X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
  • Hidrasi Keluarga
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
    • Korea Update
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Aku Hamil
    • Tips Kehamilan
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Project Sidekicks
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Usia Sekolah
    • Praremaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Videos
    • Kata Pakar Parenting
    • Plesiran Ramah Anak
    • Pilihan Parents
    • Kisah Keluarga
    • Kesehatan
    • Kehamilan
    • Event
    • Tumbuh Kembang
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP

Ketuban Pecah Dini: Penyebab, Gejala, Risiko, & Cara Pencegahan

Bacaan 9 menit
Ketuban Pecah Dini: Penyebab, Gejala, Risiko, & Cara PencegahanKetuban Pecah Dini: Penyebab, Gejala, Risiko, & Cara Pencegahan

Ketuban pecah dini haruslah diwaspadai. Risikonya bisa menyebabkan berbagai komplikasi yang berbahaya bagi ibu dan janin.

Ketuban pecah dini (KPD) adalah kondisi pecahnya kantung ketuban yang membuat air ketuban merembes, meskipun hari perkiraan lahir (HPL) belum datang.

Ada dua jenis KPD, yakni PPROM (Preterm Premature Rupture of Membranes) yang terjadi jika ketuban pecah sebelum usia kandungan 37 minggu. Lalu, PROM (Premature Rupture of Membranes) jika ketuban pecah setelah usia kandungan 37 minggu.

Ibu yang mengalami ketuban pecah dini akan merasakan keluar cairan dari vagina secara terus-menerus tanpa henti. Cairan ini berwarna bening, tidak berbau. Keluarnya cairan disertai rasa mulas di perut.

Artikel Terkait: Waspadai Air Ketuban Merembes

Table of Contents

  • Apa Itu Ketuban Pecah Dini?
  • Kapan Umumnya Terjadi?
  • Penyebab Ketuban Pecah Dini
  • Gejala Ketuban Pecah Dini
  • Faktor Risiko
  • Risiko Komplikasi
  • Jumlah/Level Ketuban Normal
  • Cara Mencegah Ketuban Pecah Dini
  • Cara Menangani Ketuban Pecah Dini

Apa Itu Ketuban Pecah Dini?

Cairan ketuban adalah cairan hangat yang melindungi janin saat mereka tumbuh di dalam rahim. Pada tingkat tertinggi, cairan ketuban di perut berjumlah sekitar 1 liter. Setelah 36 minggu kehamilan, kadar cairan tersebut akan mulai berkurang saat tubuh bersiap untuk melahirkan bayi.

Ketika dokter melakukan USG sebelum melahirkan, mereka akan memperkirakan jumlah cairan ketuban yang ada di dalam rahim. Ada kemungkinan cairan ketuban bisa mulai bocor atau keluar, bahkan jika hari perkiraan lahir masih belum tiba.

Jika Bunda mengeluarkan cairan ketuban, itu berarti selaput yang melindungi kantung ketuban telah pecah sehingga air ketuban pun keluar melalui vagina.

Kapan Umumnya Terjadi?

Biasanya, ketika ketuban pecah itu adalah pertanda bahwa persalinan akan segera dimulai. Jika persalinan tidak dimulai dalam 6 hingga 12 jam, maka risiko infeksi akan meningkat.

Akan tetapi, jika ketuban pecah sebelum 37 minggu kehamilan, kondisi ini memerlukan penanganan serius karena dapat menyebabkan persalinan prematur.

Segera hubungi dokter, serta ada pula kemungkinan Bunda harus tinggal di rumah sakit sampai bayi lahir.

Penyebab Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil

air ketuban pecah dini

Penyebab utama terjadinya ketuban pecah dini adalah jika ibu hamil mengalami infeksi di bagian rahim, leher rahim, atau vagina. Namun, ada beberapa hal lain yang dapat memicu terjadinya pecahnya kantung ketuban atau keluarnya air ketuban. 

Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

  • Terjadinya kontraksi yang memberi tekanan pada kantung ketuban dan menyebabkannya robek
  • Trauma atau pernah cedera di bagian organ reproduksi karena kecelakaan, seperti jatuh dari kendaraan bermotor
  • Cairan ketuban terlalu banyak atau janin kembar, hingga menyebabkan kantung ketuban terlalu melebar dan lapisannya lebih tipis
  • Konsumsi alkohol dan merokok saat hamil
  • Stres
  • Pernah menjalani operasi di bagian serviks
  • Pernah melahirkan secara prematur, atau mengalami ketuban pecah dini di kehamilan sebelumnya
  • Tekanan darah tinggi saat hamil
  • Indeks massa tubuh (IMT) yang rendah pada ibu hamil
  • Infeksi saluran kemih (ISK) atau infeksi menular seksual (IMS)
  • Plasenta terpisah dari rahim

Gejala Ketuban Pecah Dini

Biasanya gejala ketuban pecah dini adalah kebocoran atau semburan cairan yang tiba-tiba dari vagina.

Akan tetapi, saat hamil, Bunda mungkin sering merasakan sesuatu yang keluar dari vagina. Selama kehamilan, khususnya di trimester ketiga, kandung kemih menjadi lebih cepat penuh dan urine sering kali keluar tanpa sengaja.

Vagina juga dapat menghasilkan cairan ekstra untuk membantu bayi keluar dengan lebih mudah saat persalinan dan cairan tersebut bisa saja keluar.

Jadi, sulit untuk menentukan apakah cairan yang keluar dari vagina adalah urine, cairan ketuban, atau cairan lainnya.

Cairan ketuban memiliki ciri-ciri berwarna jernih atau bening. Namun, juga bisa berbintik-bintik putih, dan/atau bercampur dengan lendir atau darah. Cairan ketuban tidak berbau khas seperti urine dan sering membasahi celana dalam.

Menurut American Pregnancy Association, hanya 1 dari 10 ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini yang terasa seperti semburan yang kencang. Namun, bagi kebanyakan kasus ketuban pecah dini, air ketuban yang keluar dari vagina bisa jadi hanya merupakan tetesan atau rembesan.

Melansir dari Healthline, ada cara lain yang bisa Bunda coba untuk menentukan apakah cairan tersebut adalah cairan ketuban atau bukan.

Pertama, kosongkan kandung kemih dengan buang air kecil. Tempatkan pembalut atau panty liner di pakaian dalam dan periksa cairan yang ada di pembalut setelah 30 menit hingga satu jam. Jika cairannya berwarna kuning, kemungkinan itu adalah urine. Jika tidak, cairan itu bisa jadi cairan ketuban.

Cara lainnya adalah mengenakan pembalut atau panty liner dan berkonsentrasi untuk menahan otot-otot dasar panggul dengan kencang, seolah-olah sedang mencoba menghentikan aliran urine. Jika Bunda melakukan ini dan tidak melihat cairan apa pun di pembalut, cairan tersebut mungkin adalah urine.

Artikel terkait: 5 Masalah cairan ketuban yang sering terjadi, Bumil perlu waspada nih!

Faktor Risiko

Berikut adalah mereka yang termasuk memiliki risiko tinggi untuk mengalami ketuban pecah dini:

  • Merokok selama kehamilan
  • Menggunakan obat-obatan terlarang
  • Kekurangan gizi dengan indeks massa tubuh yang rendah
  • Pernah mengalami ketuban pecah dini sebelumnya
  • Mengalami perdarahan pada trimester kedua dan trimester ketiga
  • Pernah mengalami infeksi pada uterus, serviks, atau vagina dan ketuban
  • Memiliki serviks yang pendek

Risiko Komplikasi Akibat Ketuban Pecah Dini

ketuban pecah dini 1

Berikut ini adalah komplikasi yang bisa terjadi jika air ketuban pecah sebelum kehamilan cukup bulan.

  • Melahirkan secara prematur.
  • Ari-ari menempel di rahim setelah bayi keluar atau retensio plasenta. Kondisi ini bisa menyebabkan ibu mengalami perdarahan hebat.
  • Cairan ketuban terlalu sedikit (oligohidramnion) yang bisa menyebabkan infeksi pada janin hingga kematian janin.
  • Solusio plasenta, ari-ari lepas dari dinding rahim sebelum persalinan terjadi.
  • Putusnya tali pusar yang menghubungkan janin dengan plasenta.
  • Migrasi bakteri dari vagina ke kantung ketuban hingga menyebabkan infeksi berbahaya.
  • Tali pusar terjepit atau terlilit hingga menyebabkan bayi mengalami cedera otak atau bahkan kematian.
  • Bila ketuban pecah sebelum usia kandungan 23 minggu, ketika bayi masih memerlukan cairan ketuban untuk pertumbuhan paru-parunya. Hal ini akan menyebabkan paru-paru bayi menjadi tidak sempurna.

Jumlah/Level Ketuban Normal

Jumlah cairan ketuban cenderung meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan, dan mencapai titik tertinggi sekitar usia kehamilan 36 minggu.

Pada usia kehamilan 12 minggu, cairan ketuban memiliki volume sekitar 60 mililiter. Kemudian pada usia kehamilan 16 minggu akan bertambah menjadi 175 ml.

Cerita mitra kami
Menghadirkan Kebahagian Lewat #SentuhanIbu, Ibu Bahagia, Janin Sehat, Bayi Tumbuh Optimal
Menghadirkan Kebahagian Lewat #SentuhanIbu, Ibu Bahagia, Janin Sehat, Bayi Tumbuh Optimal
Melahirkan secara Operasi Caesar: Fakta, Manfaat, dan Efek Sampingnya
Melahirkan secara Operasi Caesar: Fakta, Manfaat, dan Efek Sampingnya
12 Barang Persiapan Melahirkan yang Harus Dibawa dalam Hospital Bag
12 Barang Persiapan Melahirkan yang Harus Dibawa dalam Hospital Bag
Cara Mudah Persiapan Caesar Langsung dari Ahlinya di C-Ready Learning, Tertarik Coba?
Cara Mudah Persiapan Caesar Langsung dari Ahlinya di C-Ready Learning, Tertarik Coba?

Memasuki minggu ke 34 hingga 38, jumlahnya akan bervariasi sekitar 400 hingga 1.200 ml.

Untuk mengukur kadar cairan ketuban, dokter dapat menggunakan USG. Ada dua cara penghitungan yang dikenal dengan istilah amniotic fluid index (AFI) atau maximum vertical pocket (MPV).

Kadar cairan ketuban dianggap rendah jika nilai AFI kurang dari 5 cm atau MPV kurang dari 2 cm.

Cara Mencegah Ketuban Pecah Dini

ketuban pecah dini

1. Menjaga Kesehatan Selama Hamil

Kondisi kesehatan ibu hamil yang menurun sering menjadi penyebab kantung ketuban pecah sebelum waktunya. Oleh karena itu, ibu hamil harus rutin memeriksakan diri ke dokter, agar kondisi ibu dan janinnya bisa dipantau dengan baik.

2. Konsumsi Makanan Mengandung Vitamin C dan Zat Besi Tinggi

Vitamin C bisa menguatkan membran di kantung ketuban, sehingga menurunkan risiko ketuban pecah atau air ketuban merembes. Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi vitamin C yang cukup.

Selain itu, ibu hamil juga disarankan mengonsumsi banyak sayuran hijau dan kacang-kacangan yang mengandung zat besi. Fungsinya untuk menguatkan ibu dan janin dalam kandungan.

3. Menghindari Rokok

Asap rokok sangat berbahaya bagi ibu hamil. Hindari paparan asap rokok selama hamil baik sebagai perokok aktif maupun perokok pasif.

Artikel terkait: Dampak asap rokok pada ibu hamil

4. Istirahat yang Cukup

Ibu hamil sebaiknya jangan dibiarkan untuk melakukan pekerjaan berat atau terlalu capek. Bila merasa lelah, segeralah beristirahat. Kondisi tubuh ibu hamil tidak boleh terlalu drop, karena bisa menyebabkan komplikasi seperti air ketuban yang pecah terlalu dini.

5. Hati-Hati Saat Berhubungan Seks

Saat ingin berhubungan seks dengan suami, lakukan dengan hati-hati. Kalau perlu mintalah saran dari dokter mengenai posisi dan waktu yang tepat untuk melakukannya. Suami juga harus hati-hati. Bila kehamilannya berisiko, sebaiknya puasa seks dulu sampai bayi lahir.

Cara Menangani Ketuban Pecah Dini

Jika mengalami ketuban pecah dini, segeralah ke rumah sakit untuk berkonsultasi dengan dokter.

Berikut adalah beberapa gejala yang merupakan tanda kegawatdaruratan pada kasus ketuban pecah dini:

  • Cairan yang keluar berbau busuk, berwarna hijau atau cokelat
  • Demam
  • Rahim atau perut terasa lembek
  • Detak jantung cepat
  • Penurunan berat badan yang drastis

Sambil menunggu kunjungan ke dokter atau perawatan medis lainnya, Bunda tidak boleh memasukkan apa pun ke dalam vagina, misalnya tampon, dan tidak boleh berhubungan seksual agar bakteri tidak masuk ke dalam vagina.

Dokter akan mengambil sampel cairan untuk menentukan apakah itu benar cairan ketuban. Selain itu, juga dapat dilakukan tes untuk menentukan penyebab kebocoran.

Tes-tes ini dapat mencakup pemeriksaan vagina untuk melihat apakah serviks sudah melebar dan ibu hamil sudah mulai memasuki proses persalinan. Ultrasonografi dapat membantu dokter memeriksa berapa banyak cairan di sekitar bayi.

Selain itu, dokter juga dapat melakukan tes pewarna, yaitu memasukkan pewarna biru ke dalam kantung ketuban dan meminta ibu untuk memakai pembalut. Jika pewarna muncul di pembalut, ini bisa menunjukkan kebocoran cairan ketuban.

Penanganan medis yang diterima akan tergantung pada usia kehamilan, keadaan janin, dan ada atau tidaknya tanda-tanda komplikasi lain seperti infeksi atau solusio plasenta.

Jika usia kehamilan setidaknya 37 minggu, dokter mungkin akan merekomendasikan untuk melanjutkan persalinan melalui induksi atau operasi caesar yang tergantung pada riwayat kehamilan.

Jika kehamilan berusia antara 34 dan 37 minggu, dokter dapat merekomendasikan induksi untuk menghindari infeksi, atau mungkin mencoba menunda persalinan untuk memberi bayi kesempatan untuk berkembang lebih lanjut. Ibu hamil dan bayinya akan dipantau dengan cermat selama waktu ini.

Jika usia kandungan antara 24 dan 34 minggu, dokter akan mencoba menunda persalinan dan melahirkan. Ibu mungkin akan diberikan antibiotik untuk memperpanjang masa laten (waktu dari ketuban pecah hingga melahirkan), steroid untuk membantu paru-paru bayi matang jika lahir prematur), dan/atau Magnesium sulfat (sebelum 32 minggu) untuk mengurangi risiko kerusakan saraf pada bayi.

Dokter akan memantau ibu hamil dan janinnya di rumah sakit. Setelah janin cukup kuat, persalinan pun akan diinduksi.

***

Itulah beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seputar ketuban pecah dini. Semoga bermanfaat, ya, Bun.

Artikel diupdate oleh: Annisa Pertiwi

Leaking Amniotic Fluid During Pregnancy: What Does It Feel Like?
www.healthline.com/health/pregnancy/leaking-amniotic-fluid

Leaking amniotic fluid (premature rupture of membranes)
www.babycenter.com/pregnancy/health-and-safety/premature-rupture-of-membranes_40007984#

Signs and causes of leaking amniotic fluid
www.medicalnewstoday.com/articles/322878

Leaking amniotic fluid (premature rupture of membranes)
www.babycenter.com/pregnancy/health-and-safety/premature-rupture-of-membranes_40007984#

Prelabor Rupture of Membranes (PROM)
www.msdmanuals.com/professional/gynecology-and-obstetrics/abnormalities-and-complications-of-labor-and-delivery/prelabor-rupture-of-membranes-prom

Baca juga:

7 Hal yang Menjadi Penyebab Terjadinya Persalinan dini

9 Hal yang Dirasakan Bayi Saat Persalinan Berlangsung

Apa Yang Terjadi Setelah Melahirkan?

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

ddc-calendar
Bersiaplah untuk kelahiran bayi dengan menambahkan HPL Anda
ATAU
Hitung tanggal HPL
img
Penulis

Fitriyani

Diedit oleh:

Finna Prima Handayani

Diulas oleh:

dr.Gita Permatasari

  • Halaman Depan
  • /
  • Melahirkan
  • /
  • Ketuban Pecah Dini: Penyebab, Gejala, Risiko, & Cara Pencegahan
Bagikan:
  • Ketuban bocor di usia kandungan 6 bulan, bayi ini hampir digugurkan atas saran dokter

    Ketuban bocor di usia kandungan 6 bulan, bayi ini hampir digugurkan atas saran dokter

  • [Video Viral] Janin Gugur 28 minggu terbungkus ketuban ini masih hidup dan bergerak!

    [Video Viral] Janin Gugur 28 minggu terbungkus ketuban ini masih hidup dan bergerak!

  • Gemasnya 9 Foto Lawas Artis Indonesia, Ariel Noah Hingga Gisella Anastasia

    Gemasnya 9 Foto Lawas Artis Indonesia, Ariel Noah Hingga Gisella Anastasia

  • Beli Sperma via Online, Ibu Ini Sukses Lahirkan 'Bayi Online' Pertamanya

    Beli Sperma via Online, Ibu Ini Sukses Lahirkan 'Bayi Online' Pertamanya

app info
get app banner
  • Ketuban bocor di usia kandungan 6 bulan, bayi ini hampir digugurkan atas saran dokter

    Ketuban bocor di usia kandungan 6 bulan, bayi ini hampir digugurkan atas saran dokter

  • [Video Viral] Janin Gugur 28 minggu terbungkus ketuban ini masih hidup dan bergerak!

    [Video Viral] Janin Gugur 28 minggu terbungkus ketuban ini masih hidup dan bergerak!

  • Gemasnya 9 Foto Lawas Artis Indonesia, Ariel Noah Hingga Gisella Anastasia

    Gemasnya 9 Foto Lawas Artis Indonesia, Ariel Noah Hingga Gisella Anastasia

  • Beli Sperma via Online, Ibu Ini Sukses Lahirkan 'Bayi Online' Pertamanya

    Beli Sperma via Online, Ibu Ini Sukses Lahirkan 'Bayi Online' Pertamanya

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2022. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar kehamilan.