Rutinitas wajib ibu yang sedang mengandung: melakukan cek lab ibu hamil.
Tujuannya untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan yang berisiko pada keselamatan ibu dan janin.
Selain itu, cek lab ibu hamil juga dapat meningkatkan kualitas hidup ibu hamil. Serius.
Lalu, apa saja tes yang harus dilakukan selama masa kehamilan? Simak informasinya berikut ini ya, Bunda!
6 Jenis Cek Lab Ibu Hamil dan Fungsinya
Kehamilan bukan proses yang mudah. Butuh perawatan yang memadai untuk memastikan ibu hamil dan janinnya sehat hingga hari persalinan tiba.
Salah satu perawatan yang perlu dilakukan oleh ibu hamil adalah check up kehamilan atau prenatal check up.
Pemeriksaan laboratorium ini berfungsi untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan yang bisa membahayakan keselamatan ibu dan janin, meningkatkan kualitas hidup ibu hamil, serta merencanakan perawatan yang diperlukan selama kehamilan hingga persalinan.
Dengan kata lain, cek lab saat hamil merupakan hal wajib yang tidak boleh dilewatkan para Bunda. Untuk lebih jelasnya, berikut pemeriksaan laboratorium yang diperlukan ibu hamil:
1. Tes Golongan Darah
Penting bagi ibu hamil untuk mengetahui golongan darahnya guna mengantisipasi bila sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah.
Selaini itu, cek golongan darah juga dibutuhkan untuk mengetahui rhesus ibu hamil.
Sebagai informasi, banyak kasus kehamilan yang ibu hamil dengan rhesus negatif dan suami dengan rhesus positif, kemudian mengandung anak dengan rhesus positif.
Jika kasusnya demikian, maka secara alami ibu akan menghasilkan antibodi yang justru menyerang darah janinnya sehingga menyebabkan sel darah merah janin rusak lalu mengakibatkan janin mengalami anemia, kerusakan otak dan jantung, serta efek fatal lainnya.
2. Tes Kadar Hemoglobin
Penting juga bagi ibu hamil untuk mengecek kadar hemoglobin dalam darah.
Pasalnya, kadar hemoglobin yang rendah dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil. Kondisi ini cukup berisiko, mengingat volume darah pada perempuan justru meningkat pada masa kehamilan.
Saat ibu hamil kekurangan darah, maka Bunda akan mudah lelah dan membahayakan keselamatan janin, terutama jika ibu hamil mengalami pendarahan. Selain itu, anemia dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, serta depresi pascapersalinan.
Baca juga: Wajib tahu! Ini tes darah yang perlu dilakukan bumil di tiap trimester
3. Tes Diabetes Gestasional
Ibu hamil yang mengalami obesitas atau memiliki riwayat diabetes dalam keluarganya sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan diabetes gestasional. Kondisi ini biasanya ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi selama kehamilan.
Perlu diketahui bahwa diabetes gestasional dapat mengakibatkan keguguran, janin mengalami kerusakan otak dan jantung, serta bayi lahir dengan berat badan berlebih.
Tes ini umumnya dilakukan ketika kandungan menginjak usia 24 hingga 28 minggu.
Baca juga: Berapa Biaya Tes TORCH dyang Wajib Dilakukan Parents? Ini Rinciannya!
4. Tes TORCH
Fakta: ibu hamil sangat rentan terkena penyakit yang disebabkan oleh virus, salah satunya TORCH.
TORCH adalah kepanjangan dari beberapa nama penyakit, yaitu Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus. Penyakit-penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir prematur, infeksi kongenital pada janin, hingga meningkatkan risiko kematian janin.
Namun, tes TORCH ini sebaiknya dilakukan sebelum hamil ya, Bunda. Sebab, jika dinyatakan positif, maka calon ibu hamil perlu mendapat pengobatan terlebih dahulu sampai dinyatakan negatif.
Jika wanita terdeteksi mengalami toksoplasma atau rubella, ia akan diterapi dulu sebelum melakukan program kehamilan.
Baca juga: Seberapa Penting Tes Swab untuk Ibu Hamil dan Kapan Harus Melakukannya?
5. Tes Infeksi Sifilis & Hepatitis
Penyakit sifilis dapat diturunkan dari ibu hamil ke janin yang menyebabkan sifilis kongenital (bawaan).
Tingkat penularan dari ibu ke janin berkisar antara 10 bahkan hingga 100 persen tergantung seberapa parah infeksi yang dialami oleh ibu hamil. Oleh sebab itu, penting bagi ibu hamil untuk melakukan tes ini untuk mencegah bayi tertular.
Selain itu, tes hepatitis juga diperlukan karena penyakit ini juga bisa diturunkan kepada janin. Soalnya, infeksi hepatitis B dapat ditularkan secara langsung dari ibu hamil kepada janin melalui kontak fisik atau luka saat melahirkan.
6. Tes Urine
Meski sederhana, tapi ini adalah cek lab wajib yang dilakukan ibu hamil.
Tujuannya untuk menilai kesehatan saluran kemih dan mendeteksi jika ada kondisi-kondisi yang perlu perhatian lebih lanjut.
Saat tes ini, urine akan dianalisis untuk memantau kadar protein, glukosa, dan jika ada infeksi.
Jika level protein tinggi di dalam urine, maka bisa jadi merupakan indikasi seperti preeklamsia, yang berbahaya bagi bumil dan bayi.
***
Nah, Parents, itulah sederet cek lab ibu hamil yang perlu diketahui oleh para Bunda.
Parents yang sedang mengikuti program hamil atau merencanakan program hamil perlu memperhitungkan pemeriksaan laboratorium ini, ya.
Semakin lengkap cek lab yang diikuti, akan semakin baik untuk Anda dan kandungan.
Baca juga:
Perlukah tes HIV saat hamil, begini penjelasannya!
Melakukan Tes Kehamilan Menggunakan Garam, Apakah Hasilnya Akurat?
Pentingkah tes toleransi glukosa selama kehamilan? Ini penjelasannya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.