Disebutkan, tekanan darah tinggi atau hipertensi sebagai penyebab utama stroke dan kerusakan otak. Sebenarnya, apa kaitan hipertensi dengan stroke dan kerusakan otak, ya, Bunda? Ini penjelasan ilmiahnya!
Apa Itu Hipertensi?
Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah seseorang sangat tinggi. Yakni tekanan sistolik darah lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (140/90 mmHg) –normalnya 90/60 mmHg sampai 12/80 mmHg.
Kondisi ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Dikatakan oleh dokter spesialis saraf RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S., hipertensi merupakan faktor risiko utama dari kejadian stroke.
“Setiap kenaikan tekanan darah sistolik 2 mmHg akan meningkatkan risiko stroke 10% pada orang dewasa,” demikian katanya dalam virtual media briefing yang diadakan Bayer bertajuk Waspada Hipertensi Merusak Otak, Rabu (31/8/2022).
Ini juga sesuai dengan fakta yang menujukkan bahwa 64-70% kasus stroke banyak disebabkan oleh hipertensi. Pada tahun 2021, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa berusia di atas 25 tahun di seluruh dunia pernah mengalami stroke. Jumlahnya tak tanggung-tanggung, yakni sekitar 13,7 juta penduduk dunia, lebih dari 5,5 juta dari mereka meninggal.
Artikel terkait: Hati-hati! Ini Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati Hipertensi
Faktor Risiko Tekanan Darah Tinggi
Beberapa hal yang merupakan faktor risiko dari tekanan darah tinggi adalah:
- Genetik, usia, ras, gender.
- Riwayat keluarga: Orang tua hipertensi, bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat rendah (BBLR), dan perokok pasif.
- Lingkungan yang sarat dengan polusi udara dan kebisingan.
- Memiliki masalah tidur: Sleep apnea dan insomnia.
- Aktivitas fisik yang terbatas dan obesitas.
- Intake garam tinggi, intake kalium rendah.
- Komorbid: Diabetes dan masalah hormon.
- Masalah psikososial, etnis, dan sosial-ekonomi.
Artikel terkait: Berakibat Fatal dan Mengancam Jiwa, Apa Itu Kondisi Hipertensi Emergensi?
Kaitan Hipertensi dengan Kerusakan Otak
Kejadian hipertensi bisa menyebabkan kerusakan sel dinding pembuluh darah (sel endotel), darah di otak menjadi menggumpal dan mengeras –mengganggu fungsi otot di dinding pembuluh darah nadi atau arteri. Dengan demikian aliran darah yang menuju ke otak pun terhambat, otak tak mendapatkan oksigen dan aliran darah yang cukup. Semakin lama, semakin banyak sel atau jaringan otak yang mati dan berujung pada memicu terjadinya stroke.
Tingkat keparahannya mulai dari skala ringan (Transient Ischaemic Attack/TIA) hingga stroke berat yang berakibat kecacatan menetap atau meninggal –bila tak segera ditangani.
Lebih parahnya lagi, tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit kronik yang tak bisa disembuhkan. Jadi jika Anda sudah didiagnosis penyakit ini, tujuan pengobatan Anda bukanlah sembuh, melainkan mengontrol tekanan darah.
Kata dr. Eka, banyak orang yang tak sadar dirinya menderita tekanan darah tinggi, karena memang penyakit ini sering kali tidak menunjukkan gejala. Ini juga alasan mengapa hipertensi disebut sebagai silent killer.
Alasan Orang Sulit Menurunkan Tekanan Darah
Ada beberapa faktor seseorang sulit mencapai target dalam menurunkan tekanan darah. Di antaranya disebutkan dr. Eka sebagai berikut:
- Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi
- Sosio kultural, perilaku, dan motivasi
- Akses ke fasilitas kesehatan
- Pengadaan obat-obatan yang terbatas
- Biaya pengobatan
- Kormobiditas
- Hubungan pasien-dokter
- Tenaga medis tidak update keilmuan
Artikel terkait: Bantu Turunkan Tekanan Darah Tinggi, ini 7 Buah-buahan yang Sehat Dikonsumsi
Komplikasi Akibat Tekanan Darah Tinggi
- Jantung: Serangan jantung, penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan kardioiopati.
- Renal failure, yaitu kondisi di mana ginjal kehilangan kemampuannya dalam membuang racun dan menyeimbangkan cairan dalam tubuh.
- Blood vessel damage: Aneurisma, penyakit pembuluh darah tepi
- Neurological: Stroke dan demensia
- Retinopathy, seperti kebutaan
- Sakit kepala: Badan merasa melayang dan kejang
Dengan melihat akibat dan komplikasinya, adalah penting untuk mengelola (mengenali dan mengendalikan) tekanan darah tinggi dengan baik. Salah satu cara mengontrol tekanan darah adalah dengan rutin mengukur tekanan darah sendiri –bisa dengan home blood pressure monitoring (HBPM).
Sementara untuk pasien tekanan darah tinggi, disarankan untuk tidak sekadar rutin mengukur tekanan darah secara benar dan berkala, tetapi juga mematuhi menjalani pengobatan.
Baca juga:
Ketahui Manfaat Mengukur Tekanan Darah Rutin Sendiri di Rumah, Apa Saja?
Alami Hipertensi? Ini 5 Makanan Terbaik untuk Turunkan Tekanan Darah
Benarkah Sering Mimisan Bisa Jadi Tanda Darah Tinggi? Simak Penjelasan Ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.