Memiliki kehamilan yang sehat tentunya merupakan harapan semua calon ibu. Termasuk Bunda, kan? Namun sayangnya, dalam perjalanan kehamilan ada beragam masalah yang bisa timbul. Seperti risiko terjadinya keguguran dan stillbirth. Stillbirth adalah kondisi di mana bayi terlahir mati.
Kondisi ini jelas berbeda dengan keguguran. Apakah Bunda sudah mengetahui apa saja perbedaannya?
Artikel terkait: Sedang hamil muda? Hindari 11 makanan pemicu keguguran berikut ini, Bun
Apa Itu Stillbirth?
Menurut World Health Organization (WHO), stillbirth dipakai sebagai istilah untuk menyebut kondisi di mana bayi lahir tanpa tanda kehidupan di usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Sesuai masa kehamilan, klasifikasi kondisi stillbirth adalah sebagai berikut ini:
- 20 hingga 27 minggu: Kondisi stillbirth awal
- 28 hingga 36 minggu: Kondisi stillbirth akhir
- Setelah 37 minggu: Kondisi aterm stillbirth
Ketahui Gejala Stillbirth
Stillbirth bisa terjadi pada siapa pun. Bunda bisa memahami beberapa gejala atau ciri ciri yang bisa menyebabkan terjadinya stillbirth seperti:
- Gerak janin di dalam perut dirasakan berkurang, bisa dalam segi frekuensi gerakannya, pola gerakannya, kekuatan gerakannya, atau malah tidak bergerak sama sekali.
- Kadang-kadang hal ini bisa diikuti dengan adanya rasa kram di perut, nyeri di perut bagian bawah, atau bahkan perdarahan pervaginam.
Dalam beberapa kasus, biasanya kondisi stillbirth juga tidak menunjukkan tanda yang darurat sebelum terjadi. Oleh karena itu, apabila Bunda merasa ada yang salah dengan kondisi kehamilan, jangan ragu untuk segera periksa dan berkonsultasi dengan dokter kandungan Anda.
Penyebab Stillbirth
Ada beberapa penyebab janin meninggal dalam kandungan (stillbirth), di antaranya:
1. Infeksi
Beberapa infeksi yang diderita ibu dan bayi selama kehamilan mungkin tidak menimbulkan tanda atau gejala dan mungkin tidak terdiagnosis sampai menyebabkan komplikasi serius, seperti kelahiran prematur atau stillbirth. Infeksi pada ibu dan bayi yang dapat menyebabkan stillbirth meliputi:
- Cytomegalovirus
- Fifth disease (Penyakit menular yang disebabkan oleh parvovirus B19)
- Infeksi kelamin dan saluran kemih
- Listeriosis
- Sipilis
- Toxoplasmosis
2. Komplikasi
Komplikasi selama kehamilan juga dapat meningkatkan risiko lahir mati. Bunda harus mewaspadai risiko komplikasi seperti kelahiran prematur, kelahiran posterm (lebih dari 42 minggu usia kehamilan), diabetes, obesitas, tekanan darah tinggi, dan preeklamsia.
Kondisi kesehatan lain yang dapat memicu stillbirth jika diderita selama hamil adalah:
- Lupus
- Trombofilia
- Gangguan Tiroid
- Perdarahan Fetomaternal
3. Kondisi Bayi
Kondisi kesehatan tertentu yang terjadi pada janin di dalam kandungan juga dapat menyebabkan lahir mati. Faktanya, sekitar 14 dari 100 bayi stillbirth (14 persen) memiliki satu atau lebih cacat lahir, termasuk kondisi genetik seperti down syndrome.
Selain itu, kondisi seperti:
- Pembatasan pertumbuhan janin (ukuran bayi terlalu kecil jika dibandingkan usia kehamilan)
- Penyakit Rh (ketika ibu dengan golongan darah Rh negatif hamil janin yang memiliki golongan darah rh positif)
- Tidak mendapatkan cukup oksigen selama persalinan dan kelahiran juga dapat menjadi penyebab dari stillbirth
4. Masalah di Plasenta
Plasenta merupakan organ yang memberikan nutrisi dan oksigen untuk bayi di dalam perut ibu, dan masalah pada plasenta dapat menyebabkan berbagai komplikasi termasuk bayi lahir mati. Masalah pada plasenta dan tali pusat terjadi pada 10 dari 100 kasus stillbirth alias 10 persen.
Berikut adalah beberapa masalah pada plasenta yang perlu diwaspadai:
- Infeksi
- Gangguan pembekuan darah
- Inflamasi
- Gangguan pada pembuluh darah
- Abruptio plasenta (plasenta terlepas sebelum waktunya)
Faktor Risiko Stillbirth
Hingga saat ini, belum ada penelitian yang menjelaskan penyebab pasti bayi meninggal dalam kandungan. Namun, tentunya ada beberapa faktor yang kemungkinan dapat meningkatkan risiko terjadinya stillbirth, seperti:
- Gangguan plasenta
- Kehamilan lewat bulan
- Komplikasi ketika persalinan
- Ibu hamil menderita penyakit tertentu (diabetes yang tidak dikontrol dengan baik, tekanan darah tinggi yang menyebabkan preeklamsia)
- Infeksi pada ibu hamil (malaria, syphilis, HIV)
- Cacat lahir atau kelainan bawaan pada janin
- ANC (kontrol hamil) yang tidak teratur
- Obesitas pada ibu
- Pertumbuhan janin terhambat
- Gaya hidup ibu hamil yang tidak sehat (merokok, minum alkohol, menggunakan obat-obatan terlarang, dan lain sebagainya)
- Trauma pada kehamilan misalnya kecelakaan
- Kolestasis kehamilan (gangguan pada liver)
Diagnosis Stillbirth
Seorang ibu hamil dapat mencurigai janinnya mengalami stillbirth jika ia tidak merasakan tendangan janin atau melakukan gerakan aktif lainnya di dalam rahimnya.
Akan tetapi, tidak merasakan gerakan tidak janin berarti janin mengalami stillbirth dalam semua kasus.
Sebelum lahir, satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti apakah telah terjadi stillbirth adalah dengan menentukan apakah jantung janin berdenyut. Ini sering dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan USG.
Untuk mengetahui penyebabnya, dokter juga akan melakukan satu atau lebih pemeriksaan khusus seperti tes darah, pemeriksaan tali pusat, membran dan plasenta, tes infeksi, tes fungsi tiroid, dan tes genetik.
Setelah lahir, bayi dianggap lahir mati jika ia tidak memiliki tanda-tanda kehidupan, yang berarti bayi tersebut:
- Tidak bernapas
- Tidak memiliki detak jantung
- Tak memiliki pulsasi pada tali pusat
- Tidak bergerak
Cara Menurunkan atau Mencegah Risiko Stillbirth
Tidak semua penyebab stillbirth diketahui secara pasti dan sulit untuk benar-benar mencegah terjadinya stillbirth. Namun, kita tahu bahwa ada faktor-faktor tertentu meningkatkan risiko kondisi ini dan ada hal-hal sederhana yang dapat Bunda lakukan untuk mengurangi risiko ini, yaitu sebagai berikut:
1. Jangan Lewatkan Jadwal Pemeriksaan Rutin
Sangat penting untuk tidak melewatkan pemeriksaan kehamilan rutin. Beberapa tes dan pengukuran yang dilakukan selama pemeriksaan kehamilan dapat mengidentifikasi adanya potensi masalah. Deteksi dini dan intervensi adalah cara mencegah stillbirth yang paling efektif.
Salah satu hal yang perlu juga Anda perhatikan adalah pergerakan bayi dalam kandungan. Hal ini bisa mendeteksi adanya potensi masalah pada kehamilan. Jadi, konsultasikan ke dokter jika ada perubahan atau pola pergerakan bayi dalam kandungan Anda.
2. Jalani Gaya Hidup Sehat
Jika Bunda merokok, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah berhenti. Berhenti kapan saja dalam kehamilan akan membantu, meskipun lebih cepat lebih baik.
Menjadi perokok pasif (menghirup asap dari rokok orang lain) juga berbahaya pada kehamilan, jadi hindari berada di sekitar orang yang merokok jika Bunda bisa.
Bunda juga harus menghindari alkohol selama kehamilan. Minum alkohol selama kehamilan meningkatkan risiko stillbirth secara signifikan. Cara paling aman untuk memastikan janin tidak terpapar konsumsi oleh alkohol adalah dengan tidak minum minuman keras saat sedang hamil.
Cobalah untuk mengganti makanan yang tidak sehat dengan pilihan yang lebih sehat. Misalnya mengganti camilan kemasan dengan kacang-kacangan atau buah dan sayur-sayuran.
Selain itu, berusahalah untuk tetap aktif dengan berolahraga. Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan. Jadi, lebih baik pastikan berat badan Bunda ideal sebelum merencanakan kehamilan.
3. Tidur Miring Sebelah Kiri
Penelitian menunjukkan bahwa tidur telentang setelah 28 minggu kehamilan menggandakan risiko stillbirth. Diperkirakan, hal ini mungkin berkaitan dengan aliran darah dan oksigen ke bayi.
Mungkin Bunda juga sudah pernah mendengar dari dokter bahwa posisi tidur yang baik selama hamil adalah tidur miring di sebelah kiri.
4. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan
Ibu hamil sangat rentan terhadap penyakit karena sistem imun mereka berubah karena hormon kehamilan.
Sedapat mungkin, hindari kontak dengan orang yang memiliki tanda-tanda penyakit menular, termasuk diare, suhu tinggi dan sedang sakit.
Jagalah kebersihan dengan baik di mana pun Bunda berada. Rajinlah mencuci tangan untuk mengurangi risiko infeksi, terutama sebelum menyiapkan makanan, setelah dari toilet, dan setelah mengganti popok jika memiliki bayi.
Penting juga untuk menyiapkan dan menyimpan makanan dengan aman untuk mengurangi risiko infeksi. Bunda harus menghindari beberapa makanan selama kehamilan, seperti makanan mentah atau setengah matang karena berisiko lebih tinggi membuat Bunda sakit dengan infeksi bakteri seperti listeria dan salmonella.
Artikel terkait: 5 Penyebab bayi meninggal dalam kandungan dan cara mencegahnya, apa saja?
Perbedaan Stillbirth dengan Keguguran
Keguguran merupakan kondisi kehilangan janin pada usia kehamilan di bawah 20 minggu. Biasanya, keguguran ini rentan terjadi pada tiga bulan pertama kehamilan atau pada trimester pertama. Oleh karena itu, Bunda kerap diharapkan untuk lebih memperhatikan kondisi kesehatan pada masa-masa tersebut.
Kondisi tersebut berbeda dengan stillbirth, yaitu kondisi di saat bayi dilahirkan dalam keadaan mati atau tidak bernyawa lagi.
Banyak definisi yang dipakai untuk menjelaskan kondisi stillbirth, salah satunya adalah definisi menurut WHO, yaitu bayi yang meninggal dalam kandungan atau bayi yang lahir tanpa tanda-tanda kehidupan pada usia kandungan 28 minggu atau lebih.
Dalam beberapa kasus stillbirth, ada juga bayi yang meninggal ketika proses persalinan berlangsung. Namun, presentasenya cenderung kecil.
Artikel terkait: Ini langkah yang dilakukan pasca keguguran: penyembuhan, perawatan, dan pencegahan
Itulah beberapa perbedaan stillbirth dan keguguran. Perlu diketahui, kedua kondisi tersebut bisa terjadi pada siapa pun. Oleh karena itu, tetap jaga kesehatan Bunda selama kehamilan dan jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter apabila Anda merasa ada yang salah dengan kondisi kehamilan, ya.
Untuk Bunda yang pernah mengalami kehilangan janin, baik stillbirth dan keguguran, tetap semangat dan jangan berkecil hati, ya. Pasalnya, hormon kehamilan akan selalu diingat oleh tubuh sehingga Bunda tetaplah sosok seorang ibu seutuhnya. Bunda telah berjuang dan berusaha yang terbaik untuk calon si kecil.
Semoga informasi ini bermanfaat!
***
Artikel diupdate oleh: Annisa Pertiwi
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Hasni Kemala Sari, SpOG
Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan
Rumah Sakit Bunda Citra Ananda
Baca juga:
Sebabkan Bayi Lahir Mati atau Stillbirth, Ini 5 Infeksi Kehamilan yang Perlu Diwaspadai
id.theasianparent.com/ayah-kehilangan-anak
Cegah stillbirth, ini posisi tidur saat hamil tua yang aman untuk Bumil
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.