Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menyebut bahwa pada ibu hamil, zat besi digunakan tubuh untuk membentuk hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke semua jaringan tubuh Bunda. Tapi tidak hanya itu, zat besi juga berperan penting dalam mendukung masa kehamilan dan tumbuh kembang calon buah hati, di antaranya mencegah persalinan prematur dan mencegah berat bayi lahir rendah. Oleh karena itu, defisiensi zat besi pada ibu hamil harus dihindari.
Nah, selama hamil, kebutuhan zat besi ibu hamil akan meningkat 2 kali lipat untuk mendukung perkembangan janin di dalam kandungan, terutama di trimester 2 dan 3.
Lalu, apa saja dampaknya bila mengalami defisiensi zat besi pada ibu hamil? Apa saja gejala yang dirasakan ibu hamil jika kekurangan zat besi? Dan bagaimana cara memenuhi peningkatan kebutuhan zat besi selama hamil? Yuk cari tahu selengkapnya!
Perhatikan Kebutuhan Zat Besi Selama Hamil
Saat hamil, Bunda akan membutuhkan lebih banyak zat besi dari biasanya. Dilansir dari laman Promkes Kemenkes, normalnya kebutuhan kandungan zat besi (Fe) pada ibu hamil adalah sekitar 800 mg. Takaran tersebut terdiri atas 300 mg yang dibutuhkan untuk janin dan 500 gram untuk menambah masa hemoglobin maternal. Kelebihan sekitar 200 mg dapat diekskresikan melalui usus, kulit, dan urine.
Zat besi memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung masa kehamilan dan tumbuh kembang calon buah hati, seperti pembentukan sel darah merah sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke janin serta mendukung perkembangan otak dan pertumbuhan fisik janin sehingga si Kecil kelak dapat memiliki perkembangan kognitif dan psikomotorik yang optimal. Selain itu, zat besi juga dapat mencegah risiko kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, serta masalah pada perkembangan otak si kecil. Oleh karena itu, zat besi harus terpenuhi selama hamil.
Risiko Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang mengalami anemia di Indonesia mencapai 37,1 persen. Lalu tahun 2018, jumlahnya meningkat menjadi 48,9 persen. Data ini menunjukkan setidaknya 1 dari 2 ibu hamil di Indonesia berisiko mengalami kekurangan zat besi.
Dikutip dari laman Mayo Clinic, selama hamil, tubuh memang membutuhkan dua kali lipat jumlah zat besi untuk membuat lebih banyak pasokan darah, yang akan mengalirkan oksigen ke janin di dalam kandungan untuk mendukung perkembangannya selama di dalam rahim.
Tanpa pasokan zat besi yang cukup di dalam tubuh selama kehamilan, produksi sel darah merah akan melambat, begitu juga dengan suplai oksigen yang menambah energi. Alhasil, Bunda akan lebih berisiko mengalami kelelahan dan anemia.
Artikel terkait: Rentan Dialami Ibu Hamil, Ini Cara Mencegah Kekurangan Zat Besi Saat Hamil
Faktor Risiko Defisiensi Besi pada Ibu Hamil
Umumnya, anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil disebabkan karena tidak memiliki cukup zat besi dalam menu makanan Bunda sebelum atau selama kehamilan.
Mengutip laman WebMD, beberapa vitamin atau mineral tertentu berperan penting untuk membentuk sel darah merah dalam tubuh, seperti zat besi, asam folat (vitamin B9), dan vitamin B12. Dengan asupan kaya zat besi, tubuh mampu memproduksi hemoglobin.
Apabila jumlah sel darah merah kurang, jaringan dan organ tubuh tidak dapat bekerja dengan baik. Akibatnya, oksigen yang dibawa sel darah ke seluruh tubuh menjadi terlalu sedikit. Bunda pun akan merasakan gejala anemia.
Bagaimana Kekurangan Zat Besi Memengaruhi Kehamilan dan Janin?
Dalam laman What to Expect disebutkan, bahkan tak jarang bayi yang lahir dari ibu yang mengalami defisiensi zat besi, bisa mengalami kekurangan zat besi juga. Mengapa? Hal ini karena janin bisa mengambil semua pasokan zat besi yang ia butuhkan untuk mendukung tumbuh kembangnya.
Jika kekurangan zat besi tidak ditangani dan memburuk, hal ini bisa menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal, kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, hingga risiko kematian bayi sebelum dan sesudah lahir. Bagi ibu, defisiensi selama hamil juga bisa meningkatkan risiko Bunda membutuhkan transfusi darah selama persalinan atau mengalami depresi pascapersalinan.
Dikutip dari sebuah jurnal berjudul The impact of maternal iron deficiency and iron deficiency anemia on child’s health yang diterbitkan oleh Saudi Medical Journal mengungkap bahwa kekurangan zat besi selama trimester pertama, bisa memiliki dampak pada pertumbuhan janin.
Di usia 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak bayi di dalam kandungan hingga berusia 2 tahun, pembentukan otak dan susunan saraf pusat janin berkembang sangat pesat. Pembentukan otak ini sudah ada sejak minggu ketiga kehamilan, dan hampir 80 persen pertumbuhan otak terjadi di usia 1.000 hari pertama kehidupan. Zat besi menjadi salah satu komponen yang mendukung terbentuknya sinaps, yaitu serabut yang menghubungkan sel-sel otak yang tentunya jika kekurangan akan dapat berdampak pada masa depan si Kecil nantinya seperti pada perkembangan kognitifnya.
Gejala Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil yang Harus Diwaspadai
Tanda dan gejala defisiensi zat besiseperti dikutip dari Mayo Clinic, meliputi:
- Kelelahan
- Lesu
- Kulit pucat atau kekuningan
- Detak jantung tidak teratur
- Sesak napas
- Pusing dan sakit kepala
- Nyeri dada
- Tangan dan kaki dingin
Namun, perlu diingat bahwa gejala defisiensi zat besi sering kali mirip dengan gejala kehamilan pada umumnya. Terlepas dari apakah Bunda memiliki gejala atau tidak, Bunda harus menjalani tes darah untuk mengetahui apakah Bunda berisiko defisiensi zat besi selama kehamilan.
Artikel terkait: Ketahui Kapan Ibu Hamil Perlu Tambahan Zat Besi
Mencegah Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil
Lalu, apa yang bisa Bunda lakukan untuk mencegah defisiensi zat besi selama hamil ini? Simak caranya berikut ini, mengutip dari Healthline:
1. Konsumsi Makanan dan Minuman Tinggi Zat Besi
Nutrisi yang baik juga dapat mencegah kekurangan zat besi selama kehamilan. Sumber tinggi zat besi dari makanan termasuk daging merah tanpa lemak, ayam, dan ikan.
Selain itu, konsumsi susu khusus ibu hamil yang diperkaya nutrisi tinggi zat besi juga dapat membantu memenuhi kebutuhan zat besi Bunda selama kehamilan. Susu khusus ibu hamil biasanya juga difortifikasi dengan vitamin dan mineral lain, sehingga bisa memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Terlebih karena susu ibu hamil berbahan dasar protein hewani, zat besi juga akan lebih mudah diserap dalam tubuh. Dengan 1 gelas susu khusus ibu hamil setiap harinya dengan rasa yang lezat sehingga tidak menyebabkan mual, Bunda bisa mendukung pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan.
2. Perhatikan Vitamin C
Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber makanan, bantu penyerapannya dengan makanan atau minuman yang kaya vitamin C, seperti jus jeruk, jus tomat, atau stroberi.
3. Hindari Makanan atau Minuman Penghambat Penyerapan Zat Besi
Untuk mengoptimalkan penyerapan zat besi dalam tubuh, Bunda bisa menghindari jenis makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti kandungan tanin yang ada pada minuman teh dan polifenol yang biasa ditemukan pada teh dan kopi.
Kandungan zat besi yang tinggi penting untuk menunjang ibu hamil agar bugar dan aktif, serta yang paling penting dapat menunjang janin tumbuh dan berkembang dengan optimal. Selain dari asupan makanan, salah satu yang bisa dilakukan untuk mencukupi kebutuhan zat besi ibu hamil adalah konsumsi susu hamil yang diperkaya zat besi tinggi.
Artikel terkait: 5 Makanan sumber zat besi selain daging merah untuk ibu hamil
Yuk nantikan inovasi baru dari SGM Bunda Pro-gress Maxx High Iron, formula tinggi zat besi untuk bantu maksimalkan nutrisi Bunda dan dukung si Kecil tumbuh maksimal*! Kunjungi www.generasimaju.co.id untuk informasi lebih lanjut!
*)dengan dukungan nutrisi dan stimulasi yang tepat
Baca juga:
Tak Hanya Lelah, Kenali Tanda-Tanda Kekurangan Zat Besi Pada Ibu Hamil
Penting! 8 Nutrisi Ibu Hamil yang Perlu Diperhatikan agar Janin Selalu Sehat
Satu dari Tiga Balita Indonesia Berisiko Anemia Akibat Kekurangan Zat Besi, Kenali Gejalanya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.