Menjadi orang tua akan membuat Parents khawatir terhadap apa saja yang menimpa buah hati, tidak terkecuali ketika bayi muntah. Bayi seringkali muntah setelah makan atau menyusu sehingga membuat Anda was-was. Sebelum mengetahui cara mengatasinya, Parents dapat terlebih dulu mencari tahu apa yang menjadi penyebab bayi muntah setelah makan MPASI.
Muntah pada bayi sebenarnya adalah hal yang wajar. Beberapa bayi akan sembuh dengan sendirinya dan tidak memerlukan penanganan lebih lanjut. Namun beberapa penyebab lainnya, membuat Anda harus segera menghubungi dokter anak Anda agar tidak terjadi sakit yang berkelanjutan.
Artikel Terkait: 5 Tanda Bayi Siap Diperkenalkan MPASI
17 Penyebab Bayi Muntah Setelah Makan MPASI
Berikut beberapa penyebab yang mungkin bayi Anda alami ketika muntah setelah makan MPASI:
1. Gumoh
Gumoh biasanya terjadi sebelum atau sesudah bayi bersendawa dan paling sering terjadi pada bayi di bawah usia 1 tahun. Saat mengalami gumoh, cairan akan dengan mudah mengalir dari mulut bayi Anda yang bentuknya seperti air liur hanya saja dengan warna putih susu.
Kondisi ini terjadi akibat masuknya udara ke dalam mulut bayi saat mengonsumsi susu formula melalui botol. Sedangkan, penutup pada lambung bayi belum terbentuk dengan sempurna, sehingga membuat susu kembali naik menuju kerongkongan dan terjadilah gumoh. Ini merupakan hal yang wajar, selama tidak disertai dengan sesak nafas atau bayi yang semakin rewel.
2. Kesulitan Makan
Bayi Anda adalah manusia kecil yang sedang belajar dari awal, mulai dari bagaimana dia akan makan dan mengelola makanan tersebut. Bersamaan dengan gumoh, bayi Anda mungkin akan muntah sesekali setelah diberi makan. Ini wajar terjadi pada awal kehidupannya.
Penyebabnya adalah karena perut bayi Anda belum terbiasa mencerna makanan. Muntah setelah menyusui biasanya berhenti setelah bulan pertama. Anda dapat mencoba memberikan MPASI dalam porsi kecil namun dengan frekuensi yang lebih sering untuk menghindari anak muntah.
3. Flu Perut
Ini adalah salah satu penyakit pada perut bayi yang disebabkan oleh gastroenteritis. Hal ini merupakan penyebab umum muntah pada bayi dan anak-anak. Bayi Anda mungkin mengalami siklus muntah yang datang dan pergi selama sekitar 24 jam. Ini biasanya disebabkan oleh virus yang akan hilang dengan sendirinya dalam waktu sekitar seminggu.
Segera hubungi dokter jika anak Anda menunjukkan tanda-tanda dehidrasi seperti mata kering, menangis tanpa air mata dan tidak buang air selama 8 hingga 12 jam.
4. Refluks
Layaknya orang dewasa bisa mengalami refluks karena asam lambung atau GERD, beberapa bayi juga bisa mengalami refluks. Ini dapat menyebabkan bayi muntah di minggu-minggu atau bulan-bulan pertama kehidupannya.
Muntah dari refluks terjadi ketika otot-otot di bagian atas perut terlalu rileks. Hal ini memicu bayi muntah sesaat setelah menyusu atau makan MPASI. Dalam kebanyakan kasus, otot perut menguat, dan muntah bayi hilang dengan sendirinya.
5. Flu
Bayi mudah terserang flu karena sistem kekebalan tubuhnya masih berkembang. Pada tahun pertamanya, bayi mungkin akan mengalami flu hingga 7 kali. Flu dapat menyebabkan gejala yang berbeda-beda, karenanya bayi Anda juga bisa saja muntah meskipun tidak disertai dengan demam.
Terlalu banyak lendir di hidung (kongesti) dapat menyebabkan tetesan lendir hidung di tenggorokan. Hal ini dapat memicu serangan batuk kuat yang terkadang menyebabkan muntah pada bayi dan anak-anak. Penyakit ini biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah virus hilang yakni sekitar satu minggu.
6. Infeksi Telinga
Infeksi telinga adalah penyakit umum yang terjadi pada bayi dan anak-anak. Ini karena tabung telinga mereka lebih horizontal dan bukan vertikal seperti yang dimiliki orang dewasa. Jika si kecil mengalami infeksi telinga, ia mungkin mengalami mual dan muntah tanpa demam.
Ketika makan dia akan muntah karena merasa terganggu dengan kondisi yang terjadi. Infeksi telinga dapat menyebabkan pusing dan kehilangan keseimbangan. Sebagian besar kasus ini bisa sembuh tanpa pengobatan. Namun, penting untuk menemui dokter anak jika bayi Anda membutuhkan antibiotik untuk membersihkan infeksi.
7. Kepanasan
Memakaikan outfit lucu dengan aksen berbulu untuk bayi Anda memang menggemaskan. Namun, pastikan Anda perhatikan suhu di luar rumah, apakah pakaian tersebut cocok atau tidak dipakaikan untuknya. Bayi dapat merasa cepat kepanasan, karena tubuh mungil mereka belum mampu dengan sempurna untuk mengeluarkan keringat.
Kondisi ini dapat menyebabkan muntah dan dehidrasi. Suhu yang terlalu panas dapat membuat bayi Anda kelelahan. Jadi, pakaikanlah bayi Anda sesuai dengan cuaca di rumah Anda agar anak tidak sampai kepanasan.
Artikel Terkait: MPASI untuk bayi: Instan vs rumahan, manakah yang lebih baik untuk kesehatan?
8. Motion Sickness
Bayi di bawah usia 2 tahun biasanya tidak mengalami mabuk perjalanan atau mabuk kendaraan, tetapi mereka akan mudah pusing atau muntah setelah diajak berputar-putar atau bergerak terlalu ekstrem setelah makan. Ini biasa dikenal dengan istilah motion sickness. Kondisi ini lebih mungkin terjadi jika bayi Anda sudah mengalami sakit perut karena kembung, gas, atau sembelit.
Anda dapat membantu mencegahnya dengan memilih waktu bepergian yang tepat, yakni saat waktu bayi Anda tertidur. Bayi yang sedang tidur cenderung tidak merasa mual. Selain itu, jika bayi Anda baru saja selesai makan jangan ajak mereka bergerak terlalu berlebihan agar tidak membuatnya mual dan muntah.
9. Intoleransi Susu
Jenis intoleransi susu yang langka disebut galaktosemia. Kondisi ini terjadi ketika bayi lahir tanpa enzim tertentu yang dibutuhkan untuk memecah gula dalam susu. Beberapa bayi dengan kondisi ini bahkan sensitif terhadap ASI.
Ini dapat menyebabkan bayi mual dan muntah setelah minum susu atau produk susu lainnya. Galaktosemia juga dapat menyebabkan ruam kulit atau gatal-gatal pada bayi dan orang dewasa. Jika bayi Anda mengalami hal ini, pastikan bayi Anda benar-benar menghindari susu untuk membantu menghentikan muntah dan gejala lainnya.
10. Stenosis Pilorus
Ini adalah kondisi langka yang terjadi ketika pembukaan antara lambung dan usus tersumbat atau terlalu sempit. Apabila bayi Anda mengalami ini maka dapat menyebabkannya muntah sangat kuat setelah makan. Beberapa gejaslanya adalah kontraksi perut seperti gelombang, penurunan berat badan dan sembelit.
Kondisi langka ini dapat diobati dengan operasi. Beri tahu dokter anak Anda segera jika bayi Anda memiliki gejala penyakit ini.
11. Intususepsi
Penyakit ini juga termasuk ke dalam kondisi usus yang langka. Ini mempengaruhi 1 dari setiap 1.200 bayi dan paling sering terjadi pada usia 3 bulan atau lebih. Intususepsi dapat menyebabkan si kecil muntah tanpa demam.
Kondisi ini terjadi ketika usus rusak oleh virus atau kondisi kesehatan lainnya. Usus yang rusak tergelincir ke bagian usus yang lain. Seiring dengan muntah, bayi mungkin mengalami kram perut parah yang berlangsung selama sekitar 15 menit. Rasa sakit dapat menyebabkan beberapa bayi menekuk lutut ke dada. Segera hubungi dokter jika bayi Anda menunjukkan gejala tersebut.
12. Alergi Makanan
Bayi Anda mungkin muntah sebagai reaksinya terhadap sesuatu yang dia makan atau minum. Bahan yang paling umum menyebabkan alergi termasuk susu, telur, gandum, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan dan kerang. Reaksi alergi biasanya disertai gejala lain seperti diare, dan bengkak atau gatal di sekitar mulut, hidung, atau matanya.
Gejala-gejala tersebut biasanya muncul dalam beberapa menit atau jam setelah makan atau minum alergen potensial. Anda dapat coba mengobservasi makanan apa saja yang dia konsumsi sebelum muntah dan hindari produk tersebut untuk sementara sebelum Anda berkonsultasi dengan dokter.
13. Keracunan Makanan
Jika anak Anda menunjukkan tanda-tanda sakit perut bisa jadi ini akibat makanan atau minumannya mengandung bakteri. Selain itu, botol susu yang tidak disterilkan dengan benar atau susu formula yang tidak diseduh sesuai petunjuk juga bisa menyebabkan anak keracunan makanan.
Gejala keracunan makanan mirip dengan gejala infeksi virus, bayi Anda mungkin merasakan demam, diare hingga sakit perut. Gejala dapat mulai terlihat sekitar beberapa jam hingga beberapa minggu setelah anak mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.
14. Kekenyangan
Penyebab bayi muntah setelah makan MPASI lainnya bisa jadi karena anak merasa kekenyangan. Bunda dapat memperhitungkan jeda antara waktu makan anak dan juga saat dia mengonsumsi susu formula atau ASI. Jangan paksakan anak Anda untuk tetap makan ketika dia sudah merasa kenyang, karena lambungnya bisa jadi tidak menerima makanan yang masuk dan justru akan memuntahkannya kembali.
15. Merasa Tidak Cocok dengan MPASI
Di awal masa pengenalannya dengan makanan, bayi Anda masih berusaha memproses tekstur dan juga rasa yang masuk ke dalam mulutnya. Dia mungkin tidak bisa menerima beberapa rasa yang ia rasakan. Bunda dapat mencoba beberapa menu berbeda untuk melihat makanan yang mana yang lebih disukai oleh buah hati. Tentu saja ini membutuhkan ketekunan dan kesabaran ekstra. Semangat ya, Bunda!
16. Mengantuk
Bunda dapat memperhatikan tanda-tanda atau jam tidur anak sebelum memberikannya makanan. Hindari memberi makanan pada bayi saat dia merasa mengantuk. Ini dapat membuat dia tidak mau mengunyahnya, tersedak hingga mungkin muntah. Jadi, Bunda bisa membuat jadwal yang mempertimbangkan antara waktu makan, tidur dan bermain bagi anak.
17. Belum Siap Menerima MPASI
Bunda pasti sangat bersemangat untuk memberikan anak berbagai makanan yang kaya akan nutrisi, akan tetapi bila bayi Anda belum siap menerimanya maka dia bisa saja muntah. Penyebabnya adalah organ pencernaannya yang belum siap mencerna makanan padat, setelah sebelumnya hanya mengonsumsi cairan berupa ASI atau susu formula. Untuk itu Bunda perlu memerhatikan tanda-tanda yang ditunjukkan anak, apakah dia sudah mulai tertarik untuk makan ataupun masih belum sampai di tahapan tersebut.
Artikel Terkait: Panduan Pemberian MPASI Bayi Berdasarkan Saran Dokter Anak, Simak Bun!
Cara Mengatasi Anak Muntah Setelah Makan MPASI
Beberapa kasus muntah yang dialami bayi akan sembuh dengan sendirinya. Hal yang terpenting adalah memastikan cairan pada tubuh anak tetap terjaga dan terhindar dari dehidrasi. Berikut beberapa cara lainnya yang bisa Bunda lakukan apabila anak muntah setelah makan MPASI:
Berikan Selingan Asupan Lain
Apabila bayi Anda masih menyusua, berikan dia makanan tambahan sebagai selingan. Namun jika Anda memberikan susu formula, Anda dapat menawarkan air dalam botol atau cangkir terpisah. Jangan menambahkan air secara berlebih ke susu formula bayi Anda, karena ini bisa berarti dia tidak mendapatkan semua nutrisi yang dia butuhkan. Minuman seperti jus buah justru dapat memperburuk rasa mual dan muntah, jadi jangan berikan ini kepada anak Anda.
Larutan Rehidrasi Oral atau Oralit
Jika Anda khawatir bayi Anda akan mengalami dehidrasi, tanyakan pada dokter tentang pemberian oralit atau larutan rehidrasi oral (oral reyhdration solution/ORS). Ini adalah jenis minuman khusus yang membantu menggantikan gula, garam, atau mineral yang mungkin hilang oleh si kecil karena muntah. Dokter Anda akan dapat merekomendasikan jenis yang aman untuk bayi sekaligus memberikan tips tentang bagaimana dan kapan harus memberikannya kepada anak.
Jaga Anak Tetap Terhidrasi
Bila anak masih saja sering muntah dan kehilangan selera makannya, Bunda tidak perlu khawatir. Karena yang terpenting adalah anak tetap terhidrasi. Berikan ia cairan berupa ASI ataupun air mineral untuk menjaga agar dia tidak dehidrasi.
Berikan Paracetamol atau Ibuprofen untuk Anak
Bayi Anda memiliki gejala lain dan tampak sakit? Anda dapat memberinya parasetamol atau ibuprofen dengan dosis yang direkomendasikan untuk bayi, asalkan anak Anda sudah cukup umur. Jika Anda ragu tentang berapa banyak yang aman untuk diberikan, Anda dapat meminta bantuan dokter atau apoteker.
Itulah beberapa penyebab bayi muntah setelah makan MPASI beserta cara mengatasinya. Bila bayi Anda tidak menunjukkan tanda-tanda membaik, segera hubungi dokter anak Anda. Semoga Bunda dan buah hati sehat selalu, ya.
***
Baca Juga:
Anti GTM, Intip 7 Menu MPASI Bayi 11 Bulan yang Mudah Dibuat
Bahaya MPASI dini untuk bayi di bawah 6 bulan, ini risikonya
Ketentuan memberikan MPASI pertama pada bayi prematur, Bunda harus tahu!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.