Adakah efek berlebihan makan daging kambing?
Di saat hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban pertanyaan ini mungkin sering kali muncul.
Pasalnya, pada momen tersebut, konsumsi daging merah seperti daging kambing menjadi lebih tinggi daripada hari-hari biasanya.
Fenomena ini lantas memunculkan kekhawatiran di benak banyak orang terkait efek berlebihan makan daging kambing.
Kekhawatiran tersebut bukannya tanpa alasan.
Soalnya, selama ini kebiasaan makan daging kambing kerap dihubungkan dengan berbagai gangguan kesehatan.
Namun sebelum mengulas tentang efek sampingnya, yuk, cari tahu lebih dahulu kandungan gizi daging kambing.
Benarkah Daging Kambing Tinggi Kolesterol?
Menurut Daftar Komposisi Bahan Makanan, di dalam 100 gr daging kambing segar terkandung:
- Energi 149 kalori
- Protein 16.6 gr
- Lemak total 9.2 gr
- Vitamin B1
- Vitamin B2
- Kalsium
- Vitamin B3
- Fosfor
- Kalium
- Zink
- Zat besi
Daging kambing kerap dituding sebagai makanan penyumbang kolesterol terbesar.
Faktanya, kandungan lemak, dan kolesterol pada daging kambing lebih rendah jika dibanding daging merah lainnya, termasuk sapi, babi, atau domba.
7 Efek Berlebihan Makan Daging Kambing
Meski kandungan lemaknya lebih rendah, bukan berarti boleh makan daging kambing secara berlebihan, ya, Parents.
Berikut ini berbagai dampak buruk jika terlalu banyak menyantap olahan daging kambing.
1. Menyebabkan Bau Badan
Efek berlebihan makan daging kambing yang pertama adalah dapat menyebabkan bau badan. Pasalnya, daging satu ini kaya akan protein.
Tahukah Parents, proses pencernaan protein dari daging kambing di dalam tubuh membutuhkan banyak energi?
Mekanisme ini dikenal dengan efek termogenik makanan.
Saat organ pencernaan bekerja keras untuk mencerna protein tersebut, suhu tubuh kemudian meningkat.
Produksi keringat pun menjadi lebih banyak, yang pada akhirnya dapat menyebabkan bau badan.
2. Dapat Menyebabkan Kantuk dan Lelah
Setelah menyantap daging kambing yang nikmat, biasanya seseorang akan merasa lelah mengantuk.
Mengapa bisa demikian? Hal ini rupanya masih berhubungan dengan efek termogenik tadi.
Saat tubuh bekerja untuk mencerna daging kambing, tubuh menggerakkan aliran darah ke saluran cerna untuk membantu proses tersebut.
Akibatnya, pasokan darah di bagian tubuh lain, termasuk otak, mungkin akan berkurang.
Apalagi jika pilihan menu yang dibuat tidak cukup seimbang, dalam artian terlalu tinggi lemak dan karbohidratnya.
Misal, daging kambing diolah dengan tambahan minyak dan santan, lalu disantap bersama sepiring penuh nasi putih.
Tak ayal, rasa kantuk pun segera menyerang.
3. Sebabkan Sembelit dan Gangguan Pencernaan
Salah satu konsekuensi dari makan terlalu banyak daging adalah gangguan pencernaan.
Daging memang mengandung banyak zat gizi penting, tetapi sayangnya sumber protein yang satu ini tidak mengandung serat.
Tanpa asupan serat, seseorang dapat mengalami sembelit dan gangguan pencernaan yang serius.
Banyak penelitian membuktikan diet tinggi serat berkaitan dengan pencernaan yang lebih baik dan memengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Oleh karena itu, usahakan untuk tidak hanya menikmati daging kambing saja.
Tambahkanlah juga beragam sayuran dan biji-bijian utuh yang kaya akan serat baik.
4. Rasa Haus hingga Dehidrasi, Termasuk Efek Berlebihan Makan Daging Kambing
Efek samping lain dari mengonsumsi banyak daging kambing adalah rasa haus hingga dehidrasi.
Hal ini bisa terjadi lantaran tubuh membutuhkan banyak air untuk memproses dan mencerna protein dari daging tersebut.
Meskipun protein sangat penting untuk kesehatan serta berperan dalam pembentukan dan perbaikan otot, terlalu banyak mengonsumsinya tentu tidak baik.
Mengutip, tubuh akan menggunakan lebih banyak cairan untuk membuang kelebihan nitrogen akibat konsumsi protein secara berlebihan.
Seseorang mungkin akan merasa haus, pusing, atau tidak enak badan karenanya.
5. Memicu Kenaikan Berat Badan
Jika Parents sedang mencoba menurunkan kelebihan bobot tubuh, terlalu banyak daging dapat memperlambat progres untuk mencapai berat badan ideal.
Tentunya ini karena daging merah mengandung lebih banyak kalori dan lemak.
Meski sebenarnya diet tinggi protein sebenarnya baik untuk diet yang sukses. Salah satunya, karena dapat membantu kenyang lebih lama.
Namun, alih-alih menyantap protein hewan seperti daging, pilihlah sumber protein lain yang lebih rendah kalori seperti ikan dan kacang-kacangan.
6. Kolesterol Tinggi, Efek Berlebihan Makan Daging Kambing yang Patut Diwaspadai
Meski secara alami daging kambing tidak mengandung kolesterol tinggi, cara mengolah daging kambing yang tidak tepat dapat memicu lonjakan kolesterol di dalam darah.
Misalnya dengan menambahkan minyak berlebih dan santan selama proses memasak.
Jika ingin lebih sehat, maka pilihlah bagian daging tanpa lemak.
Kemudian hindari jenis olahan dengan minyak dan santan.
7. Memicu Penyakit Jantung
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi daging merah secara berlebihan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Melansir Medical News Today, studi baru-baru ini menemukan bahwa orang yang makan daging merah secara teratur memiliki tingkat metabolit yang lebih tinggi yang disebut trimetilamina N-oksida (TMAO).
TMAO sendiri dihasilkan oleh bakteri di usus.
Para peneliti menghubungkan zat tersebut dengan peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung.
Hasil penelitian juga menemukan, orang yang makan daging merah memiliki tiga kali lipat TMAO dibandingkan dengan mereka yang makan daging putih atau protein nabati.
Namun, kadar TMAO mereka kembali normal sekitar 4 minggu setelah berhenti makan daging merah.
****
Nah, itulah ulasan seputar efek berlebihan makan daging kambing atau daging merah secara umum.
Segala yang berlebihan memang tidak baik, ya, Parents.
Para ahli gizi pun menyarankan untuk mengonsumsi beraneka ragam makanan secara seimbang.
Baca juga:
Bolehkah ibu hamil makan daging kambing, adakah risikonya bagi janin?
Ingin memberi susu kambing pada anak? Kenali dulu manfaat dan risikonya berikut!
Beda dengan Tongseng dan Gulai, Ini Resep Tengkleng Kambing
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.