Berdasarkan penelitian dari WHO pada 2012, membuktikan 1 dari 7 kelahiran bayi dilahirkan secara prematur di Indonesia.1 Sementara itu penelitian lain dari CDC membuktikan bahwa, 1 dari 8 perempuan alami depresi pasca persalinan.2 Pertanyaan selanjutnya, sudahkah Anda menjadi ibu yang bahagia?
Fakta di atas dipaparkan Irma Gustiana, M.Psi., Psikolog Anak dan dr. Agung Zentyo Wibowo, BMedSc dalam sesi NIVEA Zoom Live bersama dr. Agung Zentyo Wibowo, BMedSc, Irma Gustiana, M.Psi., Psikolog Anak bertatuk “Menghadirkan Kebahagiaan Melalui #SentuhanIbu: Ibu Bahagia, Janin Sehat, Bayi pun Tumbuh Optimal” yang digelar Rabu, 22 Desember 2021 kemarin.
Ibu yang Bahagia Melahirkan Anak Bahagia
Isu pentingnya menjaga kesehatan mental ini memang perlu didasari oleh semua para orang tua, khususnya para Ibu. Sebab, Ibu yang bahagia akan melahirkan anak yang bahagia. Itulah mengapa menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.
Irma Gustiana, M.Psi mengatakan bahwa isu kebahagian Ibu dalam merawat buah hatinya memang penting, bahkan menjadi faktor utama yang tidak boleh diabaikan.“Kalau kita bicara soal kesehatan mental, ini sama artinya dengan bagaimana kita, para Ibu bisa merasa nyaman dengan diri kita lebih dulu.
Tapi faktanya, banyak riset yang membuktikan kalau Ibu hamil itu lebih banyak memerhatikan kesehatan janin dibandingkan kesehatan dirinya sendiri. Bahkan 37% mengabaikan kesehatan pribadinya.”
Menurut psikolog yang lebih sering disapa dengan panggilan Ayank Irma, jika kondisi ini terus dibiarkan justru menimbulkan dampak negatif pada hubungan keluarga. Katanya, pada saat Ibu merasa tidak happy maka akan berpotensi memberikan vibrasi yang negatif pada anak bahkan pasangannya.
“Itulah mengapa perawatan kesehatan mental itu sangat penting supaya keluarga sejahtera,” tegasnya.
Adalah wajar jika seorang ibu baru merasa kurang bersemangat, mudah marah tanpa sebab, kesal pada hal sepele, timbul perasaan was-was dan bersalah pada anak, atau bahkan merasa gagal menjadi Ibu? Perasaan ini memang merupakan perasaan yang sering muncul pada Ibu baru Ayank Irma memaparkan beberapa hasil riset yang dialami oleh Ibu baru, apa saja?
- Berdasarkan, Orlando Health, 40% perempuan mengalami kecemasan dan depresi pada minggu- minggu pertama pasca melahirkan.3
- 63 persen ibu baru, peduli pada kesejahteraan mereka, sama dengan mereka peduli pada kesehatan bayinya.3
- Sementara, riset yang dipublikasikan Asia One mengatakan 37% ibu (usia 18 tahun – 34 tahun) hanya memprioritaskan kesehatan bayinya sendiri.3
Meski emosi negatif ini memang bisa muncul dan dirasakan oleh ibu baru, kondisi ini tentu saja tidak bisa dibiarkan berlarut hingga akhirnya memunculkan risiko gangguan kesehatan mental seperti timbulnya depresi.
Pada saat seorang ibu mulai depresi hingga mengabaikan diri dan keluarganya, kehilangan semangat, murung, pemikiran bahwa hidup tidak berarti, atau sulit merasa senang dan puas tentu saja bisa menyebabkan kualitas hidup menurun.
Tak hanya itu saja, hubungan dengan anak pun bisa menjadi buruk lantaran tidak adanya ikatan emosi, Ibu yang depresi atau mengalami gangguan kesehatan mental juga bisa menyebabkan anak jadi anak pemurung, kesulitan belajar, punya masalah perilaku, bahkan mendapat masalah kesehatan termasuk kesehatan jiwa di kemudian hari.
Ibu yang Melahirkan Anak Prematur Berisiko Alami Stress dan Depresi
Risiko Ibu mengalami stres, baby blues hingga berujung pada depresi bisa dirasakan meski melahirkan bayi sehat dan cukup bulan. Terlebih lagi bagi ibu yang melahirkan bayinya prematur. Perasaan cemas, merasa bersalah tentu akan muncul.
Hal inilah yang diungkapkan dr.Agung Zentyo Wibowo,BMedSc. Founder dan Ketua Komunitas Premature Indonesia. Sebagai dokter sekaligus ayah dari bayi yang lahir prematur, dr.Agung mengatakan bahwa orang tua khususnya ibu yang memiliki bayi prematur kerap kali merasa khawatir.
“Bayi yang disebut prematur jika dilahirkan sebelum usia 37 minggu. Kondisi ini tentu saja menyebabkan organ tubuhnya belum matang dan ini akan berpengaruh pada fungsinya. Inilah yang akhirnya bisa menyebabkan orang tua khawatir, bertanya-tanya apakah organ tubuhnya bisa berkembang dengan baik atau tidak? Apakah tumbuh kembang anaknya bisa maksimal? Mengatasi rasa was-was ini, para ibu ini tentu saja perlu dukungan,” paparnya.
dr.Agung mengingatkan, bayi yang lahir secara prematur bukan berarti akan bermasalah. Sebab, banyak banyak prematur yang bisa mengejar tumbuh kembangnya seperti layaknya bayi yang cukup bulan.
Di sini tentu saja diperlukan peran orang tua, bagaimana menyiapkan diri, dan mengetahui penanganan dan perawatan bayi prematur. “Jangan lupa untuk selalu optimis, karena di depan itu selalu ada harapan,” tegas dr. Agung.
Pentingnya Skin to Skin antara Ibu dan Sang Buah Hati
Ibu yang bahagia, akan bisa membesarkan anak yang bahagia. Artinya, seorang Ibu diharapkan bisa meregulasi emosinya dengan baik. Jangan sampai tidak mengenali dan mengendalikan emosi yang negatif.
“Jika memang butuh jeda, lakukan. Bisa me time lewat cara yang sederhana. Coba realistis dengan kondisi yang dihadapi, karena kita tidak harus menjadi ibu yang sempurna. Kita sebagai ibu juga perlu tahu kapasitas diri, nggak harus semua dikerjakan. Jika memang diperlukan cari bantuan dari tenaga profesional.”
Ayank Irma juga mengingatkan pentingnya skin to skin antara orang tua dan anak, Pasalnya, sentuhan Ibu yang diberikan pada anak bisa menimbulkan rasa aman dan bahagia. Perasaan bahagia ini bisa dirasakan oleh anak atau pun sang Ibu.
Mengingat pentingnya sentuhan ibu, NIVEA Cream hadir untuk mendukung ritual ini. Tessa Indira Putri, Brand Manager NIVEA Body & APC menjelaskan bahwa lewat campaign #SentuhanIbu yang telah dijalankan sejak tahun 2014, NIVEA ingin mengajak para ibu untuk bisa mengekspresikan rasa kasih sayang buat dirinya sendiri dan anak-anak lewat sentuhan.
NIVEA Creme hadir untuk membantu para ibu untuk memberikan sentuhan terbaik untuk si kecil. Di mana NIVEA tidak hanya menghadirkan sebuah creme tapi merupakan simbol bahwa NIVEA merupakan brand yang menghadirkan produk yang berkualitas dan terbaik, selayaknya seorang ibu yang ingin memberikan hal terbaik untuk si Kecil.
Pada saat sentuhan Ibu dilakukan menggunakan NIVEA Creme, akan ada banyak manfaat yang bisa dirasakan. Mulai dari melembapkan kulit, meningkatkan daya tahan kulit (skin barrier), melindungi kulit dari faktor eksternal, melindungi kulit sensitif dari iritasi dan menjadikan kulit lebih kenyal.
“Di sini, NIVEA dan theAsianparent ingin mengomunikasikan kembali betapa pentingnya membangun ikatan emosional (bonding) dengan sentuhan ibu, bisa membantu perkembangan dan pertumbuhan anak secara optimal, baik sisi sosial dan kognitif anak.”
Sentuhan Ibu pada bayi, khususnya bayi prematur juga sangat diperlukan. Disampaikan dr. Agung, salah satu langkah utama yang perlu dilakukan orang tua yang memiliki anak prematur adalah memberikan sentuhan atau skin to skin contact dengan metode kanguru.
“Paling penting adalah melakukan skin to skin, kulit bayi menempel pada kulit Ibu, dengan metode kanguru. Bayi pakai popok saja, bagian kepala bisa diberikan topi, lalu letakan bayi di dada Ibu, punggung bayi bisa ditutup dengan dengan kain. Ini sebenarnya alamiah bayi baru lahir, bayi bisa mendengar detak jantung Ibu, ini salah satu stimulasi terbaik untuk bayi. Lakukan, selama mungkin, atau setidaknya satu jam sehari,” tegas dr. Agung.
Tak hanya bermanfaat untuk bayi, nyatanya skin to skin juga dibutuhkan para Ibu. Dengan sentuhan fisik, membuat anak lebih aman dan bahagia. Di sini keterikatan dengan anak bisa dibentuk jadi investasi yang bisa dirasakan saat anak sudah tumbuh besar. Sudahkah #SentuhanIbu diberikan hari ini?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.