Setelah menjalani operasi caesar, ibu diharapkan menunda kehamilan untuk sementara waktu dan memberi waktu untuk tubuh agar dapat pulih kembali. Apa saja ciri-ciri hamil setelah operasi caesar yang perlu diketahui?
Persalinan caesar adalah operasi melahirkan bayi melalui sayatan yang dibuat di perut dan rahim ibu. Dokter menggunakan metode ini ketika mereka yakin itu lebih aman untuk ibu, bayi, atau keduanya.
Artikel Terkait: Berencana Melahirkan Caesar, Berikut Hal Penting yang Harus Dipersiapkan!
Ciri-Ciri Hamil Setelah Operasi Caesar, Apa yang Berbeda?
Sumber: Freepik
Saat hamil untuk kedua kalinya, tubuh sudah ‘mengetahui’ perubahan apa saja yang terjadi sehingga beberapa hal mungkin berbeda.
Bagi kebanyakan ibu, ciri-ciri hamil untuk yang kedua kali biasanya muncul lebih cepat atau lebih familier. Namun, ada juga yang tidak merasakannya karena setiap ibu hamil berbeda.
Ciri-ciri kehamilan yang umum, termasuk juga ciri-ciri hamil setelah operasi caesar adalah sebagai berikut:
- Siklus menstruasi tidak kunjung datang
- Mual dan muntah (morning sickness)
- Payudara terasa sensitif
- Mudah lelah
- Lebih sering buang air kecil
- Suasana hati yang berubah-ubah.
Selain itu, jika Bunda pernah menjalani operasi caesar bekas luka operasi bisa menjadi sakit apabila hamil lagi. Hal ini umumnya terasa pada usia 8 hingga 16 minggu kehamilan.
Nyeri ini dapat terasa seperti nyeri cubitan yang tajam atau nyeri terbakar dan sering terletak di dinding perut, di bawah kulit, kanan atau kiri, ke samping dan sedikit di atas bekas luka kulit bekas operasi caesar sebelumnya.
Kehamilan yang terjadi setelah menjalani operasi caesar kurang lebih sama seperti sebelumnya, tetapi ada risiko Bunda dapat mengalami komplikasi kelahiran.
Bunda juga sebaiknya memberi jarak jika berencana untuk hamil lagi setelah menjalani operasi caesar karena berbagai risiko yang ditimbulkannya.
Sebuah penelitian pada tahun 2005 yang diterbitkan pada The Medical Journal of Australia menemukan bahwa ibu yang mengalami operasi caesar untuk kehamilan pertama akan meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan kedua.
Ditemukan bahwa ibu yang menjalani persalinan kedua setelah sebelumnya pernah mengalami operasi caesar memiliki risiko histerektomi dan pengangkatan plasenta manual yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang melahirkan secara pervaginam.
Hal ini kemungkinan besar terkait dengan plasentasi abnormal, yang terkait dengan jaringan parut uterus dari operasi caesar sebelumnya.
Artikel Terkait: Haruskah Bunda Melakukan Operasi Caesar Kedua? Cari Tahu Keuntungan dan Risikonya
Pengaruh Operasi Caesar pada Kesuburan
Sumber: Freepik
Apakah melahirkan secara caesar dapat memengaruhi kesuburan ibu?
Mengutip dari Healthline, sebuah penelitian pada tahun 2014 menunjukkan bahwa perbedaan angka kelahiran setelah operasi caesar cukup kecil dan tidak signifikan.
Namun, studi lain yang dilakukan pada tahun 2020 mengatakan perbedaannya tidak begitu minimal.
Para ahli berpendapat bahwa ketika orang tua baru pertama kali menjalani operasi caesar, maka hal tersebut cenderung menurunkan peluang mereka untuk hamil lagi.
Alasan pastinya masih belum diketahui, tetapi jaringan parut yang terjadi pada rahim karena prosedur operasi caesar menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Dari hampir 2.500 orang yang mengikuti penelitian, sekitar 69 persen dapat hamil lagi dalam waktu 3 tahun setelah menjalani operasi caesar. Dari mereka yang melahirkan pervaginam, sekitar 76 persen mampu hamil dalam jangka waktu yang sama.
Hingga kini masih belum diketahui secara pasti apakah operasi caesar dapat memengaruhi kesuburan seseorang.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Skotlandia menemukan bahwa perempuan yang melahirkan anak pertama mereka melalui operasi caesar mungkin akan lebih sulit untuk hamil lagi karena berbagai alasan.
Penelitian ini melibatkan 283 perempuan yang mengisi kuesioner kira-kira tiga tahun setelah melahirkan anak pertama mereka melalui operasi caesar atau persalinan pervaginam menggunakan forceps atau pompa vakum.
20% dari ibu yang melahirkan anak pertama melalui operasi caesar melaporkan kesulitan untuk hamil anak kedua. Sedangkan ibu yang melahirkan pervaginam tetapi dibantu dengan instrumen seperti forceps atau vakum hanya 5%.
Menurut para ahli, perempuan yang melahirkan anak pertama melalui operasi caesar berisiko tinggi melahirkan anak kedua dengan cara yang sama.
Para peneliti pun menyimpulkan bahwa ketakutan melahirkan setelah persalinan yang sulit adalah salah satu faktor penyebabnya dan ini merupakan hal yang umum.
Artikel terkait: 40 Tanda-Tanda Hamil yang Perlu Bunda Ketahui
Jarak Terbaik untuk Kehamilan Berikutnya
Sumber: xFrame
Pada umumnya, tubuh membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih seperti semula dari operasi caesar dibandingkan jika melahirkan secara pervaginam.
Penting untuk memberi waktu pada tubuh untuk pulih sebelum Bunda merencanakan untuk hamil lagi.
Secara umum, Bunda harus menunggu setidaknya 6 bulan sebelum hamil lagi setelah melahirkan melalui operasi caesar.
Beberapa dokter ada pula yang berpendapat lebih baik menunggu selama 12 hingga 15 bulan, dan ada pula yang yakin waktu terbaik untuk hamil lagi adalah 18 hingga 24 bulan setelahnya.
Akan tetapi, jauh lebih baik jika Bunda membicarakan hal ini dengan dokter kandungan yang mengetahui riwayat medis Bunda.
Kondisi kesehatan secara keseluruhan, riwayat kehamilan dan kesuburan, serta faktor usia dapat memengaruhi dalam pengambilan keputusan kapan sebaiknya hamil lagi setelah operasi caesar.
Risiko Hamil Terlalu Cepat Setelah Caesar
Sumber: Freepik
1. Ruptur Uteri atau Rahim Robek
Ruptur uteri terjadi ketika dinding rahim Anda robek, sering kali karena tekanan yang disebabkan oleh kehamilan. Kondisi ini paling sering terjadi pada ibu hamil yang sebelumnya melahirkan melalui operasi caesar.
Ruptur uteri kemungkinan besar terjadi di sepanjang garis bekas luka persalinan caesar sebelumnya dan dinding rahim mungkin menjadi lebih lemah dan tipis di sepanjang garis operasi sebelumnya.
Pada dasarnya, semakin lama Bunda menunda kehamilan setelah menjalani operasi caesar, maka semakin rendah risiko ruptur uteri dan robekan rahim.
Sebuah studi tahun 2010 menemukan bahwa tingkat ruptur uteri pada orang yang menjalani operasi caesar sebelumnya hampir 5 persen pada mereka yang kurang dari 18 bulan sudah hamil lagi dan menurun menjadi hanya 1 persen bagi mereka yang menunda kehamilan hingga 24 bulan atau lebih.
2. Plasenta Akreta
Plasenta akreta adalah kondisi kehamilan serius yang terjadi ketika plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim.
Biasanya, plasenta terlepas dari dinding rahim setelah melahirkan. Namun, pada kasus plasenta akreta sebagian atau seluruh plasenta tetap melekat di dinding rahim.
Hal ini kemudian dapat menyebabkan perdarahan berat setelah melahirkan.
Plasenta akreta diduga terkait dengan adanya kelainan pada lapisan rahim, biasanya karena adanya jaringan parut setelah operasi caesar atau operasi rahim lainnya.
3. Kelahiran Prematur
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi lebih dari tiga minggu sebelum perkiraan tanggal lahir bayi. Dengan kata lain, kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum dimulainya minggu ke-37 kehamilan.
Studi terbaru yang diterbitkan pada tahun 2019 menemukan adanya hubungan antara operasi caesar pada kehamilan pertama dengan kelahiran prematur pada kehamilan kedua.
Tingkat kelahiran prematur lebih tinggi secara statistik pada orang yang pernah menjalani operasi caesar sebelumnya.
Beberapa peneliti menduga kelahiran prematur juga bisa diperburuk antara periode waktu yang lebih pendek di antara kehamilan.
Meskipun tidak semua bayi yang lahir prematur mengalami komplikasi, lahir terlalu dini dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang.
Komplikasi kelahiran prematur mungkin termasuk masalah pada pernapasan, jantung, otak, kontrol suhu internal, pencernaan, darah, metabolisme, dan sistem kekebalan tubuh.
Artikel Terkait: Ini 9 Kondisi yang Mengharuskan Bunda Melahirkan Caesar
Mungkinkah Melahirkan Normal Setelah Caesar?
Sumber: xFrame
Bunda mungkin bertanya-tanya apakah bisa melahirkan secara normal atau pervaginam jika sudah pernah melahirkan melalui operasi caesar?
Operasi caesar bisa menghasilkan bekas luka di dalam rahim sehingga jika hamil kembali ada risiko rahim robek atau terbuka di sepanjang bekas luka operasi tersebut.
Akan tetapi, menurut American Pregnancy Association, 60% hingga 80% perempuan yang melahirkan secara caesar berhasil melahirkan secara normal pada kehamilan berikutnya.
Statistik ini didukung oleh yang lain dari National Institute of Child Health and Human Development yang menunjukkan bahwa sekitar 75% dari upaya VBAC (Vaginal Birth After Caesarian – melahirkan normal setelah pernah operasi caesar) berhasil.
Kesimpulannya, Bunda bisa melahirkan normal meski pernah operasi caesar.
Dibandingkan dengan operasi caesar untuk kedua kalinya atau seterusnya, persalinan pervaginam tidak melibatkan operasi, tidak ada kemungkinan komplikasi operasi, masa inap di rumah sakit yang lebih pendek, dan kembalinya aktivitas normal sehari-hari dengan lebih cepat.
Bunda dapat meningkatkan peluang untuk menjalani VBAC tergantung pada jenis sayatan rahim apa yang digunakan untuk operasi caesar sebelumnya.
Perempuan yang memiliki sayatan melintang rendah atau vertikal rendah bisa melakukan VBAC.
Namun, jika Bunda pernah menjalani sayatan vertikal tinggi sebelumnya, VBAC tidak dianjurkan karena risiko ruptur uteri.
Selain itu, beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan VBAC meliputi:
- Tidak pernah mengalami ruptur uteri
- Tidak pernah menjalani operasi lain di rahim, misalnya pengangkatan fibroid
- Sudah pernah melahirkan pervaginam sebelumnya
- Tidak pernah menjalani lebih dari dua operasi caesar
- Hamil lebih dari 18 bulan setelah operasi caesar
- Tidak memiliki masalah kesehatan apa pun yang mungkin memengaruhi persalinan pervaginam
Jika Bunda pernah menjalani VBAC yang sukses tanpa komplikasi seperti rahim pecah, maka kemungkinan untuk terus melahirkan pervaginam di masa depan akan lebih tinggi.
Apabila Bunda ingin melakukan VBAC, sebaiknya diskusikan terlebih dahulu dengan dokter pada awal kehamilan.
Dokter akan memeriksa riwayat medis termasuk catatan operasi caesar sebelumnya. Rencanakan pula untuk melahirkan di fasilitas yang dilengkapi untuk menangani operasi caesar darurat.
Akan tetapi, yang terpenting adalah bayi dapat lahir dengan sehat dan selamat. Oleh karena itu, cobalah untuk fleksibel akan kemungkinan melahirkan caesar sekali lagi dan tidak memaksa melakukan VBAC jika risikonya tinggi.
***
Pada dasarnya ciri-ciri hamil setelah operasi caesar kurang lebih sama seperti sebelumnya. Namun, Bunda mungkin akan merasakan nyeri di bagian luka operasi caesar tersebut. Semoga informasi ini dapat bermanfaat, ya, Bun!
Baca Juga:
Berapa kali operasi caesar yang aman dilakukan ibu?
Persalinan Caesar Buat Si Kecil Mudah Sakit, Ini Kata Dokter
5 Tips Agar Operasi Caesar Lebih Aman
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.