Ada berbagai macam jenis program kehamilan yang disesuaikan dengan gangguan kesuburan yang dialami pasangan suami istri. Untuk mereka yang mengalami gangguan ovulasi, induksi ovulasi atau penggunaan obat penyubur kandungan adalah program kehamilan yang tepat dengan angka keberhasilan yang tinggi.
Menurut penelitian, dari 10 pasangan yang baru menikah dan berhubungan intim secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi, sekitar 7 pasangan akan hamil alami setelah 6 bulan menikah, sementara 9 pasangan akan hamil dalam waktu 1 tahun. Sisanya, 10-15% mengalami infertilitas atau gangguan kesuburan.
Peluang kehamilan paling tinggi terjadi pada bulan pertama, yaitu sekitar 30%. Sampai bulan ke-12 atau 1 tahun, peluangnya akan menurun drastis di angka 3% saja. Oleh karena itu, jangka waktu 1 tahun menjadi patokan gangguan kesuburan.
Para ahli menyarankan untuk wajib memeriksakan diri dan melakukan program kehamilan jika pasangan suami istri tidak dapat mencapai kehamilan alami di bawah waktu 1 tahun.
Program Kehamilan dengan Angka Keberhasilan Tinggi untuk Pengidap Gangguan Ovulasi
Pada Virtual Media Dicussion yang diadakan RS Pondok Indah, Rabu (10/3), dr. Shanty Olivia Jasirwan, Sp.OG-KFER, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi menjelaskan bahwa induksi ovulasi adalah salah satu program kehamilan dengan angka keberhasilan hingga 80% untuk pasien yang mengalami gangguan ovulasi.
“Penyebab gangguan kesuburan paling besar adalah gangguan ovulasi yaitu sebanyak 40%,” ungkapnya.
Sebelum memutuskan untuk memberikan terapi induksi ovulasi, dokter akan memeriksa terlebih dahulu apa penyebab gangguan ovulasi yang dialami pasien.
Gangguan ovulasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah sebagai berikut:
“Induksi ovulasi, bahasa awamnya adalah obat penyubur, menggunakan obat-obatan untuk menstimulasi ovarium agar melepaskan sel telur,” jelas dr. Shanty.
Pada pasien yang tidak mengalami ovulasi, contohnya siklus haid tidak teratur atau jarang, nantinya akan didapatkan 1 folikel (cangkang telur) yang dominan atau berukuran lebih besar dibandingkan yang lainnya. Folikel ini mengandung sel telur yang belum matang, jika sudah besar ia akan mengeluarkan sel telur yang siap untuk dibuahi.
“Induksi ovulasi juga bisa digunakan untuk pasien yang berovulasi, yang siklus haidnya normal. Tujuannya untuk menstimulasi agar ada lebih dari 1 sel telur untuk meningkatkan peluang kehamilan. Secara alami tubuh hanya melepaskan 1 sel telur per siklus dan belum tentu sel telur yang dilepaskan kualitasnya bagus,” paparnya lebih lanjut.
Menurut dr. Shanty, induksi ovulasi dapat dilakukan pada pasien gangguan ovulasi, dengan syarat tidak ada gangguan lain seperti saluran telur dan sperma. Pada kasus unexplained infertility atau infertilitas yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, induks ovulasi juga merupakan program kehamilan yang cocok.
Induksi ovulasi umumnya dikombinasikan dengan program kehamilan lainnya, contohnya senggama terjadwal dan juga proses inseminasi.
Obat Penyubur Kandungan yang Digunakan dalam Induksi Ovulasi
Proses ovulasi normal pada siklus haid yang normal melibatkan kerja hyphothalamus, yaitu bagian otak yang mengeluarkan hormon reproduksi untuk pertumbuhan sel telur. Saat folikel berkembang di dalam ovarium, hormon estrogen dan progesterone dihasilkan. Kedua hormon ini berpengaruh terhadap dinding rahim untuk menebal dan mempersiapkan untuk kehamilan.
Dalam induksi ovulasi, pasien akan diberikan obat yang bekerja untuk ‘menipu’ tubuh seakan-akan kadar estrogen rendah. Oleh karena itu, otak akan memicu produksi Follicle Stimulate Hormone (FSH) yang nantinya akan menumbuhkan sel telur.
Ada beberapa jenis obat yang diberikan dalam terapi induksi ovulasi, di antaranya adalah:
1. Klomifen Sitrat
Obat oral yang diberikan selama 5 hari dengan dosis 50-150 mg per hari yang bekerja untuk menduduki reseptor estrogen dan menimbulkan kondisi seakan-akan kadar estrogen rendah.
2. Metformin Hydrochloride
Metformin hydrochloride adalah salah satu obat penyubur kandungan yang dapat membantu wanita agar lebih cepat hamil.
Metformin ini sebenarnya digunakan untuk mengontrol kadar gula darah tinggi pengidap diabetes tipe 2. Metformin ini juga dikonsumsi untuk meningkatkan kesuburan wanita, baik dalam bentuk tunggal maupun dalam kombinasi dengan clomiphene.
3. Letrozole
Obat jenis ini merupakan obat yang digunakan untuk terapi kanker payudara. Obat ini juga merupakan salah satu terapi kesuburan. Cara kerjanya mirip dengan Klomifen, tetapi perbedaannya tidak menduduki reseptor estrogen dan mengubah metabolisme estrogen.
4. Gonadotropin
Obat yang diberikan lewat suntikan atau injeksi dan mengandung FSH sintetik.
Pemberian obat-obatan ini diikuti dengan pemeriksaan USG Transvaginal atau tes hormon untuk memantau pertumbuhan dan ketebalan dinding rahim. Setelah berovulasi, pasien akan dianjurkan untuk melakukan senggama terjadwal. Kemudian pasien diminta menunggu selama dua minggu sebelum melakukan tes kehamilan.
Efek Samping Obat Penyubur Kandungan
Pemakaian obat penyubur dapat menyebabkan beberapa macam efek samping. Apa saja?
Gejala Perubahan Hormon
Beberapa keluhan terkait perubahan hormon akan dialami tubuh, seperti sakit kepala, perubahan suasana hati, nyeri perut di bagian bawah, dan payudara nyeri.
Peluang Kehamilan Kembar
Persentase kehamilan kembar atau multiple juga dapat meningkat dengan penggunaan obat penyubur ini. Untuk jenis obat Klomifen ata Letrozole kemungkinannya sekitar 7-10% dan lebih tinggi lagi yaitu 20% pada penggunaan Gonadotropin.
Hiperstimulasi Ovarium
Salah satu komplikasi yang kasusnya sangat jarang terjadi (kurang dari 1%) adalah sindroma hiperstimulasi ovarium yang berupa nyeri hebat di bagian panggul atau perut, napas berat, mual, muntah, dan berat badan yang bertambah.
“Induksi ovulasi merupakan salah satu metode yang paling umum digunakan dan sering kali menjadi tahapan awal pada program kehamilan karena relatif murah dan efek samping yang rendah,” tutup dr. Shanty.
Gangguan Penglihatan
Efek samping clomiphene dapat memicu masalah penglihatan. Jika ada bercak hitam pada penglihatan yang disertai sakit kepala, segera konsultasikan dengan dokter.
Risiko Kehamilan Ektopik
Wanita yang mengonsumsi gonadotropin lebih berisiko mengalami kehamilan ektopik, yaitu kehamilan yang terjadi di luar rahim.
Risiko Kanker
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obat kesuburan clomiphene citrate dapat meningkatkan risiko kanker ovarium dan endometrium.
Itulah beberapa hal yang perlu Bunda ketahui tentang terapi induksi ovulasi atau penggunaan obat penyubur kandungan pada program kehamilan. Konsultasikan pada dokter ahli sebelum menggunakan obat-obatan untuk menyuburkan kandungan, mengingat ada beberapa efek samping yang perlu diperhatikan.
Semoga informasi ini bisa bermanfaat.
***
Baca Juga:
Minum Susu untuk Program Hamil Memperbesar Peluang Kehamilan? Ini Penjelasan Dokter
Seberapa besar tingkat keberhasilan program hamil inseminasi? Ini penjelasan dokter kandungan
7 Hal yang Sebaiknya Anda Lakukan Jika Program Hamil Tak Kunjung Berhasil
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.