Dalam beberapa minggu pertama setelah si kecil lahir, mungkin ia sering mengalami muntah. Bayi muntah belum tentu berbahaya, namun bisa juga berbahaya karena disebabkan oleh kondisi yang perlu ditangani secara serius.
Bila bayi muntah namun:
- Berat tetap badannya naik secara normal
- Pertumbuhannya normal
- Tidak disertai gangguan pernafasan setelah muntah
- Tidak terlihat gejala ketidaknyamanan lainnya
Maka, muntah tersebut tidak berbahaya. Biasanya bayi muntah seperti ini disebabkan karena esofagus bayi masih belum sempurna. Esofagus adalah selaput yang mencegah makanan di lambung naik kembali ke atas (mulut).
Bedakan Muntah dengan Gumoh
Bayi muntah atau gumoh? Bagaimana mengatasinya?
Keduanya dapat dibedakan dari banyaknya cairan yang keluar serta prosesnya. Cairan yang keluar dengan cara gumoh jumlahnya lebih sedikit. Gumoh terjadi begitu saja saat bayi pasif tanpa mengeluarkan tenaga. Sedangkan bila bayi muntah, ia terlihat mengeluarkan tenaga.
Sebagai contohnya, susu yang dikeluarkan saat gumoh hanya sekitar 10 ml saja, sedangkan muntah mengeluarkan lebih banyak susu.
Istilah kedokteran untuk gumoh adalah gastroesophageal reflux, terjadi karena pergerakan otot di bagian atas perut yang belum sempurna.
Saat bayi menyusu, cairan ASI atau susu formula akan ditelan melalui mulut, lalu turun ke kerongkongan, kemudian ke lambung. Di antara kerongkongan dan lambung, ada cincin otot yang berfungsi sebagai gerbang masuk.
Cincin otot ini akan menutup ketika susu sudah masuk ke dalam lambung. Dengan begitu, susu tidak akan naik kembali ke kerongkongan.
Namun sayangnya, di usia bayi yang masih beberapa minggu hingga 5 bulan, cincin otot tersebut belum bisa menutup dengan sempurna. Akibatnya susu dapat kembali ke kerongkongan. Hal inilah yang menyebabkan bayi mengalami kondisi ini.
Gumoh sering terjadi pada bayi baru lahir dan berkurang setelah bayi menginjak usia 1 tahun. Namun dalam beberapa kasus, kondisi ini mungkin akan berlangsung lebih lama daripada itu.
Muntah pada bayi bisa disebabkan banyak hal. Jika bayi muntah tanpa penyebab yang jelas, kemungkinan penyebabnya adalah sistem pencernaan yang masih terus berkembang dan belum sempurna.
Beberapa kemungkinan penyebab bayi muntah diantaranya:
1, Terlalu banyak udara masuk melalui mulut
Salah satu penyebab bayi muntah bila terlalu banyak udara yang ikut masuk ke tubuhnya ketika ia menyusu atau makan.
2. Gerakan ayun/memutar
Bila balita atau bayi muntah dengan gejala lemas, kehilangan nafsu makan, menguap, berkeringat, pucat, maka kemungkinan penyebabnya adalah gerakan. Misalnya karena naik mobil, ayunan, atau balita yang naik wahana permainan di taman bermain.
3. Alergi makanan atau intoleransi terhadap laktosa
Bila si kecil hampir selalu muntah setelah ia makan sesuatu, dan disertai satu atau beberapa gejala seperti ruam kulit, gatal-gatal dan kesulitan bernapas, kemungkinan penyebabnya adalah alergi makanan.
4. Infeksi virus
Bila anak muntah dan disertai diare, demam dan sakit perut. Maka kemungkinan penyebabnya adalah virus, misalnya rotavirus.
Bagaimana mencegah bayi muntah?
Muntah tidak dapat dihindari, namun ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menguranginya, yaitu:
- Sendawakan setiap kali ia menyusu 15 menit atau 30-50 ml.
- Gendong bayi secara tegak selama 30 menit setelah ia selesai menyusu. Selain dapat membuat bayi sendawa, jangka waktu setengah jam ini cukup untuk membuat susu benar-benar turun ke lambungnya.
- Ketika si bayi selesai menyusu, pastikan perutnya tidak tertekan. Misalnya, posisi tengkurang, tertekan seat belt pada car seat, atau pemakaian diaper dan bedong yang terlalu ketat.
- Dokter mungkin akan menganjurkan pemberian susu yang sedikit dikentalkan dengan sereal bayi, tepung beras, atau tajin agar susu tidak terlalu mudah keluar kembali dari mulut. Untuk hal ini berkonsultasilah dengan dokter.
Apa yang harus dilakukan setelah si kecil muntah?
Bila si kecil muntah, lakukan hal-hal berikut untuk mencegah dampak yang tidak baik:
- Posisikan agar kepalanya agak naik, atau setengah duduk, misalnya dengan cara digendong atau diganjal bantal sehingga muntahan tidak masuk ke hidung.
- Bersihkan mulutnya dengan baik
- Pastikan ia tidak mengalami dehidrasi. Setelah ia tenang dan tidak muntah lagi, berikan susu padanya.
- Biarkan ia tidur.
- Bila muntah semakin parah, segera ke dokter.
Parents, semoga info di atas bermanfaat.
Referensi: Baby Centre, WebMD
Baca juga:
Panduan Lengkap Kotoran Bayi: Frekuensi, Tekstur dan Warna
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.