Sebagian ibu pernah merasa sedih, cemas, kewalahan, depresi, bahkan hingga mengalami baby blues setelah melahirkan. Kondisi ini normal. Namun, kalau sampai Bunda merasa ingin menyakiti diri sendiri atau bayi, harus segera diwaspadai! Postpartum psychosis adalah nama dari kondisi mengkhawatirkan tersebut.
Artikel terkait: 8 Cara Mengatasi Baby Blues Sebelum Melahirkan, Kenali Penyebabnya!
Apa Itu Postpartum Psychosis?
Postpartum psychosis atau psikosis pascapersalinan atau psikosis nifas adalah gejala depresi dari penyakit kesehatan mental serius yang biasanya menyerang perempuan segera setelah melahirkan.
Kondisi ini memengaruhi sekitar 1 dari 500 ibu setelah melahirkan, dan gejalanya jauh lebih parah daripada baby blues dan postpartum depression karena ada keinginan dari si ibu untuk menyakiti bayinya atau bunuh diri.
Penelitian yang ditulis laman Postpartum.net menyebutkan dari seluruh perempuan yang mengalami psikosis pascamelahirkan ada sekitar 5% yang berniat membunuh dirinya dan 4% ingin menyakiti (membunuh dalam hal ini) bayinya.
Perubahan suasana hati yang disebabkan baby blues umumnya normal terjadi dan biasanya hanya berlangsung selama beberapa hari. Namun berbeda dengan postpartum psychosis, depresi yang juga dikenal dengan sebutan postnatal psychosis ini sangat serius dan harus diperlakukan sebagai keadaan darurat medis.
Banyak perempuan baru melahirkan tidak menyadari hal ini terjadi kepadanya, karena sifatnya yang spontan, datang dengan cepat, serta menghilang dengan cepat. Menghilang, dengan efek yang bisa menghancurkan.
Penderita psikosis pascapersalinan juga mengalami halusinasi dan delusi, yang membuatnya tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah. Vera Itabiliana, psikolog anak dari Rumah Mandiri Anak Depok, menyatakan bahwa depresi psikosis ini menimpa sekitar 13 persen perempuan di seluruh dunia.
“Di negara berkembang, angkanya lebih besar lagi. Yakni 20%,” ucapnya saat ditemui di acara peluncuran komunitas Orami Birth Club di Galleries Lafayette, Pacific Place Jakarta, Rabu (6/12/2017).
Artikel Terkait: Depresi pasca persalinan berbeda dengan baby blues, kenali perbedaannya di sini!
Apa Penyebab Postpartum Psychosis?
Postpartum psychosis adalah gejala depresi yang jauh lebih parah dan harus diwaspadai. Karena bisa membahayakan bayi.
Vera menjelaskan postpartum psychosis adalah kondisi serius yang membutuhkan penanganan medis dan psikologis.
Hingga kini para ahli kesehatan juga tidak yakin apa yang menyebabkan psikosis pascapersalinan terjadi. Namun melalui pengamatan yang sudah banyak dilakukan, Bunda lebih berisiko menderita postpartum psychosis jika:
- Sudah memiliki diagnosis gangguan bipolar atau skizofrenia.
- Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kesehatan mental, terutama psikosis pascapersalinan (bahkan jika Anda tidak memiliki riwayat penyakit mental).
- Mengembangkan psikosis postpartum setelah kehamilan sebelumnya.
Artikel terkait: Kenali Gangguan Bipolar, Rentan Dialami Perempuan Jelang Menopause
Apa Faktor Risiko Postpartum Psychosis?
Memang, kondisi ini bisa mungkin terjadi pada siapa pun. Namun, acap kali ada kondisi yang membuat seseorang lebih berisiko dibandingkan dengan kondisi lainnya, Bun.
Beberapa faktor risiko tersebut antara lain :
- Riwayat kesehatan mental pribadi terkait dengan kehamilan atau pasca kelahiran, seperti baby blues atau postpartum depression maupun kondisi lainnya.
- Riwayat gangguan bipolar dalam keluarga
- Mengalami episode postpartum psychosis sebelumnya
Ditambahkan dari WebMD, risiko gangguan mental ini bisa meningkat karena perubahan hormonal yang besar sebelum dan sesudah melahirkan dalam kondisi berikut:
- Ini kehamilan pertama
- Kehamilan yang tidak direncanakan
- Memiliki perubahan suasana hati yang besar selama hamil
- Menghentikan obat psikiatri selama kehamilan
Artikel terkait: Waspada Tanda Bipolar, Kenali 10 Penyebab Mood Swing dan Cara Mengatasinya
Bagaimana Cara Mencegah Postpartum Psychosis?
Postpartum psychosis adalah penyakit yang sangat serius, di mana penderitanya berisiko bunuh diri. Kemungkinan ini bisa meningkat pesat satu tahun atau lebih setelah penderitanya melahirkan dan terjadi pada 1 dari 20 ibu baru melahirkan.
Untungnya, keadaan psikosis ini hanya sementara. Namun demikian, sangat penting bagi Bunda, khususnya orang di sekitar penderita, untuk mengetahui apa yang harus dilakukan mengalami gangguan mental ini, baik sebelum dan sesudah persalinan.
Sebelum Persalinan:
- Bicaralah dengan dokter tentang risiko yang mungkin dihadapi –mungkin dokter akan merekomendasikan Anda ke psikiater perinatal.
- Beri tahu dokter tentang riwayat keluarga gangguan bipolar atau psikosis pascapersalinan.
- Ajari pasangan atau orang yang akan mengurus Anda pascapersalinan tentang gejala, karena ada kemungkinan Anda tidak dapat mengenalinya jika terjadi pada diri sendiri.
- Pantau suasana hati selama kehamilan.
- Terhubung dengan komunitas pendukung untuk psikosis pascapersalinan.
- Atur pengasuhan pada anak lainnya (misalnya, tempat tinggal mereka jika Anda tidak dapat mengurus mereka setelah si kecil lahir).
Anda juga harus mengadakan pertemuan perencanaan prakelahiran pada sekitar 32 minggu kehamilan bersama dengan orang yang bakal terlibat dalam perawatan Anda. Termasuk pasangan, anggota keluarga lain atau teman, profesional kesehatan mental, bidan, dokter kandungan, dan dokter umum.
Ini untuk memastikan bahwa semua orang menyadari risiko psikosis pascapersalinan Anda. Semua pihak yang berkaitan harus menyetujui rencana perawatan Anda selama kehamilan dan setelah melahirkan.
Setelah Persalinan:
- Mintalah pasangan atau anggota keluarga lain untuk mengawasi perilaku Anda
- Tidur yang cukup
- Jangan merasa bersalah atau tertekan jika sulit bagi Bunda untuk menyusui
- Minimalkan pengunjung, terutama pada beberapa hari pertama persalinan
- Temui dokter secara teratur untuk pemeriksaan
- Buat buku harian suasana hati
- Bersandar pada teman dan keluarga untuk bantuan di sekitar rumah
Artikel terkait: Kisah Depresi Seorang Ayah, “Sejak istriku melahirkan, aku mulai berpikir untuk bunuh diri”
Apa Saja Gejala Psikosis Pascapersalinan?
Sumber: Pexels
Gejala biasanya terjadi secara spontan atau mendadak dan terjadi di 2 minggu pertama setelah melahirkan, bahkan sering kali dalam beberapa jam atau hari setelah melahirkan. Kemudian dapat berkembang beberapa minggu setelah bayi lahir, tetapi lebih jarang terjadi.
Melansir National Health Service berikut ini gejala yang harus Bunda waspadai:
- Halusinasi, seperti mendengar, melihat, mencium atau merasakan hal-hal yang tidak ada
- Delusi, yaitu pikiran atau keyakinan yang tidak mungkin benar. Banyak penyintas psikosis pascapersalinan mengaku delusi yang mereka alami tidak selalu mengandung perintah kekerasan (destruktif).
- Suasana hati manik, yakni berbicara dan berpikir terlalu banyak atau terlalu cepat, merasa “tinggi” atau “di atas dunia”
- Menarik diri dari lingkungan
- Merasa kesepian
- Sering menangis
- Kurang berenergi
- Kehilangan nafsu makan
- Cemas berlebihan
- Sulit tidur
- Mood swing antara suasana hati yang manik dan suasana hati yang rendah, atau suasana hati yang berubah, misalnya dengan cepat perasaan bahagianya berubah menjadi sedih
- Hilangnya minat atas apa pun
- Merasa curiga atau takut
- Agitasi seperti gelisah dan jengkel
- Merasa sangat bingung
- Berperilaku dengan cara yang tidak sesuai karakter
- Jadi lebih hiperaktif
- Menjadi lebih paranoid atau lebih mudah curiga
- Jadi lebih sulit berkomunikasi setelah melahirkan, atau menjadi lebih serius
- Ada pikiran untuk menyakiti diri sendiri dan bayi
Itulah sebabnya, mengapa penting untuk memiliki orang yang dicintai atau teman yang mengawasi Anda di hari-hari dan minggu-minggu awal persalinan untuk mengenali gejala yang penderita alami.
Artikel terkait: Mengenal Postnatal Anxiety, Kondisi Kecemasan Berlebih pada Ibu Pasca Melahirkan
Apa Pengobatan yang Bisa Dilakukan?
Ada beberapa gejala postpartum psychosis yang sebaiknya diwaspadai oleh setiap ibu
Perawatan biasanya dilakukan di rumah sakit dan idealnya dilakukan dengan bayi Anda di mother and baby unit (MBU) oleh psikiatri spesialis. Secara lengkap, ini perawatan yang bisa didapatkan penderita postpartum psychosis:
1. Obat
Si penderita mungkin diresepkan 1 atau lebih dari obat-obatan berikut ini:
- Antipsikotik untuk membantu gejala manik dan psikotik, seperti delusi atau halusinasi.
- Penstabil suasana hati (misalnya, lithium) untuk menstabilkan suasana hati Anda dan mencegah gejala berulang.
- Antidepresan untuk membantu meringankan gejala jika Anda memiliki gejala depresi yang signifikan dan dapat digunakan bersama dengan penstabil suasana hati
2. Electroconvulsive therapy (ECT)
Terkadang, electroconvulsive therapy (ECT) atau terapi kejang listrik direkomendasikan jika semua pilihan pengobatan lain telah gagal, atau ketika situasi dianggap mengancam jiwa.
3. Terapi Psikologis
Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioural therapy/CBT) adalah terapi berbicara bersama terapis perilaku yang dapat membantu Anda mengelola masalah dengan mengubah cara berpikir dan berperilaku.
4. Bentuk Dukungan Lainnya
Mungkin sulit untuk menerima pengalaman psikosis pascapersalinan saat pulih. Berbicaralah dengan rekan-rekan atau orang lain dengan pengalaman yang sama untuk membantu Anda menerima diri Anda kembali.
Komunitas seperti ini biasanya bisa diakses di rumah sakit atau lembaga kesehatan mental.
Butuh Waktu Berapa Lama Psikosis Pascamelahirkan untuk Sembuh?
Waktu pemulihan penyakit mental bisa berbeda-beda pada setiap pasien. Hanya saja, seorang ibu yang mengalami postpartum psychosis dapat dikatakan pulih ketika ia mengatasi segaja gejala postpartum psychosis yang sebelumnya sempat ia alami.
Kapan Harus ke Dokter?
Sumber: Pexels
Penelitian menyebutkan bahwa sekitar 5 persen tingkat bunuh diri berkaitan erat dengan kondisi ini pada ibu. Keselamatan bayi juga bukannya tidak mungkin tidak terancam karena kesehatan mental ibunya yang terganggu.
Oleh karena itu, segera temui dokter umum jika Anda merasa, atau seseorang yang Anda kenal, mungkin mengalami gejala psikosis pascapersalinan –jangan hanya didiamkan. Sebab, lebih banyak penderita psikosis pascapersalinan yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang sakit.
Tanyakan kepada dokter apa yang harus dilakukan selanjutnya. Psikosis pascapersalinan adalah penyakit mental serius yang harus ditangani sebagai keadaan darurat medis. Ini bisa menjadi lebih buruk dengan cepat dan dampaknya bisa membahayakan keselamatan ibu juga bayinya.
Artikel terkait: “Aku depresi pasca melahirkan, tapi tak menyadarinya…” curahan seorang ibu
Apa Bedanya dengan Psikosis Pascamelahirkan dengan Postpartum Depression?
Postpartum depression atau depresi pascapersalinan adalah bentuk depresi yang lebih parah dan bertahan lama dari baby blues. Kondisi ini kerap membuat kemampuan ibu dalam merawat bayi dan menangani tugas sehari-hari lainnya terganggu.
Gangguan mental ini bukanlah cacat karakter atau kelemahan, tetapi terkadang disebut sebagai komplikasi melahirkan saja. Gejalanya biasa berkembang dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan, tapi bisa juga lebih awal selama kehamilan –hingga satu tahun setelah kelahiran.
Tanda dan gejalanya sebagai berikut:
- Suasana hati yang tertekan atau perubahan suasana hati yang parah
- Menangis berlebihan
- Kesulitan menjalin ikatan dengan bayi
- Menarik diri dari keluarga dan teman
- Kehilangan nafsu makan atau makan lebih banyak dari biasanya
- Ketidakmampuan untuk tidur (insomnia) atau tidur terlalu banyak
- Kelelahan yang luar biasa atau kehilangan energi
- Berkurangnya minat dan kesenangan dalam aktivitas yang biasa Anda nikmati
- Iritabilitas dan kemarahan yang intens
- Merasa bukan ibu yang baik
- Putus asa
- Merasa tidak berharga, malu, bersalah atau tidak mampu
- Berkurangnya kemampuan untuk berpikir jernih, berkonsentrasi atau membuat keputusan
- Gelisah akut
- Kecemasan parah dan serangan panik
- Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau juga bayi
- Pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri
Tidak hanya ibu, menurut Mayo Clinic, ternyata ayah baru juga bisa mengalami depresi pascapersalinan –disebut depresi pascamelahirkan paternal.
Gejalanya antara merasa sedih atau lelah, kewalahan, mengalami kecemasan, atau mengalami perubahan pola makan dan tidur, gejala yang sama yang biasa dialami ibu dengan depresi pascamelahirkan.
Alasan Ibu Depresi Pascamelahirkan Gagal Mencari Pertolongan
Sumber: Pexels
Banyak ibu baru melahirkan yang mengalami depresi. Kasus depresi pascamelahirkan ini menyerang kaum ibu dan berujung pada tindakan nekat menyakiti anaknya atau bunuh diri. Sayangnya, hanya sedikit yang benar-benar mencari pertolongan pada profesional.
Salah satu alasannya adalah si ibu tidak tahu bahwa dirinya mengalami depresi pascamelahirkan. Akibatnya, banyak ibu yang justru menghukum dirinya sendiri dengan menganggap bahwa dirinya adalah ibu buruk. Saat mengalami rasa tidak menentu seperti itu, ia merasa masalahnya adalah diri sendiri.
Di dalam hati, ia merasa, “Saya adalah ibu yang buruk,” “Seharusnya saya tidak merasa seperti ini,” “Jika ibu lain bisa bahagia saat punya anak, kenapa aku tidak?”
***
Demikian penjelasan tentang postpartum psychosis, yang adalah kondisi depresi lanjutan dari baby blues. Segera cari pertolongan jika Bunda mengalami kondisi ini.
Baca juga:
Ibu Lempar Bayi di Mall Bekasi; Mungkinkah Akibat Depresi Pasca Melahirkan?
Bangkit dari Kegelapan : Kisahku Melawan Depresi Pasca Melahirkan
Bunda, kenali 4 tanda depresi paska melahirkan atau postpartum depression ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.