6 Proses Bayi Tabung atau Fertilisasi in Vitro, Ketahui Kisaran Biayanya
Selain dana yang harus disiapkan, tahapan bayi tabung juga perlu diketahui agar bisa menyiapkan diri.
Seperti apa proses bayi tabung IVF? Benarkah dalam proses ini janin akan dibesarkan dalam sebuah tabung?
Agar tidak salah kaprah, yuk, simak penjelasan lengkap tentang proses bayi tabung IVF berikut ini, Parents.
Daftar isi
Apa Itu Proses Bayi Bayi Tabung atau Fertilisasi in Vitro (IVF)?
Bayi tabung atau fertilisasi in vitro (IVF) adalah salah satu alternatif bagi pasangan yang kesulitan ingin memiliki buah hati.
Meski biaya proses bayi tabung cukup mahal, tetapi metode ini sudah ditempuh banyak pasangan yang sangat mendamba seorang anak dalam kehidupan pernikahan mereka.
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, Fertilisasi in vitro (IVF) adalah jenis teknologi reproduksi berbantuan, di mana sperma dan sel telur dibuahi di luar tubuh manusia.
IVF adalah proses kompleks yang melibatkan pengambilan sel telur dari ovarium dan menggabungkannya secara manual dengan sperma di laboratorium untuk pembuahan.
“Program bayi tabung merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kehamilan pada pasangan yang mengalami gangguan kesuburan dengan cara mempertemukan sperma dan sel telur di luar tubuh manusia,“ tutur dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG(K), MSc.
Dokter Spesialis Kandungan yang berpraktek di RSU Pondok Indah, Jakarta, ini menjelaskan, “Setelah terjadi pembuahan, sejumlah 2-3 embrio akan ditanam kembali ke rahim si calon ibu. Hal ini membedakannya dengan konsep inseminasi di mana proses pertemuan antara sperma dan sel telur tetap terjadi di dalam tubuh manusia.”
Artikel terkait: Seperti ini prosedur inseminasi buatan untuk tingkatkan peluang hamil, Parents harus tahu
6 Proses Bayi Tabung IVF
Penasaran bagaimana atau seperti apa proses bayi tabung? Berikut ini urutan proses bayi tabung yang dilakukan.
1. Pemeriksaan Awal
Proses bayi tabung pertama adalah pemeriksaan awal.
Pemeriksaan dilakukan kepada calon ibu, dengan memeriksa kadar estrogen di dalam darahnya. Hal ini untuk memastikan ovarium atau indung telur dalam keadaan tidur.
Kemudian, USG transvaginal dilakukan untuk mengetahui ukuran indung telur, serta mengantisipasi adanya kista ovarium yang sering menjadi penyebab masalah kesuburan.
Bila terdapat kista, maka dokter akan mengangkat kista tersebut lebih dulu sebelum tahapan bayi tabung dilanjutkan.
2. Stimulasi Ovarium
Stimulasi dilakukan dengan menyuntikkan sebuah obat ke tubuh pasien, lalu pasien akan diajarkan cara menyuntikkan sendiri obat tersebut ke tubuhnya.
Obat ini harus rutin disuntikkan sebanyak 1-4 kali sehari, selama seminggu atau sepuluh hari.
Suami bisa membantu istri menyuntikkan obat kesuburan yang bertujuan untuk memperbanyak sel telur yang matang di ovarium.
Selama proses stimulasi, dokter akan memantau perkembangan sel telur melalui USG dan memeriksa kadar estradiol melalui tes darah beberapa hari sekali.
Proses pemantauan ini penting, untuk memastikan apakah dosis obat kesuburan yang disuntikkan perlu ditambah atau dikurangi.
3. Pematangan Sel Telur
Proses bayi tabung atau fertilisasi in vitro selanjutnya adalah pematangan sel telur.
Telur harus menyelesaikan pertumbuhan dan perkembangannya sebelum telur bisa diambil. Untuk memicu pematangan oosit, diperlukan suntikan human chorionic gonadotropin (hCG).
Biasanya, suntikan hCG diberikan ketika empat atau lebih folikel telah berukuran sekitar 18-20 mm dan kadar estradiol Anda sudah lebih dari 2000 pg/ ml.
Suntikan hormon ini dilakukan sebanyak satu kali dan harus dilakukan pada waktu yang tepat. Mengapa?
Jika dilakukan terlalu dini, maka telur bisa tidak cukup matang. Sedangkan, jika suntikan dilakukan terlalu lama, telur akan terlalu tua dan tidak bisa berbuah dengan baik.
Untuk melihat kapan waktu yang tepat dalam melakukan suntikan, diperlukan Ultrasound kembali.
Artikel terkait: 10 Tips Meningkatkan Peluang Keberhasilan Program Bayi Tabung, Patut Dicoba!
4. Proses Pengambilan Sel Telur
Jika sel telur telah matang, maka pasien akan menerima suntikan hCG. Kemudian, pengambilan sel telur akan dilakukan 34-36 setelah suntikan hCG dilakukan.
Sebelumnya, pasien akan dibius, agar tidak merasakan sakit saat sel telurnya diambil.
Proses pengambilan sel telur dalam tahapan bayi tabung ini, dilakukan dengan menggunakan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam indung telur, yang akan mengisap folikel dalam ovarium.
Dalam setiap folikel, terdapat satu buah oosit atau sel telur. Oosit ini kemudian dibawa ke laboratorium embriologi.
5. Sel Telur dan Sperma Dipertemukan
Di dalam lab embriologi, sel telur yang telah diambil akan dilakukan proses seleksi guna memilih sel telur paling baik. Setelah sel telur terpilih, proses pertemuan dengan sel sperma akan dilakukan.
Sebelumnya, suami akan diminta untuk memberikan sel sperma terlebih dulu sebelum pengambilan sel telur dilakukan. Kemudian, dipilih sel sperma dengan kualitas paling bagus untuk membuahi sel telur.
Setelah sel telur dan sel sperma terpilih, mereka akan dipertemukan melalui tangan dokter, di sebuah cawan. Proses ini hanya bisa dilihat melalui sebuah mikroskop.
6. Menanamkan Embrio ke dalam Rahim
Setelah proses pembuahan dilakukan, tahapan bayi tabung selanjutnya adalah menyimpan sel telur selama 3-5 hari di wadah khusus, sambil terus dipantau.
Apabila sel telur telah berubah menjadi embrio, saatnya memindahkan embrio ke dalam rahim perempuan.
Sebelum pemindahan embrio dilakukan, pasien akan diberi obat berisi hormon progesteron. Hal ini berguna untuk membantu menyiapkan dinding rahim agar embrio mudah menempel dan bisa tumbuh dengan baik.
Proses pemindahan embrio dilakukan dengan cara memasukkan tabung tipis berisi cairan embrio ke dalam leher rahim pasien.
Embrio yang dimasukkan biasanya lebih dari satu. Dan bila dari hasil pembuahan terdapat banyak embrio yang berhasil dibuahi, maka sisa embrio bisa dibekukan untuk kembali digunakan di masa depan, atau disumbangkan.
Setelah Embrio Ditanamkan, Apakah Bisa Langsung Hamil?
Dalam acara Seminar Penanganan Gangguan Kesuburan, dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG(K), MSc, mengatakan, “Setelah embrio dimasukkan ke dalam rahim, kita menunggu selama kurang lebih dua minggu.”
Biasanya, kehamilan akan terjadi dalam kurun waktu dua minggu tersebut, bila embrio tidak berhasil berkembang dan kehamilan tidak terjadi. Maka proses pemindahan embrio akan diulangi.
Namun sebelumnya, dokter akan memeriksa dulu penyebab mengapa embrio yang sebelumnya ditanamkan tidak berhasil tumbuh.
“Penting untuk diingat, hal yang harus diperhatikan demi suksesnya program bayi tabung adalah kondisi fisik dan psikologis istri dan suami. Juga infrastruktur fisik, peralatan medis, staf yang kompeten, teknik prosedur yang baik dan kolaborasi pelayanan dengan pendekatan tim,” tegasnya.
Artikel terkait: Video Edukatif : Kisah ‘Pertemuan’ Sperma dan Sel Telur
Persiapan Sebelum Melakukan Fertilisasi in Vitro atau Bayi Tabung
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Society for Assisted Reproductive Technology memberikan informasi online tentang kehamilan individu dan tingkat kelahiran hidup di klinik-klinik AS.
Tingkat keberhasilan sebuah klinik tergantung pada banyak faktor. Ini termasuk usia pasien dan masalah medis, serta populasi pengobatan klinik dan pendekatan pengobatan.
Mintalah informasi rinci tentang biaya yang terkait dengan setiap langkah proses bayi tabung IVF.
Sebelum memulai siklus IVF menggunakan telur dan sperma sendiri, Anda dan pasangan mungkin memerlukan berbagai pemeriksaan, termasuk:
1. Tes Cadangan Ovarium
Untuk menentukan kuantitas dan kualitas telur, dokter mungkin menguji konsentrasi hormon perangsang folikel (FSH), estradiol (estrogen) dan hormon anti-mullerian dalam darah Anda selama beberapa hari pertama siklus menstruasi.
Hasil tes, yang sering digunakan bersama dengan USG ovarium, dapat membantu memprediksi bagaimana ovarium Anda akan merespons obat kesuburan.
2. Analisis Sperma
Jika tidak dilakukan sebagai bagian dari evaluasi kesuburan awal, dokter akan melakukan analisis air mani sesaat sebelum dimulainya siklus proses bayi tabung IVF.
3. Skrining Penyakit Menular
Anda dan pasangan akan menjalani pemeriksaan penyakit menular, termasuk HIV.
4. Berlatih Transfer Embrio
Dokter mungkin melakukan transfer embrio tiruan untuk menentukan kedalaman rongga rahim Anda dan teknik yang paling mungkin untuk berhasil menempatkan embrio ke dalam rahim.
5. Pemeriksaan Rahim
Dokter akan memeriksa lapisan dalam rahim sebelum Anda memulai IVF.
Ini mungkin melibatkan sonohisterografi – di mana cairan disuntikkan melalui serviks ke dalam rahim Anda – dan ultrasound untuk membuat gambar rongga rahim.
Atau mungkin termasuk histeroskopi – di mana teleskop tipis, fleksibel, dan terang (histeroskop) dimasukkan melalui vagina dan leher rahim ke dalam rahim.
Kondisi Medis yang Mendorong Program Bayi Tabung
Terkadang, Fertilisasi in vitro dilakukan sebagai pengobatan utama untuk infertilitas pada perempuan di atas usia 40 tahun.
IVF juga dapat dilakukan jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu. Kondisi medis tersebut antara lain:
1. Kerusakan atau Penyumbatan Tuba Falopi
Kerusakan atau penyumbatan tuba falopi membuat sel telur sulit untuk dibuahi atau embrio untuk melakukan perjalanan ke rahim.
2. Gangguan Ovulasi
Jika ovulasi jarang atau tidak ada, lebih sedikit telur yang tersedia untuk pembuahan.
3. Endometriosis
Endometriosis terjadi ketika jaringan yang mirip dengan lapisan rahim berimplantasi dan tumbuh di luar rahim. Seringnya kondisi ini memengaruhi fungsi ovarium, rahim dan saluran tuba.
4. Fibroid Rahim
Fibroid adalah tumor jinak di rahim. Kondisi ini umum terjadi pada perempuan berusia 30-an dan 40-an. Fibroid dapat mengganggu implantasi sel telur yang telah dibuahi.
5. Sterilisasi atau Pengangkatan Tuba Sebelumnya
Ligasi tuba adalah jenis sterilisasi di mana saluran tuba dipotong atau diblokir untuk mencegah kehamilan secara permanen.
Jika Anda ingin hamil setelah ligasi tuba, proses fertilisasi in vitro dapat menjadi alternatif untuk operasi pembalikan ligasi tuba.
6. Gangguan Produksi atau Fungsi Sperma
Konsentrasi sperma di bawah rata-rata, pergerakan sperma yang lemah (mobilitas yang buruk), atau kelainan pada ukuran dan bentuk sperma dapat membuat sperma sulit untuk membuahi sel telur.
Jika kelainan air mani ditemukan, kunjungan ke spesialis infertilitas mungkin diperlukan untuk melihat apakah ada masalah yang dapat diperbaiki atau masalah kesehatan yang mendasarinya.
7. Infertilitas yang Tidak dapat Dijelaskan
Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan berarti tidak ada penyebab infertilitas yang ditemukan meskipun evaluasi untuk penyebab umum.
8. Kelainan Genetik
Jika Anda atau pasangan berisiko mewariskan kelainan genetik kepada si Kecil, Anda mungkin menjadi kandidat untuk tes genetik praimplantasi – prosedur yang melibatkan IVF.
Setelah telur dipanen dan dibuahi, mereka disaring untuk masalah genetik tertentu, meskipun tidak semua masalah genetik dapat ditemukan.
Embrio yang tidak mengandung masalah yang teridentifikasi dapat dipindahkan ke rahim.
9. Masalah Kesuburan untuk Kanker atau Kondisi Kesehatan Lainnya
Jika Anda akan memulai pengobatan kanker – seperti radiasi atau kemoterapi – yang dapat membahayakan kesuburan, Fertilisasi in vitro untuk menjaga kesuburan dapat menjadi pilihan.
Perempuan bisa memiliki telur yang diambil dari indung telur mereka dan dibekukan dalam keadaan tidak dibuahi untuk digunakan nanti. Atau telur dapat dibuahi dan dibekukan sebagai embrio untuk digunakan di masa depan.
Perempuan yang tidak memiliki rahim fungsional atau yang kehamilannya menimbulkan risiko kesehatan yang serius dapat memilih IVF menggunakan orang lain untuk membawa kehamilan (pembawa kehamilan).
Dalam hal ini, sel telur perempuan dibuahi dengan sperma, tetapi embrio yang dihasilkan ditempatkan di rahim pembawa kehamilan.
Artikel terkait: Ingin program bayi tabung? Ini dana yang harus disiapkan
Risiko Bayi Tabung
Mengutip dari Mayo Clinic ada beberapa risiko seorang perempuan bila menjalankan IVF. Berikut di antaranya:
1. Kehamilan Kembar
IVF meningkatkan risiko kelahiran kembar jika lebih dari satu embrio yang ditanamkan ke rahim.
Sedangkan kehamilan dengan lebih dari satu janin memiliki risiko persalinan dini dan berat badan lahir rendah yang lebih tinggi, daripada kehamilan dengan satu janin.
2. Persalinan Prematur dan Berat Badan Lahir Rendah
Penelitian menunjukkan bahwa IVF sedikit meningkatkan risiko bayi lahir lebih awal (prematur) atau dengan berat badan lahir rendah.
3. Sindrom Hiperstimulasi Ovarium
Penggunaan obat kesuburan suntik, seperti human chorionic gonadotropin (HCG), untuk menginduksi ovulasi dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovarium, di mana ovarium menjadi bengkak dan nyeri.
Gejala biasanya berlangsung seminggu dan termasuk sakit perut ringan, kembung, mual, muntah dan diare. Namun, jika Anda hamil, gejala Anda mungkin berlangsung beberapa minggu.
Dalam kasus yang jarang, bentuk sindrom hiperstimulasi ovarium yang lebih parah bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang cepat dan sesak napas.
4. Keguguran
Tingkat keguguran pada perempuan yang hamil menggunakan IVF dengan embrio segar serupa dengan ibu yang hamil secara alami – sekitar 15% hingga 25% – tetapi angka ini meningkat seiring dengan usia ibu.
5. Komplikasi Prosedur Pengambilan Telur
Penggunaan jarum aspirasi untuk mengumpulkan telur mungkin dapat menyebabkan perdarahan, infeksi atau kerusakan pada usus, kandung kemih atau pembuluh darah.
Risiko juga terkait dengan sedasi dan anestesi umum, jika digunakan.
6. Kehamilan Ektopik
Sekitar 2% hingga 5% perempuan yang menggunakan IVF akan mengalami kehamilan ektopik, ketika sel telur yang dibuahi tertanam di luar rahim, biasanya di tuba fallopi.
Telur yang telah dibuahi tidak dapat bertahan hidup di luar rahim.
7. Cacat Lahir
Usia ibu adalah faktor risiko utama dalam risiko cacat lahir, tidak peduli bagaimana anak dikandung.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah bayi yang dikandung menggunakan IVF mungkin berisiko lebih tinggi mengalami cacat lahir tertentu.
8. Kanker
Beberapa penelitian awal menunjukkan mungkin ada hubungan antara obat-obatan tertentu yang digunakan untuk merangsang pertumbuhan sel telur dengan perkembangan jenis tumor ovarium tertentu.
Namun, penelitian yang lebih baru tidak mendukung temuan tersebut. Tampaknya tidak ada peningkatan risiko kanker payudara, endometrium, serviks atau ovarium yang signifikan setelah IVF.
9. Tingkat Stres yang Meningkat
Penggunaan IVF dapat menguras finansial, fisik, dan emosional.
Dukungan dari konselor, keluarga dan teman-teman dapat membantu Anda dan pasangan melalui pasang surut perawatan infertilitas.
Biaya Proses Bayi Tabung atau Fertilisasi in Vitro
Kisaran biaya bayi tabung bervariasi di setiap rumah sakit atau klinik kesuburan. Selain itu juga memiliki perbedaan di setiap kota tempat rumah sakit atau klinik tersebut berada.
Namun, rata-rata program bayi tabung ini di Indonesia bisa mencapai kisaran Rp 30-90 juta.
Itulah penjelasan soal proses bayi tabung. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda dan pasangan yang sedang berusaha mendapat momongan lewat bayi tabung.
***
In vitro fertilization (IVF)
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/in-vitro-fertilization/about/pac-20384716
Overview IVF
Baca juga:
6 Pasangan Artis yang Menjalani Program Bayi Tabung Demi Mendapatkan Anak
Ingin melakukan program bayi tabung? Ini daftar klinik kesuburan yang bisa Anda datangi