Menghadapi diare pada anak, terkadang menimbulkan kepanikan tersendiri bagi setiap orangtua. Rasa khawatir yang muncul akibat seringnya anak buang air besar ataupun muntah-muntah menyebabkan banyak orangtua yang berinisiatif memberikan obat yang banyak dijual bebas.
Padahal memberikan obat secara serampangan pada anak yang sedang terserang diare dapat berakibat fatal. Lantas, bagaimana cara yang aman untuk menghadapi penyakit tersebut?
Artikel Terkait : Diare pada Anak: Perbedaan Diare karena Bakteri dan Diare Rotavirus
Mengenal Diare pada Anak
Diare atau gastroenteritis adalah buang air besar lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dengan konsistensi feses lebih lembek atau berair. Penyakit ini secara umum dibagi dua, yaitu diare Akut dan Kronik.
Diare akut berlangsung di bawah 14 hari dan dan diare kronik berlangsung hingga lebih dari 14 hari. Kondisi ini biasanya kerap disertai mual dan muntah yang akan berhenti dengan sendirinya apabila seluruh virus telah keluar.
Pada anak, diare sebagian besar (70%) disebabkan oleh Rotavirus. Penyakit akan sembuh dengan sendirinya antara 2 sampai 7 hari. Yaitu apabila seluruh virus tersebut telah keluar dari tubuh anak.
Pemberian obat antidiare/antimotilitas secara sembarang akan menyebabkan sejumlah bakteri baik yang terdapat dalam tubuh menurun jumlahnya. Bisa dikatakan, diare merupakan mekanisme pertahanan tubuh.
Sebab dengan diare, virus yang berada dalam tubuh dipaksa keluar bersama kotoran. Namun, yang harus kita waspadai adalah kekurangan cairan atau dehidrasi yang timbul akibat penyakit tersebut.
Padahal seperti yang kita ketahui, air merupakan salah satu kandungan terbesar yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Hilangnya cairan tubuh juga diikuti oleh lenyapnya kandungan mineral atau elektrolit yang juga memegang peranan penting dalam mengatur metabolisme tubuh.
Dehidrasi yang berkepanjangan bisa berdampak serius seperti syok, kejang-kejang dan kram otak. Bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Penyebab Diare pada Anak
Diare adalah cara tubuh membersihkan diri dari kuman, dan biasanya berlangsung beberapa hari dan bisa sampai seminggu lebih. Diare bisa disertai demam, mual, muntah, kram, dehidrasi, bahkan ruam.
Inilah beberapa penyebab diare pada anak.
Infeksi Virus, Bakteri, dan Parasit
Virus adalah penyebab paling umum dari diare anak, yang menyebabkan tinja yang encer atau berair. Gejala infeksi gastroenteritis virus sering kali termasuk muntah, sakit perut, sakit kepala, dan demam, dilansir dari laman web WebMD.
Beberapa penyebab paling umum diare pada anak meliputi:
- Infeksi dari virus seperti rotavirus,
- Infeksi dari bakteri seperti salmonella
- Infeksi dari parasit seperti giardia.
Keracunan Makanan
Keracunan makanan juga dapat menyebabkan diare pada anak-anak. Gejala biasanya datang dengan cepat, termasuk muntah. Diare karena keracunan makanan ini cenderung hilang dalam waktu 24 jam.
Perawatan untuk diare terkait keracunan makanan sama dengan diare yang disebabkan oleh infeksi. Jaga agar anak Anda tetap terhidrasi dan segera hubungi dokter jika anak terlihat kesakitan.
Tumbuh Gigi
Penyebab diare pada anak bisa jadi karena tumbuh gigi. Beberapa ibu menyatakan tumbuh gigi disertai dengan tinja yang encer, mungkin dikarenakan si kecil menelan semua air liur yang berlebihan, demikian sebagaimana dilansir dari laman What To Expect.
Meski demikian, banyak dokter menyatakan tumbuh gigi sebenarnya tidak akan menyebabkan diare pada bayi dan balita.
Terlalu Banyak Minum Jus
Penyebab lain diare pada anak bisa karena terlalu banyak minum jus. Gula dalam jus buah dalam jumlah yang terlalu tinggi dapat mengencerkan tinja anak Anda. Bayi di bawah 1 tahun tidak boleh minum jus sama sekali, dilansir dari laman What To Expect.
Balita sering mengonsumsi terlalu banyak jus dan cairan lain dengan kandungan fruktosa dan sorbitol yang tinggi, sehingga bisa menjadi sebab diare pada balita, dilansir dari laman Healthline.
Alergi Makanan
Penyebab diare pada anak bisa karena alergi makanan. Alergi makanan seperti alergi susu, bersama dengan intoleransi laktosa berpotensi menyebabkan diare dan muntah.
Iritasi Usus
Penyebab lain dari diare pada anak termasuk penyakit iritasi usus, penyakit Crohn, kolitis ulserativa, alergi makanan, dan penyakit celiac. Jika Anda tidak yakin apa yang menyebabkan diare pada anak Anda, hubungi dokter Anda.
Sindrom iritasi usus atau Irritable bowel syndrome (IBS) merupakan kelainan iritasi yang umum terjadi yang mengenai usus besar. Tanda dan gejala yang timbul biasanya meliputi kram perut, nyeri perut, kembung, dan perubahan pola buang air besar (diare atau konstipasi).
Waktu Transit Makanan di Usus yang Relatif Singkat
Untuk beberapa balita, makanan bisa dengan singkat melalui usus besar, sehingga menyebabkan penyerapan air menjadi lebih sedikit. Proses pencernaan yang cepat ini menyebabkan tinja lebih encer.
Mikroflora usus individu
Usus setiap orang mengandung miliaran mikrobia, termasuk bakteri yang penting dalam membantu pencernaan. Namun, susunan yang tepat dari mikrobioma usus ini bervariasi dari orang ke orang. Komposisi mikroflora yang tidak seimbang pada beberapa balita bisa menyebabkan tinja lebih encer.
Cara Mengatasi Diare pada Anak
Kekhawatiran terbesar Bunda saat terjadi diare bayi dan diare balita adalah dehidrasi, terutama jika berlangsung lebih dari satu hari.
Karena ketika si kecil sedang diare membuatnya berisiko kehilangan sejumlah besar cairan, bersama dengan garam dan elektrolit lainnya. Dan jika dibiarkan bisa berbahaya.
Apa saja yang bisa Bunda lakukan?
Jangan panik Bunda!
Panik adalah hal yang pertama-tama harus kita hindari ketika menghadapi anak yang sedang diare. Perhatikan apa penyebab anak diare. Masuk angin kah? Atau akibat salah makan?
Tetap tenang adalah tindakan yang sebaiknya Bunda lakukan supaya bisa dengan cermat mengambil tindakan selanjutnya. Jika diare anak masih dalam porsi normal Bunda tidak perlu khawatir, namun jika sudah pada level parah, segera konsultasikan dengan dokter.
Beri cairan pengganti yang banyak
Memberikan banyak air minum pada anak yang sedang terkena diare dapat menghindarkan anak dari resiko dehidrasi. Berikan ASI sebanyak-banyaknya bila buah hati masih menyusu. Berikan juga oralit untuk menggantikan elektrolit tubuh yang hilang.
Saat mengobati diare yang disebabkan gastroenteritis virus, perawatannya berlangsung 5-14 hari. Bunda juga perlu memperhatikan kondisi cairan tubuh si kecil, penting untuk mencegah kekurangan cairan.
Tawarkan ASI tambahan atau larutan ORS untuk bayi dan anak kecil. Air saja tidak memiliki cukup natrium, kalium, dan nutrisi lain untuk merehidrasi anak-anak yang masih sangat kecil.
Anak-anak yang lebih tua dengan diare dapat minum apa saja yang mereka suka agar tetap terhidrasi, dan Bunda bisa membuatkan oralit untuk si kecil.
Es loli juga bisa menjadi cara yang baik untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh anak yang muntah dan perlu memenuhi asupan cairan tubuh secara perlahan.
Perhatikan kotoran yang dikeluarkan
Bunda, selain memerhatikan asupan cairan ke dalam tubuh anak, kotoran anak pun harus mendapat perhatian serius. Sebab, apabila terdapat bercak darah. Maka pemberian oralit sudah tidak lagi mencukupi. Segera bawa anak ke rumah sakit karena harus mendapatkan pengobatan serius.
Perhatikan ruam popok
Bunda bisa selalu mengecek ada tidaknya ruam pada kulit si kecil. Banyak kotoran basah dapat mengiritasi kulit si kecil. Ganti popoknya sesering mungkin, bersihkan pantatnya dengan air biasa alih-alih tisu bayi dan cobalah untuk membiarkan bagian belakangnya mengering jika memungkinkan sebelum mengenakan popok baru.
Bunda bisa mengoleskan krim popok saat terlihat adanya kemerahan, atau menggunakannya secara preventif. Cuci tangan secara menyeluruh dengan air hangat dan sabun setiap kali Bunda mengganti popoknya.
Artikel Terkait : Penyebab Anak Diare yang Jarang Disadari Bunda, Berikut Faktanya
Makanan untuk Anak yang Sedang Diare
Jika anak sedang diare dan masih mau makan serta minum, keadaan ini berarti cukup baik. Dalam kondisi ini, beberapa ahli merekomendasikan tidak perlu adanya pengobatan dengan obat-obatan sama sekali, dilansir dari laman Healthline.
Tetapi, ada beberapa hal yang dapat Bunda lakukan untuk membuatnya lebih baik, yaitu dengan menerapkan pola makanan yang baik untuk anak yang sedang diare. Berikut di antaranya:
Hindari Jus Buah
Si kecil bisa dibatasi untuk meminum jus dan cairan lain yang memiliki bahan fruktosa dan sorbitol yang tinggi. Contohnya seperti minuman bersoda. Jumlah total jus yang dianjurkan tidak lebih dari 8 ons sehari, atau kurang dari 225 gram.
Tingkatkan Asupan Serat
Ketika sedang diare, si kecil bisa diberi makanan yang mengandung lebih banyak serat. Serat dapat membantu mengencangkan tinja. Pilih sereal gandum utuh dan roti, kacang-kacangan, serta buah-buahan dan sayuran segar.
Coba Probiotik
Si kecil juga bisa diberi probiotik. Probiotik tersedia tanpa resep. Probiotik adalah bakteri dan ragi hidup yang bermanfaat bagi tubuh Anda.
Namun, tetap awasi dan perhatikan asupan yang dikonsumsi si kecil dan bandingkan dengan yang dikeluarkan, jika ada perbaikan bisa diberikan secara bertahap.
Perlukah Minum Obat?
Oralit merupakan obat terbaik bagi penderita diare. Seperti yang dianjurkan WHO, oralit berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang bersama mineral dan elektrolit.
Pemberian obat-obatan antimotilitas yang dijual bebas, misalnya yang mengandung loperamide, hyoscine, dan lain-lain akan mengurangi gerakan usus. Akibatnya, feses tidak cair dan diare mereda.
Namun, pemberian obat ini dapat menyebabkan ileus paralitik (usus berhenti bergerak/berkontraksi sama sekali). Hal ini bisa berakibat pada kematian. Dan penyakit pun tidak bisa keluar, bila usus menolak mengeluarkan.
Kapan Harus Hubungi Dokter?
Segeralah membawa anak ke dokter atau rumah sakit terdekat, apabila anak dalam kondisi lemas, muntah-muntah dan tidak ada cairan yang masuk ke dalam tubuhnya. Hal ini untuk menghindari bahaya lanjutan dari diare, yaitu dehidrasi.
Pastikan untuk berbicara dengan dokter Anda tentang jumlah cairan yang dibutuhkan anak Anda dan bagaimana memastikan mereka mendapatkannya.
Dilansir dari laman WebMD, Bunda bisa menghubungi dokter jika anak Anda mengalami gejala berikut:
- Terlihat sangat kesakitan
- Mengalami diare lebih dari tiga hari
- Berusia lebih muda dari 6 bulan
- Mengeluarkan muntah darah berwarna hijau atau kuning
- Tidak bisa menahan cairan atau muntah lebih dari dua kali
- Memiliki demam terus-menerus atau di bawah usia 6 bulan dengan demam di atas 38° C (ditentukan oleh termometer rektal)
- Tampak dehidrasi
- Berusia kurang dari sebulan dengan tiga atau beberapa kali diare
- Mengeluarkan lebih dari empat kali diare dalam delapan jam dan tidak cukup minum
- Memiliki daya tahan tubuh yang lemah
- Memiliki ruam
- Sakit perut lebih dari dua jam
- Belum buang air kecil dalam 6 jam jika bayi atau 12 jam jika anak-anak
Begitu juga apabila kita melihat ada bercak darah dalam kotoran anak. Tidak ada pilihan lain kecuali memberikan tindakan medis sesuai saran dokter.
Tips Mencegah Diare
Memperkuat Kekebalan Tubuh
Salah satu cara termudah untuk mencegah diare pada anak adalah dengan memberi ASI semenjak bayi. Seperti yang kita ketahui, ASI sangat baik dalam membentuk sistem kekebalan dan daya tahan tubuh terhadap serangan berbagai penyakit.
Jaga Kebersihan Diri
Cara pencegahan berikutnya adalah dengan menjaga kebersihan. Membiasakan mencuci tangan sebelum makan dan membuang sampah pada tempatnya merupakan kebiasaan baik yang dapat diajarkan pada anak-anak sejak dini.
Menjaga Kebersihan Makanan dan Minuman
Bunda, tindakan berikutnya adalah memastikan kebersihan makanan dan minuman yang akan disantap buah hati berikut kebersihan tempat makan dan minum. Seperti menutup makanan agar tidak dihinggapi serangga dan merebus botol susu agar terbebas dari kuman.
Artikel Terkait : Makanan untuk diare, ini daftar yang dianjurkan dan perlu dihindari
Demikian hal-hal terkait diare pada anak dan cara mengatasinya. Bunda, semoga informasi di atas bermanfaat.
***
Artikel telah diupdate oleh: Kalamula Sachi
Baca juga:
Waspadai Demam Tifoid di Musim Penghujan
7 Cara Alami untuk Atasi Demam pada Anak
Boleh nggak, sih, anak minum susu saat diare? Ini penjelasan pakar
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.