Bisakah kita deteksi autis sejak dalam kandungan agar hal ini tidak terjadi?
Autism Spectrum Disorder (ASD) yang dikenal juga dengan istilah autis atau autisme merupakan kondisi yang kompleks.
Secara umum, autisme merupakan kelainan perkembangan otak yang membuat penderitanya mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain.
Kondisi ini menyebabkan gangguan perilaku pada seseorang sehingga membuat ia sulit mengekspresikan diri atau pun memahami pikiran atau perasaan orang lain di sekitarnya.
Tentunya harapan setiap orang tua adalah bayinya lahir sehat, termasuk tidak memiliki autisme. Namun, bisakah deteksi autis sejak dalam kandungan? Berikut penjelasannya, Parents.
Penyebab Autisme pada Janin
Hingga saat ini, faktor penyebab autisme masih diteliti oleh para ahli. Meski begitu, banyak yang mengatakan bahwa faktor genetik sangat memengaruhi terjadinya kondisi ini.
Merujuk data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ditemukan bukti penyebab yang memperkuat bayi terkena autisme. Salah duanya komplikasi saat melahirkan dan usia ibu yang sudah lanjut.
Melansir laman Parents, berikut faktor risiko yang berkaitan dengan autisme pada janin:
- Riwayat Keluarga. Studi pada 2019 menyebutkan jika anak pertama mengalami autisme, maka anak berikutnya 17x berisiko mengalami hal serupa
- Usia. Usia perempuan saat hamil turut memengaruhi, yakni risikonya lebih tinggi jika kehamilan terjadi di usia di atas 40-50 tahun. Perempuan yang hamil terlalu muda (di bawah 20 tanun) juga memiliki risiko yang sama
- Defisiensi Zat Besi. Kekurangan zat besi turut meningkatkan risiko autisme pada janin. Hal ini dibuktikan dengan studi pada 2022, ibu yang mengonsumsi asam folat selama hamil risiko autisme pada bayinya berkurang.
- Polusi Udara. Jauhi paparan polusi udara selama hamil karena risiko autisme meningkat. Utamanya jika jenis kelamin bayinya laki-laki.
- Obesitas. Berat badan berlebih ibu hamil berkaitan dengan autisme pada janin. Adanya ketidakseimbangan hormon ditengarai memengaruhi perkembangan otak janin.
- Diabetes Gestasional. Studi pada 2015 menemukan ibu hamil yang mengalami diabetes saat usia kehamilan 26 minggu berisiko memiliki bayi dengan autisme. Jika dibiarkan, diabetes bisa menimbulkan masalah lain seperti persalinan prematur, berat bayi besar, dan risikonya besar untuk bayi menderita obesitas dan diabetes tipe 2 saat dewasa.
- Jarak Kehamilan. Studi yang dipublikasikan dalam Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry menemukan jarak kehamilan 2-5 tahun berisiko lebih rendah melahirkan anak dengan autisme.
Artikel terkait: Rentan Menimpa Anak Laki-laki, Ini 4 Jenis Autisme yang Wajib Parents Ketahui
Deteksi Autis Sejak dalam Kandungan, Bisakah Dilakukan?
Mendeteksi tanda autisme sejak dalam kandungan bisa menjadi salah satu upaya pencegahan bermanfaat. Sayangnya, semasa kehamilan, belum ada teknologi akurat yang bisa melihat apakah janin yang dikandung mengidap autisme atau tidak.
Selain itu, faktor penyebab utama autisme adalah genetika, sehingga sebenarnya kondisi ini tidak bisa diubah. Namun, bisa saja penyebabnya beragam atau kombinasi dari berbagai faktor eksternal yang bisa dicegah.
Hal tersebut pun selaras dengan studi yang diterbitkan di New England Journal of Medicine.
Penelitian itu menyebutkan, ditemukan adanya perbedaan bentuk otak dan tubuh anak autis sejak trimester kedua. Meski belum ditemukan penyebab pasti, tetapi mereka yakin kondisi ASD ini berkembang dari berbagai macam faktor.
“Beberapa kasus mungkin disebabkan oleh faktor genetik, tetapi bisa juga ada pengaruh dari faktor lingkungan. Namun, kebanyakan kasus bisa terjadi karena interaksi keduanya,” ungkap peneliti medis Paul Wang, M.D, dari Autism Speaks.
Meski kondisi autisme umumnya tidak dapat dicegah, tetapi Bunda bisa melakukan beberapa hal untuk menjaga kehamilan tetap sehat dan mengurangi faktor risiko terjadinya autisme.
Melansir berbagai sumber, berikut upaya pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah autisme sedini mungkin sejak dalam kandungan.
Artikel terkait: Kabar Gembira! Alat Deteksi Dini Autisme Ditemukan, Ini Cara Kerjanya
Upaya Mencegah Autisme Sejak dalam Kandungan
1. Hindari Mengonsumsi Obat Sembarangan
Studi dalam Journal of The American Medical Association menemukan bahwa obat tertentu seperti valproate (obat untuk jenis gangguan saraf) bisa saja meningkatkan risiko autisme saat dikonsumsi selama kehamilan.
Oleh karena itu, apabila Bunda sakit selama hamil, sebaiknya konsultasikan lebih dulu ke dokter sekiranya jenis obat apa yang aman dikonsumsi.
2. Cukupi Asupan Zat Besi
Dalam studi lain, yakni American Journal of Epidemiology menemukan bahwa anak-anak yang lahir dari ibu kekurangan zat besi berisiko lima kali lebih tinggi mengalami autisme. Selain itu, zat besi juga memang penting untuk perkembangan sistem saraf bayi secara keseluruhan saat berada di dalam kandungan.
Pastikan Bunda mendapatkan zat besi yang cukup selama hamil. Anda bisa mengonsumsi makanan seperti daging, telur, roti, sereal atau pun suplemen prenatal agar asupan zat besi bisa terpenuhi.
3. Perhatikan Kenaikan Berat Badan Selama Hamil
Selain kekurangan zat besi, peneliti juga menyebutkan bahwa, ibu hamil di atas 35 tahun atau yang mengalami obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes dapat meningkatkan risiko melahirkan anak dengan autisme.
Maka dari itu, selalu perhatikan kenaikan berat badan Anda selama hamil, ya, Bun. Adapun kenaikan berat badan normal selama hamil bergantung pada Indeks Massa Tubuh (BMI) masing-masing ibu hamil.
Umumnya, untuk ukuran BMI normal, kenaikan berat badan yang baik adalah 11 – 16 kg.
4. Hindari Paparan Polusi
Sementara itu, menurut studi yang dilakukan oleh peneliti dari Harvard School of Public Health, paparan polusi langsung pada ibu hamil juga bisa menambah risiko terjadinya autisme pada bayi.
“Polusi mungkin berpengaruh. Tapi tantangannya adalah, memahami komponen polusi udara apa yang sekiranya relevan memengaruhi kondisi ini (autisme), karena polusi udara sendiri bisa melibatkan ratusan bahan kimia dari berbagai sumber,” jelas peneliti bernama Dr. Fallin itu seperti yang dikutip dari laman Parents.
5. Konsumsi Asam Folat
Asam folat atau vitamin B9 sangat penting untuk perkembangan otak. Ibu yang kekurangan jenis vitamin ini saat hamil bisa meningkatkan risiko autisme pada anak.
Oleh karena itu, Bunda dianjurkan untuk mencukupi kebutuhan asam folat selama hamil. Bisa dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin tersebut atau pun mengonsumsi suplemen folat selama kehamilan dengan dosis tepat.
6. Lakukan Pemeriksaan Rutin
Agar perkembangan janin dalam kandungan bisa terpantau dengan baik, jangan ragu untuk lakukan pemeriksaan kehamilan rutin.
Selain mengurangi faktor risiko autisme sejak dini, pemeriksaan rutin juga bisa bantu mencegah kondisi kesehatan atau penyakit lain yang mungkin dialami ibu hamil atau pun janin.
7. Hindari Alkohol dan Jangan Merokok
Agar janin tetap sehat, pastikan Anda tidak mengonsumsi alkohol dan tidak merokok. Kebiasaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan janin apabila masih dilakukan selama kehamilan.
8. Terapkan Pola Hidup Sehat
Selain itu, terapkan juga pola hidup sehat untuk mencegah kondisi autisme pada janin yang dikandung. Pola hidup sehat ini mencakup, mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, olahraga, serta cukupi istirahat dan kelola stres dengan baik.
9. Lakukan Tes Kesehatan dan Vaksinasi Sebelum Hamil
Selain itu, ada baiknya Anda juga memeriksa kesehatan dan lakukan serangkaian vaksinasi wajib sebelum merencanakan kehamilan.
Selain untuk mencegah faktor risiko autisme, pemeriksaan kesehatan sebelum hamil juga bisa mencegah risiko terjadinya kondisi penyakit lain di kemudian hari.
Pada dasarnya, belum ada alat deteksi autis dini sejak dalam kandungan hingga saat ini. Namun, upaya pencegahan autisme tetap bisa dilakukan selama kehamilan dengan menghindari sebisa mungkin faktor risikonya. Yuk, jaga kesehatanmu, Bunda!
***
Baca juga:
Anak terlambat bicara atau autisme, ini yang perlu Parents ketahui!
Perlukah anak autis mengonsumsi makanan khusus? Ini jawabannya!
Penelitian: Demam Saat Hamil Tingkatkan Risiko Anak Lahir dengan Autisme
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.