Tuberkulosis (TB) pada anak sering kali tidak disadari karena masih banyak orang tua yang menganggap bahwa penyakit tuberkulosis hanya bisa dialami oleh dewasa.
Padahal di Indonesia sendiri 17% dari keseluruhan kasus TB dialami oleh anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Untuk itu, penting bagi orang tua untuk mewaspadai penyakit TB pada anak.
TB adalah penyakit yang menginfeksi saluran napas hingga memengaruhi paru-paru.
Pada anak-anak, TB banyak dialami oleh kelompok usia 5-14 tahun. Namun, bisa terjadi pada usia berapa pun. Diperlukan perawatan yang konsisten untuk dapat mengatasi TB.
Bila tidak terdeteksi dan diatasi dengan tepat, TB dapat menurunkan kualitas hidup anak secara keseluruhan, bahkan stunting yang dapat memengaruhi kemampuan kognitifnya.
Parents sebaiknya memahami apa saja gejala TB dan bagaimana cara mengatasinya.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit TB pada anak, simak penjelasan di bawah ini dirangkum dari Instagram Live theAsianparent bersama dr. Andina Chrisnawati Rahardjo, Sp.A dari Omni Hospitals Alam Sutera, pada Kamis (4/11/2021).
Artikel terkait: TBC pada Anak: Penyebab, Gejala, Pencegahan, Penanganan
Apa Penyebab Tuberkulosis pada Anak?
Sumber: Pexels
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolosis yang menginfeksi saluran napas.
Namun, infeksi bakteri tersebut juga bisa terjadi di luar saluran napas, seperti pada tulang dan kelenjar.
Penularan tuberkulosis terjadi melalui udara. Ini terjadi ketika orang dewasa penderita TB batuk sehingga mengeluarkan droplet dan bakteri tersebar ke udara.
Lalu bakteri tersebut pun dihirup oleh anak. Inilah yang menyebabkan TB menjadi penyakit yang sangat mudah menular.
Menurut dr. Andina, TB pada anak-anak hampir sama dengan TB yang diderita orang dewasa.
“Perjalanan penyakitnya sama, tetapi pada anak jumlah kumannya tidak terlalu banyak dan risiko untuk menularkannya kembali juga lebih rendah,” ucap dr. Andina.
Artikel terkait: Hari TB Sedunia, Ini 11 Fakta Seputar Penyakit Tuberkulosis di Indonesia
Seperti Apa Gejala Tuberkulosis pada Anak?
Sumber: Freepik
Salah satu hal yang menyebabkan TB pada anak sulit terdeteksi adalah karena gejala yang ditimbulkan lebih beragam dan berbeda dengan gejala TB pada orang dewasa.
“Gejalanya sering kali menyerupai infeksi saluran napas yang biasa terjadi pada anak, seperti flu, makanya sering dianggap penyakit biasa,” papar dr. Andina.
Kebanyakan tuberkulosis pada anak juga sering kali tidak menunjukkan gejala sehingga banyak anak penderita TB yang tidak mendapatkan penanganan sehingga TB terjadi berlarut-larut hingga memengaruhi status gizi anak.
Akan tetapi, ada beberapa gejala yang patut Parents waspadai bila si Kecil mengalaminya, yaitu:
- Demam
- Batuk lebih dari 3 minggu berturut-turut dan tidak pernah sembuh
- Pembengkakan pada tulang atau sendi
- Berat badan turun atau tidak kunjung naik meski telah diberikan makanan yang cukup
Gejala tersebut patut dicurigai sebagai gejala TB, terutama bila anak melakukan kontak erat dengan penderita TB.
Saat di rumah ada salah satu anggota keluarga yang terdiagnosis TB, maka seisi rumah harus melakukan pemeriksaan untuk memastikan risiko penularan.
Dikhawatirkan ada anggota keluarga lain yang tertular meskipun tidak menunjukkan gejala.
Bila TB tidak segera diatasi maka anak bisa kekurangan nutrisi yang bila terjadi berkepanjangan dapat menyebabkan stunting. Penting untuk melakukan deteksi sedini mungkin.
Artikel terkait: TBC di Tengah Pandemi, Ini Himbauan Kemenkes untuk Cegah Penularan!
Bagaimana Mendiagnosia Tuberkolosis pada Anak?
Sumber: Freepik
Melansir dari American Academy of Pediatric, penyakit TB bisa dideteksi dengan pemeriksaan kulit.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyuntikkan bakteri tuberkulosis yang sudah tidak aktif ke dalam kulit lengan bawah.
Jika ada infeksi, kulit anak akan membengkak dan memerah di tempat injeksi.
Dokter akan memeriksa kulit 48-72 jam setelah injeksi dan mengukur diameter reaksi.
Selain itu, juga perlu dilakukan pemeriksaan dahak, pemeriksaan darah, dan X-ray untuk melihat kondisi paru-paru.
Artikel terkait: 5 Cara yang Kulakukan Saat Anakku Didiagnosis Tuberkolosis
Pengobatan Tuberkulosis pada Anak
Sumber: Freepik
Setelah anak terdeteksi TB, maka pengobatan pun harus segera diberikan untuk menyembuhkannya.
Ini beberapa pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi TB pada anak.
1. Obat-obatan
Hampir sama dengan pengobatan TB pada orang dewasa, anak-anak penderita TB juga akan ditangani dengan pemberian obat-obatan.
“Namun pada anak-anak, dosis obatnya lebih tinggi dibandingkan dosis pada dewasa,” ucap dr. Andina.
Pemberian obat-obatan biasanya dilakukan selama 6-12 bulan. Obat harus diberikan secara rutin tanpa boleh terputus.
2. Perbaikan Nutrisi
Selain pemberian obat-obatan, pengobatan juga dilakukan dengan terapi nutrisi, yaitu perbaikan pola makan dan pemilihan jenis makanan yang mencukupi kebutuhan gizi anak.
Nutrisi yang baik dapat membuat daya tahan tubuh lebih kuat untuk melawan infeksi.
3. Mengajarkan Anak Pola Hidup Bersih dan Sehat
Agar cepat sembuh dan menurunkan risiko menularkannya kembali, anak dengan TB perlu diajarkan untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Beberapa di antaranya adalah rajin mencuci tangan, memakai masker, etika batuk yang baik.
Dengan menjalani terapi pengobatan dengan baik, tingkat kesembuhan TB cukup baik. Namun, tetap bisa kambuh bila terpapar kembali.
Yang perlu diperhatikan saat menjalani pengobatan adalah ketaatan minum obat. Pastikan obat diminum secara teratur sesuai dengan aturan.
“Bila terlupa 1-2 hari mungkin masih bisa ditoleransi, tapi usahakan jangan terulang kembali. Lalu konsultasikan dengan dokter untuk mengevaluasi perkembangan penyakit,” tukas dr. Andina.
Artikel terkait: Mengenal Tes Mantoux Untuk Mendeteksi Tuberkulosis Pada Anak
Cara Mencegah Penyakit Tuberkulosis pada Anak
Sumber: Pexels
Meski dapat dialami oleh anak-anak, tuberkulosis dapat dicegah. Beberapa cara untuk mencegahnya adalah:
1. Vaksinasi
Agar tidak perlu mengalami penyakit TB yang memerlukan pengobatan dalam jangka panjang, TB bisa dicegah dengan melakukan vaksinasi BCG.
Pastikan vaksinasi diberikan tepat waktu.
Untuk anak-anak, vaksin BCG bisa diberikan saat berumur 2 bulan sebanyak 1 dosis.
Kemudian bila terlambat dan ingin diberikan kemudian, anak harus melakukan pemeriksaan TB terlebih dahulu untuk memastikan anak tidak terinfeksi TB.
Angka cakupan vaksinasi BCG di sebagian besar wilayah Indonesia sudah cukup baik sehingga dapat menurunkan risiko penularan.
Hanya saja, risiko penularan masih tetap ada meski sudah divaksinasi.
Namun bila tertular, derajat penyakitnya tidak berat dan ringan karena daya tahan tubuh lebih kuat untuk melawan infeksinya.
2. Menjauhi Penderita TB
Siapa pun orangnya, anak perlu menjauhi bila orang tersebut terdiagnosis positif TB.
Karena penularannya yang sangat mudah yaitu melalui udara, maka penting untuk menghindari penderita TB.
Bila tinggal satu rumah, pastikan penderita melakukan isolasi dengan kamar yang terpisah, begitu pun dengan penggunaan toilet dan alat makan.
Lakukan pemeriksaan juga bila anak tinggal serumah dengan penderita TB.
3. Jaga Pola Hidup Sehat dan Penuhi Nutrisi
Meski masih berusia dini, Parents perlu mengajarkan anak untuk menerapkan pola hidup sehat dengan rajin cuci tangan dan menerapkan etika bersin yang baik.
Selain itu, pastikan anak mengonsumsi makanan bergizi agar tubuh sehat dan daya tahan tubuh mampu melawan virus dan bakteri yang menghampiri.
Bila berat badan anak turun atau tidak naik dalam jangka waktu tertentu segera konsultasikan ke dokter untuk mencegah terjadinya kekurangan nutrisi.
Meski dapat disembuhkan, mencegah penyakit tentu lebih baik daripada mengobati bukan?
***
Nah, itulah informasi terkait tuberkulosis pada anak.
Parents sebaiknya selalu mewaspadai setiap gejala yang muncul dan segera memeriksakannya ke dokter.
Selain itu, jauhkan juga anak dari pasien TB untuk mencegahnya tertular.
Baca Juga:
7 Hal yang Harus Dilakukan Jika Anak Terkena TBC
Imunisasi BCG: Manfaat, Efek Samping, Kontraindikasi, hingga Biaya
Hati-hati! Anak Pengidap TBC Rentan Tertular COVID-19
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.