Keguguran dan kelahiran bayi prematur menjadi hal yang paling dihindari calon orangtua. Berbagai langkah preventif dilakukan salah satunya mengonsumsi obat penguat kandungan. Namun, benarkah obat ini dapat menguatkan kandungan trimester pertama dan melindungi kehamilan secara keseluruhan dari keguguran?
Obat Penguat Kandungan untuk Trimester Pertama
Melansir laman resmi klikdokter, obat penguat kandungan mengandung 17α-hydroxyprogesterone caproat atau disebut 17-OHPC. Kandungan obat ini kinerjanya menyerupai hormon progesteron yang berperan dalam perjalanan kehamilan.
Hormon progesteron memiliki peran vital di saat plasenta belum terbentuk, yakni membantu menopang kehamilan dan mempersiapkan rahim untuk lebih siap menerima serta menyalurkan embrio agar bisa berkembang optimal.
Selain itu, hormon ini juga berfungsi menumbuhkan jaringan payudara supaya bisa menghasilkan ASI berkualitas di waktu tepat.
Saat usia kehamilan memasuki 7-9 minggu, pada fase inilah plasenta mulai terbentuk. Pada waktu inilah fungsi hormon progesteron digantikan plasenta dan sepenuhnya dijalani oleh plasenta setelah usia kehamilan memasuki 10 minggu.
Hal ini membuat obat penguat kandungan direkomendasikan buat wanita hamil untuk memaksimalkan kinerja keduanya. Lantas, apakah obat ini sungguh dibutuhkan?
Kondisi yang Diharuskan Minum Obat Penguat Kandungan
Menurut dr. Fiona Amelia MPH, obat penguat kandungan diberikan pada ibu hamil sebagai langkah awal menghindari keguguran dan menguatkan kandungan trimester pertama. Pemberian obat ini dianggap efektif apalagi bagi ibu hamil yang memiliki riwayat keguguran berulang yang belum diketahui penyebab pasti.
Selain itu, resep obat ini akan diberikan pada Anda yang mengalami flek di masa awal kehamilan yang kerap memicu keguguran.
Berikut ini golongan orang yang dianjurkan mengonsumsi obat penguat kandungan karena berisiko lebih tinggi:
- Memiliki riwayat keguguran
- Riwayat melahirkan bayi prematur
- Kehamilan kembar
- Kehamilan dengan jarak kurang dari 12 bulan setelah melahirkan
- Ada tekanan darah tinggi
- Stres
- Ibu yang merokok, mengonsumsi alkohol dan menggunakan obat terlarang
- Adanya masalah pada rahim, serviks atau vagina