anak kecil sering tidak dapat memberi tahu orang tuanya bahwa mereka haus dan tidak bisa mengambil minuman sendiri, jadi tawarkan mereka minum sesering mungkin.
Cara Mengatasi Muntaber pada Anak
Sumber: Freepik
Sebagian besar kasus muntaber akan sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Pengobatan rumah dan obat-obatan dapat membantu untuk mengelola gejala dan menghindari dehidrasi.
Berikut adalah beberapa cara mengatasi muntah dan diare di rumah pada anak:
- Banyak istirahat.
- Berikan anak makanan dalam porsi yang lebih kecil dan lebih sering jika diperlukan.
- Berikan seteguk air di antara susu formula atau makanan padat.
- Beri anak larutan rehidrasi oral, seperti Pedialyte, air kelapa, kaldu ayam, atau smoothies.
- Jika anak sudah MPASI atau sudah berusia lebih besar, beri makanan yang bisa meringankan gejala MPASI seperti pisang, nasi, apel, dan roti.
- Makan biskuit asin untuk camilan.
Artikel Terkait: Makanan untuk Diare, Ini Daftar yang Dianjurkan dan Perlu Dihindari
Apa yang Harus Dilakukan?
- Tetap berada di rumah.
- Banyak beristirahat.
- Minum banyak air setiap 15 menit selama 3-4 jam. Contohnya termasuk air, minuman olahraga, soda datar, kaldu bening, agar-agar, es loli, atau jus apel. Jangan minum jus jeruk atau susu. Tingkatkan cairan sesuai toleransi.
- Untuk bayi, terus tawarkan ASI atau susu formula.
- Minum obat pereda rasa sakit seperti paracetamol jika diperlukan.
- Memberikan jus jahe karena ia memiliki sifat antiemetik alami. Ini memiliki efek menguntungkan pada sistem pencernaan anak dan membantu menyelesaikannya.
- Berikan air beras. Air ini mengandung pati dan merupakan cara terbaik untuk memasukkan kalori ke dalam tubuh anak dan meningkatkan energinya.
- Cuka sari apel adalah obatan tradisional atau rumahan yang baik untuk muntah pada anak-anak karena mendetoksifikasi tubuh. Campurkan satu sendok teh bersama dengan madu dalam segelas air dingin dan minta si kecil untuk meminumnya perlahan.
- Berikan cengkeh dan kayu manis. Kedua bumbu ini ternyata memiliki sifat menyejukkan yang dapat menenangkan perut yang sedang bermasalah.
- Akupresur. Teknik ini telah membantu meredakan rasa mual pada anak-anak dengan cara berikut, yaitu gunakan jari tengah dan telunjuk Parents untuk menekan lekukan di antara dua tendon besar di bagian dalam pergelangan tangan yang dimulai dari telapak tangan.
Apa yang Tidak Boleh Dilakukan?
- Jangan memaksa anak untuk makan
- Jangan beri anak jus buah karena dapat memperburuk diare
- Hindari membuat susu formula yang terlalu encer, tetap buat sesuai petunjuk pemakaian
- Jangan beri anak aspirin atau obat diare
- Jangan memberikan makanan padat kepada anak yang muntah
- Hindari makanan yang dapat mengiritasi atau mungkin sulit dicerna seperti alkohol, kafein, lemak/minyak, atau makanan pedas
Namun, jika anak Bunda tidak menanggapi perawatan ini dalam sehari atau muntah berlanjut, sebaiknya cari bantuan medis.
Kapan Harus Hubungi Dokter?
Sumber: xFrame
Meski muntaber bisa sembuh dengan sendirinya, Parents perlu waspada akan beberapa tanda kegawatdaruratan yang mungkin terjadi ketika anak mengalami muntaber, beberapa di antaranya:
- Menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.
- Tidak pipis selama 8 jam atau lebih.
- Urine berwarna gelap.
- Adanya darah pada feses.
- Sakit perut ketika tidak muntah.
- Bayi berusia kurang dari 12 minggu dan muntah 2 kali atau lebih.
- Bayi berusia kurang dari 12 minggu dan memuntahkan larutan rehidrasi oral 3 kali atau lebih.
- Muntah parah selama 8 jam.
- Demam lebih dari 40 derajat celcius.
- Demam pada bayi berusia kurang dari 12 minggu.
- Anak terlihat lemah dan sangat sakit.
Pengalaman Ibu yang Sharing tentang Pengalaman Merawat Muntaber pada Anak
Sejumlah orang tua di theAsianparent Community ternyata juga pernah memiliki pengalaman anaknya terkena muntaber.
Seperti misalnya, seorang ibu yang tidak diketahui identitasnya ini mengungkapkan sang buah hati pernah mengalami muntaber. Dari tulisannya tersebut, dia tampak bingung mengenai penyebab penyakit yang menjangkit anaknya itu.
Dia pun lantas bertanya kepada para ibu lain, apa yang menyebabkan muntaber? Dan semisal ibunya makan sesuatu yang menurut anak ‘sensitif’, apakah menjadi itu bisa jadi penyebab utama muntaber? Untuk diketahui, anak dari ibu ini full ASI.
Lalu, ada ibu bernama Sari yang membalas tulisan dari anonim tersebut. Sari mengatakan bahwa penyebab muntaber adalah bakteri. Dia menduga bayi dari ibu itu suka memasukkan mainan ke mulut dan mainannya ternyata kurang bersih.
Sementara, di sisi lain ada ibu bernama Sity Dhegadies yang juga memiliki pengalaman serupa terkait merawat anak yang terkena muntaber. Sity bercerita bahwa anaknya yang berusia 11 bulan sudah sakit selama tiga hari. Kemudian, dia pun bertanya apakah si kecil yang masih sakit tersebut boleh memakan buah-buahan?
Dari tulisan Sity tersebut, seorang ibu bernama Retno memberikan balasan bahwa sebaiknya si kecil tidak mengonsumsi buah-buahan karena dikhawatirkan bisa semakin parah. Dia juga menyarankan agar anak ibu Sity untuk ke UGD saja.
Sebagai informasi, makan buah-buahan dapat membantu mengatasi muntaber. Buah yang memiliki kandungan air tinggi, seperti semangka, blewah, melon, atau apel, bisa membantu tubuh si kecil tetap terhidrasi.
Pertanyaan Populer Terkait Muntaber Pada Anak
Berapa lama muntaber pada anak?
Muntah sesekali merupakan hal yang wajar bagi bayi dan anak-anak. Dalam kebanyakan kasus, itu akan berlangsung tidak lebih dari satu sampai dua hari dan bukan merupakan tanda sesuatu yang serius.
Sementara itu, diare biasanya berhenti dalam lima sampai tujuh hari. Apabila lebih dari itu, segera kunjungi pusat kesehatan atau dokter terdekat.
Bolehkah anak muntaber minum susu?
Dr. Marvin Gans, seorang dokter anak yang diwawancarai di Canadian Living, merekomendasikan untuk menghindari produk susu saat anak Parents mengalami muntaber. Ini karena susu mengandung gula yang merangsang usus dan berkontribusi pada diare.
Bunda, perlu menunggu antara dua hingga tiga hari untuk memberikan susu kepada si kecil setelah sakit. Untuk bayi yang menyusu, ASI tidak apa-apa.
Muntaber harus minum apa?
Anak-anak ataupun orang dewasa yang mengalami muntaber harus menjaga kadar elektrolitnya supaya tidak menurun akibat cairan tubuh yang berkurang. Untuk mengatasi masalah tersebut, minum oralit adalah solusinya. Parents bisa membuat sendiri oralit dengan campuran air hangat, garam, dan gula
***
Kenali gejala, penyebab, dan cara mengatasi muntaber pada anak seperti yang telah dijelaskan di atas. Semoga infromasi ini dapat bermanfaat, ya, Parents!
Artikel ini telah diupdate oleh Fadhilla Arifin.
Baca Juga:
Boleh nggak, sih, anak minum susu saat diare? Ini penjelasan pakar
17 Penyebab Bayi Muntah Setelah Makan MPASI dan Cara Mengatasinya
Mengatasi bayi muntah atau gumoh, bagaimana caranya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.