Publik sekali lagi dikejutkan dengan berita menyedihkan, seorang ibu tega melempar bayinya yang berumur satu bulan dari lantai 3 sebuah Mall di Bekasi. Saat diperiksa polisi, ibu tersebut mengaku membunuh anaknya karena kawatir dengan himpitan ekonomi yang sedang di hadapinya. Mungkinkah depresi pasca melahirkan juga memengaruhi?
Meski tersangka sudah mengaku, namun polisi tetap akan mengkonsultasikan si ibu kepada seorang psikolog.
Ibu membunuh bayinya, himpitan ekonomi ataukah depresi?
Perlu kita tahu, ada satu hal yang sering menghantui seorang ibu usai melahirkan, depresi yang muncul karena kekawatiran berlebih.
Ada kemungkinan ibu Fitroha juga mengalami hal yang sama. Karena deperesi pasca melahirkan memang bisa membuat seseorang melakukan hal-hal yang menyakiti diri atau malah bayinya.
Tentu Parents masih ingat bukan, kasus ibu warga Bandung yang membekap ketiga anaknya hingga meninggal? Ibu yang konon memiliki kecerdasan tinggi tersebut ternyata memang terdeteksi memiliki gangguan psikologis.
Seorang ibu dengan gangguan depresi pasca melahirkan (biasa disebut PPD/ Postpartum Depression) memang membutuhkan bantuan psikolog. Dan hanya dari diagnosis psikolog pula yang dapat memutuskan apakah seseorang benar-benar menderita PPD atau tidak.
Meskipun begitu, kita juga dapat mengenal gejala PPD ini dari beberapa tanda. Diharapakan dengan mengenali tanda-tanda PPD, pertolongan bisa segera diberikan, sehingga hal-hal buruk dapat segera dicegah.
Bagaimana mendeteksi depresi pasca melahirkan pada ibu?
Bila Bunda usai melahirkan dan mendeteksi tanda-tanda di bawah, segera beritahu pasangan dan mintalah bantuan psikolog.
- Perasaan sedih yang berkepanjangan dan mood yang rendah.
- Tidak lagi tertarik atau malah menyukai hal-hal yang dulu disukai.
- Tidak bertenaga dan selalu merasa lelah.
- Susah tidur dimalam hari dan mengantuk di siang hari.
- Merasa tidak mampu merawat si kecil.
- Mengalami susah konsentrasi dan membuat keputusan.
- Hilang nafsu makan atau malah menjadi doyan makan.
- Gelisah, mudah tersinggung, dan tidak mau diganggu siapapun.
- Merasa bersalah, tidak punya harapan, dan menyalahkan diri sendiri.
- Susah untuk mengadakan bonding dengan si kecil dan tidak merasa bahagia atas kehadiran si kecil.
- Memiliki pikiran-pikiran yang menakutkan misalnya ingin menyakiti bayi (meskipun masih sangat jarang ibu yang benar-benar mewujudkan apa ia yang pikiran tersebut).
- Ingin bunuh diri atau menyakiti diri sendiri
Cara mendeteksi pasangan, saudara, atau teman akan kemungkinan depresi pasca melahirkan
Sayangnya, PPD kadang hanya dianggap sebagai bentuk kemanjaan istri, rasa lelah yang berlebih seusai melahirkan atau malah ketidaksiapan wanita menjadi ibu baru.
Padahal ibu-ibu yang mengalami hal tersebut justru butuh lebih banyak dukungan dan perhatian dari keluarga. Karena itu cobalah perhatikan teman, saudara, atau siapa yang kita kenal, ketika mereka baru saja melahirkan. Bila mendapatkan salah satu tanda depresi temani, dan ajak mereka untuk berkonsultasi pada psikolog.
- Sering menangis tanpa alasan yang jelas.
- Tidak mau melakukan kontak dengan si kecil. Mengurusi bayi hanya karena kewajiban, namun tidak ingin bermain bersamanya.
- Menarik diri dari berhubungan dengan lingkungan sekitar dan tidak ingin berhubungan dengan orang lain.
- Menanggapi apapun secara negatif dan terlihat putus asa.
- Mengabaikan diri mereka sendiri seperti tidak mau mandi, tidak ganti baju.
- Tidak bisa memperkirakan waktu lagi dan kehilangan rasa humor
- Terus-terusan kawatir bahwa ada yang salah dengan bayinya, tapi tidak berusaha memastikan apakah dugaannya tersebut salah atau tidak.
Referensi: detiknews.com, nhs.uk
Artikel terkait: Kisahku Melawan Depresi Pasca Melahirkan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.