Kehamilan berisiko tinggi menjadi salah satu bayangan menakutkan yang dapat dialami oleh siapa saja. Kehamilan dianggap berisiko tinggi ketika ada potensi komplikasi yang dapat mempengaruhi kondisi ibu, bayi, atau keduanya. Dibutuhkan manajemen yang tepat oleh pakar kandungan untuk membantu memastikan kondisi ibu dan janin sehat sepanjang masa kehamilan .
Penyebab terjadinya kehamilan berisiko tinggi
1. Usia ibu
Usia calon ibu merupakan salah satu faktor paling umum terjadinya kehamilan berisiko tinggi. Ibu yang melahirkan bayinya saat berusia 17 tahun ke bawah, atau usia 35 tahun ke atas akan memiliki risiko komplikasi kehamilan yang lebih besar daripada mereka yang melahirkan diantara usia 20 – 30 tahun.
Risiko keguguran, cacat genetik, dan down syndrome akan semakin meningkat ketika ibu melahirkan di atas usia 40 tahun.
Artikel terkait: Risiko Hamil dan Melahirkan di Usia Paruh Baya
2. Kondisi medis sebelum masa kehamilan
Ada beberapa kondisi medis sebelum kehamilan yang dapat membuat kehamilan berisiko tinggi terjadi. Misalnya, tekanan darah tinggi, masalah paru-paru, ginjal, jantung, diabetes, penyakit autoimun, penyakit menular seksual (PMS), dan infeksi kronis seperti HIV/AIDS.
Selain itu, riwayat keguguran, masalah dengan kehamilan sebelumnya, atau riwayat keluarga dengan kelainan genetik juga dapat menjadi beberapa faktor penyebab kehamilan yang berisiko tinggi terkena komplikasi.
3. Kondisi medis yang terjadi selama masa kehamilan
Meskipun Bunda sehat dan bugar sebelum kehamilan. Bisa jadi masalah kesehatan yang memicu komplikasi justru muncul ketika Bunda hamil. Diantaranya:
- Preeklampsia. Sindrom di masa kehamilan yang mengakibatkan tekanan darah tinggi, meningkatnya jumlah protein di dalam urin, dan beberapa bagian tubuh membengkak. Ibu yang mengalami preeklampsia bisa tetap melahirkan bayi dengan sehat asalkan ditangani dengan cepat dan tepat. Jika tidak, preeklamsia bisa berbahaya dan fatal bagi ibu maupun janin.
- Diabetes gestasional. Salah satu penyakit diabetes yang terjadi selama masa kehamilan. Peningkatan kadar gula darah saat hamil bisa berbahaya bagi kondisi kesehatan ibu dan janin. Karenanya ibu hamil harus melakukan tes gula darah secara rutin.
- Persalinan prematur. Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum 37 minggu kehamilan. Diabetes gestasional, tekanan darah tinggi, leher rahim yang pendek, hamil kembar, atau memiliki riwayat persalinan prematur sebelumnya dapat menjadi beberapa faktor risiko prematur.
- Placenta previa. Kondisi di mana plasenta menutupi leher rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan terutama bila ibu mengalami kontraksi. Jika placenta previa terjadi mendekati waktu persalinan, maka dokter akan menjadwalkan operasi caesar untuk mengurangi risiko pendarahan pada ibu dan janin.
Mencegah kehamilan berisiko tinggi
Bila Bunda memiliki salah satu atau beberapa faktor risko di atas, jangan terlalu bersedih ya Bun. Ada beberapa fakto bisa dilakukan untuk menurunkan risiko komplikasi saat kehamilan.
Seperti beberapa hal berikut ini:
- Mengonsumsi setidaknya 400 mikrogram asam folat setiap hari dari sebelum hingga masa kehamilan
- Mengikuti imuniasi yang dianjurkan
- Mengonsumsi makanan yang sehat dan mempertahankan berat badan yang ideal
- Rutin berolahraga
- Menghindari rokok, alkohol, dan obat-obatan
- Temui dokter kandungan secara teratur
****
Semoga artikel ini bermanfaat ya Bunda.
Baca juga:
Bumil, Ini 5 Vitamin yang Wajib Dikonsumsi Selama Masa Kehamilan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.