Bagi ibu yang melahirkan anak pertama melalui operasi caesar, dia memiliki kemungkinan sebesar 90% untuk kembali menjalani caesar saat melahirkan anak kedua. Namun, berapa kali operasi caesar boleh dilakukan mungkin sering menjadi pertanyaan ibu.
Operasi caesar
Dilansir dari Mayo Clinic, operasi caesar atau persalinan sesar adalah prosedur bedah yang dilakukan untuk melahirkaan bayi melalui sayatan di perut dan rahim.
Tindakan pembedahan ini mungkin direncanakan sebelumnya bila seorang wanita mengalami komplikasi selama kehamilannya. Namun dalam beberapa kasus, tindakan pembedahan ini juga dapat dilakukan bila persalinan normal dinilai terlalu berbahaya.
Berikut ini beberapa kondisi kesehatan yang mungkin akan membutuhkan persalinan sesar:
a. Kondisi kehamilan tidak mengalami kemajuan
Bila kondiis kehamilan seorang wanita tidak mengalami kemajuan hingga melewati HPL-nya, maka dokter mungkin akan menyarankan persalinan sesar. Terlebih bila terdapat perubahan pada detak jantung si kecil.
b. Posisi bayi yang abnormal
Dalam beberapa kasus, posisi bayi mungkin tidak normal menjelang kelahirannyanya. Operasi caesar merupakan cara yang paling aman untuk melahirkan bayi dengan posisi abnormal seperti sungsang atau melintang.
c. Hamil kembar atau lebih
Persalinan sesar mungkin diperlukan bila seorang wanita hamil kembar atau lebih. Sebab, semakin banyak bayi yang dikandung maka semakin besar risiko saat persalinan normal.
d. Mengalami masalah plasenta
Dokter juga mungkin akan menyarankan operasi caesar bila seorang wanita mengalami masalah plasenta, seperti plasenta previa. Di mana kondisi plasenta yang menutupi pembukaan serviks.
e. Mengalami tali pusar prolaps
Operasi caesar mungkin direkomendasikan dokter bila loop tali pusat melewati serviks dan berada di depan bayi.
f. Memiliki masalah kesehatan tertentu
Dokter akan merekomendasikan persalinan sesar bila seorang wanita memiliki masalah kesehatan yang parah, seperti masalah jantung atau otak. Persalinan sesar juga mungkin dianjurkan bila seorang wanita memiliki infeksi herpes genital aktif pada saat persalinan.
g. Obstruksi mekanis
Seorang wanita mungkin memerlukan operasi caesar bila memiliki fibroid besar yang menghalangi jalan lahir, fraktur panggul yang parah, atau bayi yang memiliki kondisi yang dapat menyebabkan kepala menjadi sangat besar (hidrosefalus parah).
h. Telah menjalani operasi caesar sebelumnya
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan menyarankan seorang wanita untuk menjalai operasi caesar bila dia sudah pernah menjalaninya sebelumnya.
Berapa kali operasi caesar yang aman bagi ibu?
Tidak ada angka pasti mengenai berapa kali operasi caesar yang aman untuk dilakukan seorang ibu. Tapi, para dokter sepakat bahwa semakin banyak jumlah operasi caesar yang dijalani seorang ibu, maka risikonya pun bertambah besar.
Akan tetapi, Dr. Marra Francis, seorang OB/GYN dari Texas mengatakan bahwa menjalani operasi caesar satu atau dua kali tidak akan meningkatkan risiko pada ibu maupun bayi. Sedangkan risikonya baru meningkat saat caesar ketiga.
Artikel terkait: 3 Fakta Tentang Ibu Melahirkan Cesar yang Harus Diketahui Semua Orang
Apa saja risikonya?
Meski belum ada jumlah yang pasti mengenai berapa kali operasi caesar yang aman bagi ibu dan bayi. Namun, melakukan caesar berulang-ulang tetap memiliki risiko. Berikut adalah risiko yang harus Anda waspadai:
- Bekas luka/jaringan parut. Setiapkali Bunda menjalani operasi caesar, akan ada jaringan parut di bagian dalam dan bagian luar perut Bunda. Jaringan yang tumbuh di sekitar parut, akan membuat operasi caesar selanjutnya agak sulit.
- Masalah dengan plasenta. Setelah operasi caesar berulangkali, plasenta bisa menempel di rahim terlalu ketat dan menjadi masalah ketika bayi dilahirkan. Bahkan bisa jadi plasenta malah menutupi jalan lahir hingga dan bukaan ke serviks.
- Cedera usus dan kandung kemih. Meskipun hal ini jarang terjadi, namun risiko cedera pada usus dan kandung kemih juga meningkat dengan semakin seringnya Anda melakukan operasi caesar.
- Perdarahan berlebihan. Risiko perdarahan berlebih bisa terjadi bila telah melakukan caesar berulangkali. Dan semakin sering melakukan caesar, maka risikonya pun semakin meningkat. Dalam beberapa kasus, pasien harus menjalani histerektomi (pengangkatan rahim) untuk menangani kondisi ini.
Pada akhirnya, Bunda harus tetap berkonsultasi dengan dokter dan mendengarkan masukan darinya. Apakah melahirkan secara caesar atau normal yang terbaik bagi Bunda. Pikirkan dengan baik dan pertimbangkan dengan matang sebelum mengambil keputusan. Hal ini demi keselamatan bayi dan Bunda sendiri.
***
Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda.