8 Jenis Gangguan Kehamilan yang Bisa Berakibat Fatal, Bumil Perlu Waspada
Apakah Bunda mengalami salah satu gejala komplikasi kehamilan berikut ini?
Gangguan kehamilan adalah masalah kesehatan yang terjadi selama kehamilan. Masalah kesehatan ini bisa memengaruhi perkembangan kehamilan ibu dan janin.
Dalam beberapa kasus, gangguan kehamilan ini bisa berkembang menjadi komplikasi, yang bisa berakibat fatal bila tidak segera ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, yuk, kenali beberapa gangguan kehamilan dan gejalanya berikut ini!
8 Gangguan Kehamilan yang Tak Boleh Disepelekan
1. Anemia
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang berfungsi menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini umum terjadi pada ibu hamil karena meningkatnya volume darah selama kehamilan.
Ibu hamil yang mengalami anemia mungkin akan cepat merasa lelah dan lemah. Segera hubungi dokter kandungan bila Anda selalu merasakan kedua gejala ini.
Sebab anemia bisa menempatkan ibu hamil dan bayi dalam bahaya. Yakni:
- bisa menyebabkan berat badan janin tidak sehat.
- meningkatkan risiko kelahiran prematur
- bayi lahir dengan berat rendah
Biasanya anemia akan dideteksi saat bumil melakukan tes darah untuk mengecek hemoglobin (HB). Jika terindikasi anemia, maka dokter akan menyarankan perawatan yang berbeda, bergantung pada kondisi dan seberapa parah anemia yang dialami bumil.
Untuk menghindari hal itu, konsumsi makanan tinggi zat besi. Bila perlu konsumsi suplemen zat besi dan asam folat secara rutin selama kehamilan.
Konsultasikan pada dokter kandungan berapa dosis yang tepat untuk ibu konsumsi setiap hari.
Artikel terkait: Bahaya anemia pada ibu hamil dan janin, kenali 9 gejalanya
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih (ISK) ini sangat berbahaya untuk ibu hamil. Jika tidak ditangani segera, ISK bisa berkembang menjadi infeksi yang lebih serius.
Infeksi yang lebih serius ini kemudian bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur, persalinan prematur, bahkan bayi meninggal kandungan dalam kandungan.
Jadi, jika Bumil memiliki gejala-gejala ini, segera ke dokter, ya:
- Nyeri atau rasa terbakar saat buang air kecil
- Demam
- Kelelahan
- Sering buang air kecil
- Merasakan tekanan di perut bagian bawah
- Urine yang berbau tidak enak atau terlihat keruh atau kemerahan
- Mual atau sakit punggung.
Perlu diingat bahwa sering kali ibu hamil tidak menunjukan gejala apa pun meski mengalami ISK. Oleh karena itu, sebaiknya minta pemeriksaan urin di awal kehamilan untuk melihat ada tidaknya risiko ISK selama kehamilan.
Artikel terkait: Bahaya infeksi saluran kemih pada ibu hamil dan janin, Bunda wajib tahu!
3. Kondisi Kesehatan Mental
Menurut National Institute of Health, jika bumil depresi dan tidak segera ditanangi, maka membuatnya tidak bisa beristirahat dengan baik dan memiliki pola hidup yang tidak sehat.
Alhasil, kondisi mental seperti ini bisa meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur atau bayi lahir terlalu kecil (berat badan lahir rendah).
Gejala depresi yang biasa dialami ibu hamil antara lain:
- Suasana hati yang rendah atau sedih
- Kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan
- Perubahan nafsu makan, tidur, dan energi
- Masalah dalam berpikir, berkonsentrasi, dan membuat keputusan
- Perasaan tidak berharga, malu, atau bersalah
- Pikiran bahwa hidup ini tidak layak dijalani
Gejala-gejala ini umumnya akan dialami oleh ibu hamil yang depresi selama lebih dari satu atau dua minggu pada satu waktu.
Depresi yang berlanjut selama kehamilan dapat mempersulit seorang wanita untuk merawat dirinya dan bayinya yang belum lahir. Hal ini juga merupakan faktor risiko depresi pasca persalinan.
Sebaiknya segera dapatkan perawatan medis bila ibu hamil mengalami depresi, terutama bila telah memiliki riwayat depresi. Bicarakan hal ini dengan penyedia layanan kesehatan di awal kehamilan sehingga rencana manajemen dapat dibuat.
Artikel terkait: Ketahui depresi selama kehamilan: tanda, gejala dan pengobatan
4. Preeklamsia
Preeklamsia adalah tekanan darah tinggi yang terjadi selama kehamilan. Masalah kesehatan ini menyebabkan pembuluh darah menyempit dan merusak organ-organ vital di tubuh seperti ginjal, hati dan otak.
Umumnya, preeklamsia terjadi selama trimester ketiga. Namun preeklamsia dapat terjadi setelah paruh kedua kehamilan atau bahkan hingga enam minggu setelah melahirkan.
Menurut Mayo Clinic, alhasil plasenta tidak mendapatkan cukup darah, dan bayi pun tidak menerima asupan oksigen, darah, dan nutrisi yang cukup. Hal ini bisa menyebabkan perkembangan janin terhambat atau disebut Intrauterine growth restriction (IUGR).
Gejala preeklamsia antara lain bengkak di wajah, mata, sekitar tangan, kaki, dan kenaikan yang cukup signifikan dalam seminggu. Sayangnya, meskipun berisiko menganjam nyawa tetapi preeklamsia seringkali tidak menimbulkan gejala.
Oleh karenanya, selalu lakukan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan ya, Bunda.
Artikel terkait: Bisakah preeklampsia pada kehamilan dicegah? Ini penjelasan dokter kandungan
5. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah peningkatan gula darah yang terjadi selama kehamilan. Ibu hamil yang memiliki riwayat keluarga diabetes dan obesitas berisiko tinggi mengalami salah satu komplikasi kehamilan ini.
Diabetes gestasional dapat meningkatkan terjadinya tekanan darah tinggi, ukuran bayi terlalu besar sehingga harus lahir lewat metode Caesar.
Diabetes gestasional biasanya tidak memiliki gejala. Itulah sebabnya mengapa setiap ibu hamil perlu melakukan tes glukosa pada usia kehamilan antara 24 dan 28 minggu.
Bila hasilnya dinyatakan positif, maka ibu hamil harus menjalani glucose tolerance test (GTT) pada usia kehamilan 24-28 minggu.
Artikel terkait: Mengenal Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil
6. Infeksi
Ada beberapa infeksi yang dapat membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi. Bahkan beberapa infeksi dikaitkan konsekuensi seperti cacat lahir.
Beberapa yang dimaksud antara lain:
- Bacterial Vaginosis (BV) atau infeksi vagina terkait dengan kelahiran prematur dan berat lahir rendah pada bayi.
- Group B Strep (GBS) atau infeksi bakteri yang dapat mematikan bagi bayi jika dilewatkan saat melahirkan.
- Cytomegalovirus (CMV) atau infeksi virus yang menyebabkan kehilangan pendengaran dan penglihatan serta cacat lainnya.
- Toksoplasmosis atau infeksi parasit yang ditularkan dari ibu ke bayi yang menyebabkan gangguan penglihatan dan pendengaran serta cacat lainnya.
7. Hiperemesis Gravidarum
Berbeda dengan morning sickness, hiperemesis gravidarum terjadi ketika mual dan muntah parah persisten selama kehamilan.
Hiperemesis gravidarum lebih ekstrem daripada morning sick karena dapat menyebabkan penurunan berat badan dan dehidrasi dan mungkin memerlukan perawatan intensif.
Jika mual dan muntah yang Bumil rasakan seperti ini, sebaiknya segera konsultasi dengan dokter:
- mual dan muntah berlangsung lama dan parah
- haus terus-menerus
- lelah
- pusing
- jarang buang air kecil
- urine berwarna kuning gelap dan berbau
- kehilangan berat badan.
8. Plasenta Previa
Secara statistik, satu dari setiap 200 ibu hamil akan mengalami plasenta previa di trimester ketiga. Plasenta previa terjadi ketika plasenta terletak rendah di rahim dan sebagian atau seluruhnya menutupi serviks.
Alhasil, kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan selama kehamilan atau selama atau setelah melahirkan.
Apabila dokter mendeteksi Bumil mengalami komplikasi ini, perawatan plasenta previa melibatkan istirahat di tempat tidur dan pemantauan.
Jika plasenta previa lengkap atau parsial telah didiagnosis, maka bedah sesar biasanya akan diperlukan.
***
Semoga informasi bermanfaat dan kehamilan sehat selalu ya, Bunda.
Referensi: Centers for Disease Control and Prevention
Baca juga
Kehamilan berisiko tinggi bisa dialami siapa saja, kenali penyebabnya!