Seperti apa tensi normal ibu hamil? Mengapa penting memperhatikan hal ini?
Agar janin dan kandungan sehat, berikut semua hal yang harus Bunda tahu untuk menjaga kesehatan tensi saat hamil.
Artikel Terkait: Tekanan darah rendah saat hamil, benarkah bisa membahayakan janin?
Daftar isi
Berapa Tensi Normal Ibu Hamil?
Tekanan darah atau tensi adalah kekuatan darah yang mendorong dinding pembuluh darah yang disebut arteri. Arteri membawa darah dari jantung ke paru-paru untuk mengambil oksigen dan kemudian bergerak ke organ dan jaringan di seluruh tubuh.
Organ dan jaringan menggunakan oksigen untuk beraktivitas. Pembuluh darah yang disebut vena akan mengembalikan darah ke jantung.
Selama kehamilan, tekanan darah adalah tanda kesehatan ibu dan bayi.
Dokter akan menggunakan angka dari hasil pengukuran tensi untuk membantu mendiagnosis masalah mendasar atau kemungkinan komplikasi. Penting untuk melacak dan mengelola tekanan darah selama kehamilan.
Menurut Medical News Today, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyatakan bahwa tekanan darah ibu hamil yang normal berada dalam kisaran kurang dari 120/80 mm Hg.
Penting bagi ibu hamil harus menjaga tekanan darah tetap berada pada ambang normal selama kehamilan.
Itulah sebabnya, di setiap kunjungan, dokter kandungan akan memeriksa kondisi tensi Bumil untuk mengetahui apakah semuanya normal atau sebaliknya.
Berapa Tensi Ibu Hamil yang Tergolong Tinggi?
Tekanan darah tinggi pada kehamilan adalah kondisi yang sering terjadi.
Central of Disease Control and Prevention menyebutkan bahwa ada tiga jenis tekanan darah tinggi selama kehamilan. Dokter atau perawat Anda harus mencari kondisi ini sebelum, selama, dan setelah kehamilan.
Hipertensi Kronis (Chronic Hypertension)
Beberapa perempuan memiliki kondisi tekanan darah tinggi sebelum mereka hamil. Hipertensi kronis adalah tekanan darah tinggi yang dialami seorang perempuan sebelum hamil atau yang terjadi sebelum 20 minggu kehamilan.
Jika tekanan darah berkisar pada 140/90 mm Hg atau lebih tinggi, dokter kandungan mungkin menyarankan Anda untuk memulai atau melanjutkan minum obat tekanan darah selama kehamilan.
Ada 3 tingkatan hipertensi:
- Hipertensi ringan: Tekanan darah antara 140/90 dan 149/99mmHg
- Hipertensi sedang: Tekanan darah antara 150/100 dan 159/109mmHg
- Hipertensi parah: Tekanan darah 160/110mmHg atau lebih tinggi
Lalu, apakah ibu hamil yang mengalami tekanan darah tinggi harus melahirkan secara caesar?
Jika Bunda mengalami hipertensi ringan atau sedang, tekanan darah Anda harus dipantau setiap jam selama persalinan. Selama tekanan darah Anda tidak terlalu tinggi, Anda seharusnya bisa melahirkan normal secara normal.
Jika Bunda memiliki hipertensi berat, tekanan darah Anda akan dipantau setiap 15 sampai 30 menit dalam persalinan. Dokter mungkin juga merekomendasikan bayi dilahirkan menggunakan forsep atau ventouse, atau melalui operasi caesar.
Hipertensi Gestasional
Ada pula yang mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan padahal sebelumnya tidak. Kondisi ini disebut hipertensi gestasional.
Gejala hipertensi gestasional diantaranya adalah sebagai berikut:
- Tekanan darah sistolik 140 mm Hg atau lebih tinggi dan/atau tekanan darah diastolik 90 mm Hg atau lebih tinggi
- Tekanan darah tinggi pertama kali terjadi setelah 20 minggu kehamilan
- Sebelum hamil memiliki tekanan darah normal
- Tekanan darah tinggi selama kehamilan terjadi tanpa adanya protein dalam urine atau masalah jantung atau ginjal lainnya
Artikel Terkait: Perlu Tahu! 3 Makanan yang Dapat Menurunkan Tekanan Darah Ibu Hamil
Preeklamsia/Eklampsia
Preeklamsia terjadi ketika seorang ibu hamil yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal, tiba-tiba mengalami tekanan darah tinggi dan terdapat protein dalam urine setelah 20 minggu kehamilan.
Perempuan yang memiliki hipertensi kronis juga bisa mengalami preeklamsia. Beberapa kasus preeklamsia dapat berkembang menjadi eklamsia yaitu kejang yang merupakan keadaan darurat medis.
Gejala preeklamsia meliputi:
- Sakit kepala yang tidak kunjung hilang
- Penglihatan kabur
- Nyeri di daerah perut bagian atas
- Mual atau muntah
- Pembengkakan pada wajah atau tangan
- Kenaikan berat badan secara tiba-tiba
- Kesulitan bernapas
Bunda lebih berisiko mengalami preeklamsia jika hamil untuk yang pertama kali, memiliki tekanan darah tinggi kronis sebelum hamil, menderita diabetes, obesitas, berusia lebih dari 40 tahun atau pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
Ibu hamil dengan kehamilan kembar dan perempuan dengan riwayat trombofilia juga berisiko.
Dalam kasus yang jarang terjadi, preeklamsia dapat terjadi setelah melahirkan. Ini adalah kondisi medis serius yang dikenal sebagai preeklamsia pascapersalinan.
Selama kehamilan, tekanan darah tinggi yang parah atau tidak terkontrol dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi ibu dan bayinya.
Komplikasi dari tekanan darah tinggi untuk ibu dapat meliputi:
- eklampsia,
- stroke,
- meningkatnya risiko induksi persalinan,
- solusio plasenta (plasenta terlepas dari dinding rahim).
Sedangkan komplikasi untuk bayi adalah kelahiran prematur karena hipertensi ibu menyebabkan membuat bayi lebih sulit mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup untuk tumbuh sehingga harus lahir lebih cepat sebelum 37 minggu kehamilan.
Selain itu, juga ada risiko berat badan lahir rendah.
Ibu hamil yang sebelumnya memiliki tekanan darah tinggi sebaiknya berkonsultasi kepada dokter.
Dokter kandungan akan memantau kondisi ibu dan bayi untuk memastikan kehamilan berjalan dengan aman dan lancar. Dengan kontrol tekanan darah yang baik, ibu dan bayinya lebih mungkin untuk tetap sehat.
Hipertensi gestasional biasanya hilang setelah melahirkan, tetapi dapat meningkatkan risiko terkena tekanan darah tinggi di masa depan.
Jika Bunda menderita hipertensi gestasional, ingatlah risiko ini dan jagalah kesehatan. Konsumsilah makanan yang sehat dan lakukan olahraga teratur untuk mencegah tekanan darah naik.
Berapa Tensi Ibu Hamil yang Tergolong Rendah?
Tekanan darah rendah selama kehamilan juga cukup umum terjadi. Tekanan darah rendah (hipotensi) selama kehamilan biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan, dan tidak memerlukan pengobatan khusus.
Seorang dokter biasanya akan mendiagnosis tekanan darah rendah ketika tekanan darahnya sekitar 90 mmHg di atas 60 mmHg.
Selama 12 minggu pertama kehamilan, ibu hamil bisa jadi mengalami penurunan tekanan darah. Tekanan darah rendah ini akan sering tetap pada tingkat rendah selama trimester pertama dan kedua dan akan meningkat lagi saat trimester ketiga.
Meskipun tidak berbahaya, gejalanya mungkin tidak terasa nyaman. Gejala tekanan darah rendah antara lain adalah:
- Pusing
- Mual
- Mata berkunang-kunang
- Pingsan
- Kelelahan
- Napas pendek
- Terus-menerus haus
- Merasa dingin
- Pucat
- Penglihatan kabur atau penglihatan ganda
- Depresi
Apa risiko dan efeknya pada bayi jika ibu mengalami tekanan darah rendah?
Beberapa ibu hamil dengan tekanan darah rendah yang berdiri terlalu cepat setelah duduk atau berbaring mungkin bisa jadi pingsan.
Tekanan darah rendah yang parah dapat menyebabkan syok atau kerusakan pada organ dalam dan mencegah darah mencapai bayi, yang menimbulkan risiko dampak negatif bagi kesehatan bayi.
Akan tetapi secara umum, tekanan darah rendah biasanya tidak menimbulkan komplikasi yang serius.
Biasanya tidak ada perawatan medis tertentu untuk tekanan darah rendah selama kehamilan dan tekanan darah pun akan sering kembali normal pada trimester ketiga.
Artikel Terkait: Hindari Hipertensi dan Penyakit Jantung, Rutin Mengukur Tekanan Darah Yuk!
Cara Menormalkan Tensi Ibu Hamil
Menurut March of Dimes, untuk mengelola tekanan darah selama kehamilan, pastikan Anda melakukan hal berikut:
- Berbicara dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan atau ketika pemeriksaan kehamilan pertama tentang masalah kesehatan yang dialami dan obat-obatan yang dikonsumsi.
- Lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
- Jika memiliki kondisi darah tinggi sebelumnya, berkonsultasilah kepada dokter mengenai obat untuk mengontrol tekanan darah yang aman dikonsumsi selama kehamilan.
- Periksa tekanan darah secara rutin di rumah.
- Konsumsi makanan sehat. Hindari makanan yang bergaram tinggi, karena dapat meningkatkan tekanan darah. Namun, jika Bunda memiliki tekanan darah rendah, tingkatkan jumlah natrium dalam makanan sehari-hari.
- Tetap aktif. Berolahraga selama 30 menit setiap hari dapat membantu mengatur berat badan, mengurangi stres dan mencegah masalah kesehatan seperti preeklamsia.
- Jangan merokok, minum alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang.
***
Ibu hamil wajib menjaga kesehatannya demi kelancaran kehamilan dan persalinannya nanti.
Selain memastikan tensi ibu hamil tetap normal, pertambahan berat badan yang sesuai juga perlu diperhatikan.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Normal blood pressure in pregnancy: Levels and management
https://www.medicalnewstoday.com/articles/normal-blood-pressure-pregnancy#
Preeclampsia and High Blood Pressure During Pregnancy
https://www.acog.org/womens-health/faqs/preeclampsia-and-high-blood-pressure-during-pregnancy
High Blood Pressure During Pregnancy
https://www.cdc.gov/bloodpressure/pregnancy.htm
High blood pressure (hypertension) and pregnancy
https://www.nhs.uk/pregnancy/related-conditions/complications/high-blood-pressure/
Low blood pressure during pregnancy: Causes and remedies
https://www.medicalnewstoday.com/articles/320303#
Baca Juga:
Makan Daging Kambing Bisa Sebabkan Darah Tinggi, Mitos atau Fakta?
Cegah dan Kendalikan Hipertensi dengan PTDR, Bagaimana Caranya?
7 Cara Mengatasi Darah Rendah, Kenali Juga Penyebab dan Gejalanya!