Sindrom baby blues tentu sudah tidak asing lagi terdengar, ya, Bunda. Gangguan suasana hati yang dialami oleh ibu setelah melahirkan ini menyebabkan perasaan mudah sedih, gelisah, marah, lelah, hingga sulit berkonsentrasi.
Biasanya, kondisi ini dirasakan dalam dua hingga tiga hari pertama setelah melahirkan, atau bahkan berlangsung hingga dua minggu.
Ada ibu baru yang mengalami bentuk depresi yang lebih parah dan bertahan lama, yang dikenal sebagai depresi pasca melahirkan (postpartum depression). Gangguan mood ekstrem yang disebut psikosis postpartum juga bisa dialami, meskipun sangat jarang terjadi.
Kondisi ini umumnya disebabkan karena perubahan hormon setelah melahirkan, juga perubahan kondisi yang jauh berbeda seperti sebelum melahirkan.
Bila bisa mengelola dan mengendalikannya dengan baik, kondisi ini sebenarnya bisa hilang dengan sendirinya kok, Bunda.
Akan tetapi, ternyata ada juga beberapa ibu yang mengalami baby blues tepat di masa kehamilannya.
Lantas, normalkah jika sindrom baby blues muncul sebelum melahirkan? Apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya?
Apa Itu Baby Blues?
Image: Freepik
Diungkapkan Ayank Irma, selaku psikolog keluarga dari Ruang Tumbuh, baby blues syndrome adalah suatu kondisi di mana seorang ibu merasa cemas, kegelisahan, hingga merasa sedih yang mendalam.
Kondisi ini umumnya terjadi pada empat hingga lima hari setelah melahirkan dan tidak berlangsung lama.
Psikolog yang kerap disapa Mbak Ayank ini juga menjelaskan kalau hampir 70-80% ibu melahirkan bisa mengalami baby blues syndrome.
Gejala baby blues kadang terlihat sepele, tetapi bisa membawa dampak negatif pada ibu dan bayinya, jika tidak segera ditangani dengan tepat.
Normalkah Sindrom Baby Blues Muncul Sebelum Melahirkan?
Image: Freepik
Ibu yang mengalami baby blues syndrome akan merasakan perasaan lelah, sedih, mudah gelisah, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi, serta lekas marah.
Perubahan hormon, kesulitan beradaptasi, hingga kurangnya waktu tidur ibu setelah memiliki buah hati adalah beberapa penyebab terjadinya baby blues.
Kondisi baby blues adalah kondisi yang harus segera ditangani dengan baik agar tidak berujung pada postpartum depression (depresi pasca melahirkan).
Meskipun pada umumnya sindrom baby blues terjadi setelah melahirkan, tetapi ada juga yang mengalaminya lebih awal, yaitu sebelum melahirkan.
Normalnya, kondisi ini lebih dikenal dengan sebutan pre-baby blues atau antepartum depression (depresi antepartum).
Mengutip dari Everyday Health, satu dari tujuh ibu hamil mengalami depresi antepartum. Ada beberapa jenis depresi, termasuk:
- Depresi berat: Gejala depresi berat berlangsung setidaknya selama dua minggu.
- Gangguan depresi persisten: Gejala depresi tingkat rendah yang berlangsung setidaknya selama dua tahun.
- Gangguan afektif musiman: depresi selama musim dingin atau musim gugur karena kurangnya sinar matahari.
Meskipun para ibu biasanya lebih mengkhawatirkan kondisi depresi pasca melahirkan, para ahli kesehatan justru semakin fokus pada tingginya depresi antepartum.
Kondisi ibu hamil yang tidak mendapatkan support system yang memadai, atau memiliki banyak tekanan dari lingkungannya bisa membuat ibu hamil mengalami depresi antepartum.
Ada kemungkinan perempuan yang berjuang dengan depresi antepartum memiliki riwayat depresi berat, meskipun tidak semua perempuan mengalaminya.
Baby blues yang dirasakan ini juga bisa berbeda-beda pada setiap orang. Namun biasanya, ibu yang merasakan baby blues atau depresi selama kehamilan, juga akan berisiko lebih tinggi mengalaminya setelah persalinan.
Depresi antepartum umumnya dianggap disebabkan oleh kombinasi perubahan hormonal dan gangguan psikologis yang terkait dengan kehamilan.
Perubahan lain selama kehamilan, seperti perubahan tubuh dan perubahan kebiasaan tidur dan makan, dapat berkontribusi pada perkembangan depresi antepartum.
Gejala Baby Blues
Setelah mengetahui arti baby blues, penting untuk mengetahui apa saja gejalanya.
Seringkali gejala “baby blues” akan muncul dengan kuat dalam empat hingga lima hari setelah kelahiran bayi, meskipun tergantung pada bagaimana proses kelahiran bayi, mungkin gejalanya terlihat lebih awal.
Gejala baby blues dikutip dari American Pregnancy yaitu sebagai berikut:
1. Sedih atau Menangis Tanpa Alasan yang Jelas
Ini adalah gejala paling umum yang dirasakan Bunda bila mengalami baby blues sebelum maupun setelah melahirkan.
Perasaan sedih terus menerus, hingga menangis tanpa alasan yang jelas mungkin disebabkan oleh perubahan emosional secara tiba-tiba.
2. Ketidaksabaran
Ibu yang mengalami baby blues atau depresi antepartum bisa menjadi seseorang yang tidak sabaran, alias selalu terburu-buru melakukan sesuatu. Selain itu, mereka juga mudah hilang fokus dan mudah lupa.
3. Mudah Marah
Karena umumnya perasaan yang tidak menentu ini tidak dimengerti, mereka jadi mudah marah dan sangat sensitif terhadap sesuatu. Mereka bisa merasakan amarah yang tidak diduga-duga.
4. Kegelisahan
Perasaan lain yang kerap dirasakan adalah gelisah dan tidak tenang. Emosi yang tidak menentu ini juga menyebabkan mereka merasa gelisah.
5. Kecemasan
Kecemasan adalah salah satu gejala yang paling sering dirasakan oleh ibu yang mengalami baby blues atau depresi antepartum. Karena itu, mereka akan sulit merasa tenang karena perasaannya selalu tidak tenang.
6. Kelelahan
Kelelahan sebenarnya adalah hal yang wajar dialami ibu saat hamil dan melahirkan. Namun saat mengalami baby blues, rasa lelah ini kadarnya bisa lebih berat dan intens.
7. Insomnia (bahkan Ketika Bayi Sedang Tidur)
Bunda yang mengalami baby blues juga akan kesulitan untuk tidur, meskipun saat si kecil sedang tidur.
8. Kesedihan
Seperti yang dijelaskan di atas, perasaan sedih biasanya akan mendominasi bila ibu mengalami baby blues. Seringnya, perasaan ini tidak bisa dijelaskan, karena itu perempuan yang mengalaminya akan sulit bercerita pada orang lain.
9. Perubahan Suasana Hati
Mereka juga bisa mengalami perubahan suasana hati yang ekstrim. Kadang merasa sedih, lalu tiba-tiba marah, atau bahkan bahagia.
10. Konsentrasi Buruk
Konsentrasi yang buruk juga menjadi salah satu gejala baby blues sebelum maupun setelah melahirkan.
Penyebab Sindrom Baby Blues
Anda mungkin penasaran, apa saja penyebab baby blues? Melansir dari American Pregnancy Association, penyebab sindrom baby blues adalah tidak diketahui secara pasti.
Namun, para ahli kesehatan mengungkapkan bahwa perubahan hormon yang terjadi selama dan setelah melahirkan memiliki kaitan yang erat dengan kondisi baby blues.
Sedangkan untuk perempuan yang merasakan baby blues di masa kehamilan atau sebelum melahirkan, ada beberapa faktor yang kemungkinan dapat menjadi penyebabnya. Faktor-faktor tersebut, antara lain:
- Bagi perempuan yang baru pertama kali merasakan kehamilan, perasaan cemas yang berlebihan terhadap proses persalinan yang akan dihadapi bisa menyebabkan baby blues.
- Kondisi rumah tangga yang buruk, misalnya sang ibu kurang mendapat dukungan secara emosional dari suami atau mengalami KDRT.
- Adanya masalah dengan pekerjaan di kantor bagi ibu hamil yang bekerja.
- Kecemasan ibu
- Stres
- Kurangnya dukungan sosial
- Kehamilan yang tidak diinginkan
- Kekerasan dalam rumah tangga
- Memiliki masalah ekonomi
- Pendidikan rendah
- Merokok
- Kualitas hubungan yang buruk
Melansir dari Science Daily, penelitian yang pernah dipublikasikan oleh BMC Public Health mengungkapkan bahwa hubungan yang buruk antara ibu hamil dan sang suami adalah pemicu kuat stres di masa kehamilan.
Hasil penelitian menunjukkan, calon ibu yang selama masa kehamilannya mendapat dukungan penuh dari suami memiliki kesehatan mental yang baik.
Sementara itu, ibu hamil yang merasa tidak bahagia dengan hubungan pernikahannya cenderung lebih mudah mengalami depresi dan tekanan emosional yang tinggi.
Untuk itu, Gun-Mette Rosand dari Norwegian Institute of Public Health menyarankan agar sebaiknya ibu hamil diberikan banyak dukungan selama masa kehamilan.
Stres yang terjadi di saat hamil bisa berkembang hingga ibu melahirkan. Tidak hanya itu, stres yang dialami juga bisa menyebabkan kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, dan sebagainya.
Tips Mengatasi Sindrom Baby Blues Sebelum Melahirkan
Selain pengobatan di atas, baik sebelum atau setelah melahirkan, baby blues dapat memiliki dampak yang buruk, tidak hanya bagi sang ibu, tetapi juga bagi buah hati.
Oleh karena itu, kondisi baby blues ini harus ditangani dengan tepat.
Beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengatasi baby blues sebelum melahirkan, yaitu:
1. Siapkan Diri Menjadi Orang Tua untuk Mengatasi Sindrom Baby Blues
Pasalnya, menjadi orang tua akan banyak mengubah kehidupan Anda. “Menjadi orang tua perlu persiapan. Tak hanya finansial, tapi juga psikis atau mental,” tukas Ayank Irma.
2. Meningkatkan Pikiran-Pikiran yang Positif dan Gaya Hidup Sehat
Untuk mengatasi baby blues, salah satu tips yang perlu diterapkan oleh Bunda yaitu pikiran hal-hal yang positif. Usir jauh pikiran negatif!
3. Mengonsumsi Makanan yang Bergizi
Tak luput, Bunda juga harus rutin mengonsumsi makanan bergizi setiap harinya.
4. Me Time!
Melakukan aktivitas fisik yang menyenangkan, seperti senam ibu hamil, berkebun, bernyanyi, dan bermain alat musik untuk meredakan stres. Kalau katanya Ayank Irma, me time sangat penting untuk dilakukan agar seorang ibu bisa tetap ‘waras’.
5. Tingkatkan Pengetahuan
Meningkatkan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan agar dapat mengurangi rasa takut saat menghadapi persalinan.
6. Mengatur Waktu dengan Baik, Pastikan Mendapatkan Cukup Waktu Istirahat
“Jadi ibu baru, waktu yang dihabiskan biasanya memang hanya fokus dan terkuras untuk anak. Hal ini membuat ibu sering merasa lelah, dan kurang istirahat. Untuk itu, seorang ibu memang perlu mengatur waktu dengan baik.
Jangan sampai merasa lelah. Saat anak tidur, ibu juga bisa memanfaatkan waktu untuk istirahat. Tidak usah dipikirin yang lain. Rumah berantakan dikit, tidak apa-apa, kok. Turunkan saja ekspektasi kita,” kata Ayank Irma lagi.
7. Support System
“Untuk menghindari terjadinya baby blues, seorang ibu tentu saja perlu dukungan dari lingkungan sekitarnya. Suami sebagai partner, juga keluarga lainnya. Enggak apa-apa, kok, kalau mau mendelegasikan tugas domestik lainnya ke suami atau orang lain. Bicarakan saja, pembagian tugasnya,” tambah Ayank Irma.
8. Bergabung dengan Sebuah Komunitas untuk Mengatasi Sindrom Baby Blues
Upaya lain untuk mencegah sindrom baby blues, yaitu seorang ibu bisa bergabung ke dalam komunitas, atau tetap terhubung dengan teman-temannya. Pasalnya, berbagi cerita bisa meringankan pikiran dan mencegah terjadinya stres.
Pengobatan Sindrom Baby Blues
Baby blues atau depresi antepartum juga bisa diobati dengan beberapa cara, tergantung seberapa parah seorang ibu mengalaminya. Rata-rata perawatannya akan meliputi:
- Konseling atau terapi, termasuk teknik khusus seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dan psikoterapi interpersonal.
- Terapi stimulasi otak, seperti terapi electroconvulsive (ECT), di mana arus listrik tingkat rendah dilewatkan melalui otak – meskipun tinjauan studi kasus, yang diterbitkan dalam Archives of Women’s Mental Health, merekomendasikan penggunaan ECT hanya sebagai upaya terakhir
- Obat-obatan antidepresan. Untuk cara ini, dokter akan sangat berhati-hati untuk memberikan resep, mengingat kondisi ibu yang sedang mengandung atau pada ibu baru melahirkan yang masih menyusui bayinya.
Ibu hamil harus mendiskusikan pro dan kontra pengobatan dengan obat antidepresan tertentu dengan dokter mereka.
Tips Mencegah Sindrom Baby Blues Sebelum Melahirkan
Jika dikonsumsi selama periode kehamilan, penelitian telah menunjukkan bahwa lemak Omega-3, EPA dan DHA, dapat menurunkan risiko kelahiran prematur dan menurunkan risiko depresi pasca persalinan pada ibu baru.
Selain itu, asupan Omega-3 ibu yang tidak memadai juga telah dikaitkan dengan diabetes tipe 1 yang terjadi pada anak.
Fakta tentang Asam Lemak Omega-3
DHA (Docosahexaenoic Acid) dan EPA (Eicosapentaenoic Acid) dianggap “asam lemak esensial” karena tidak dapat disintesis oleh tubuh, dan oleh karena itu harus diperoleh dari makanan.
DHA penting untuk perkembangan sistem saraf pusat pada semua mamalia.
Ada lonjakan pertumbuhan yang sangat besar di otak manusia selama trimester terakhir kehamilan dan bulan-bulan pertama setelah melahirkan, dengan peningkatan besar kandungan Asam Arachidonic (AA) dan DHA di otak.
Janin dan bayi yang baru lahir bergantung pada suplai DHA dan AA yang terus menerus dari ibu.
Studi menunjukkan bahwa pasokan lemak Omega-3 ibu secara istimewa dialihkan dari pasokan ibu sendiri selama kehamilan, terutama dari otaknya, dan langsung diangkut melalui plasenta ke janin yang sedang berkembang.
Jika ibu hamil tidak rutin mengonsumsi ikan seperti salmon, cod, tuna, dan sarden, ibu hamil mungkin tidak mendapatkan cukup Omega 3.
Sedangkan, ibu yang mengonsumsi ikan selama kehamilan atau suplemen dengan produk minyak ikan, cenderung tidak menderita baby blues.
American Pregnancy Association merekomendasikan Safe Catch Tuna karena mereka menguji setiap ikan untuk kandungan merkurinya untuk memastikan memenuhi standar kemurnian yang ketat.
Minyak Ikan Bisa Mencegah Baby Blues dan Meningkatkan IQ
Beberapa uji klinis telah menunjukkan bahwa anak-anak dari wanita yang mengonsumsi suplemen minyak ikan selama kehamilan dan saat menyusui memiliki IQ lebih tinggi daripada anak-anak yang ibunya menerima plasebo.
Selain itu, para peneliti menemukan bahwa ibu yang makan kurang dari 12 ons ikan atau makanan laut lainnya seminggu saat hamil lebih mungkin untuk memiliki anak dengan keterlambatan perkembangan verbal dan lainnya daripada ibu yang makan lebih dari 12 ons setiap minggu.
Tips-tips di atas dapat membantu mengatasi dan mencegah baby blues pada kasus yang ringan sebelum melahirkan.
Bunda bisa mencobanya tips di atas terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mengonsumsi obat tertentu yang disarankan dokter.
Namun, jika gejala yang dialami cukup parah dan memburuk, ibu hamil disarankan untuk berkonsultasi segera dengan dokter.
Itulah pengertian apa itu baby blues serta penyebab ibu hamil dapat merasakan sindrom baby blues sebelum melahirkan dan tips mengatasinya.
Kondisi ini bisa dicegah dengan cara tetap menjaga pikiran agar ibu tidak mudah stres di masa kehamilan, bahkan hingga persalinan nanti. Semoga informasi ini bermanfaat, ya, Parents.
***
Artikel telah diupdate oleh: Fadhila Afifah
Baca Juga:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.