Apakah penyebab umum keguguran? Banyak Bunda khawatir dan bertanya hal ini karena keguguran bisa terjadi pada siapa saja.
Perlu diketahui, sebagian besar kasus keguguran terjadi pada tahap awal kehamilan, atau bahkan ketika seorang perempuan belum menyadari kalau ia sedang hamil.
Apakah yang menjadi penyebab umum keguguran? Bagaimana cara mencegahnya? Kami ulas dalam artikel ini untuk Bunda semua.
Artikel Terkait: 6 Jenis Tes Kesuburan Genetik, Bermanfaat untuk Kurangi Risiko Keguguran
Apa Itu Keguguran?
Keguguran adalah berhentinya kehamilan sebelum memasuki usia 20 minggu.
Adanya bercak darah dari vagina saat hamil sering dianggap sebagai keguguran.
Padahal, hal ini normal terjadi 6–12 hari setelah pembuahan, yaitu saat janin menempel di dinding rahim dan terjadi maksimal selama 3 hari. Perdarahan ini dinamakan perdarahan implantasi.
Namun, semuanya bisa menjadi keguguran jika disertai beberapa tanda. Beberapa di antaranya adalah nyeri sangat hebat di perut bagian bawah, juga adanya jaringan keluar dari vagina Anda.
Artikel terkait: Gejala Abortus Inkomplit Alias Keguguran dengan Jaringan Janin Tersisa di Rahim
Apa Penyebab Umum Keguguran?
Merujuk laman Baby Center, salah satu penyebab paling umum calon ibu mengalami keguguran adalah kelainan kromosom yang membuat bayi tidak berkembang secara normal, atau bahkan terjadi kehamilan kosong (blighted ovum).
Hal ini bisa dialami siapa saja, dan umumnya terjadi saat usia kehamilan masih muda.
“Sebanyak 10 hingga 20% kehamilan berisiko mengalami keguguran. Biasanya, sebanyak 80 persen keguguran terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan atau trimester awal,” ujar dr. Gorga I. V. W. Udjung, Sp.OG, saat kami hubungi melalui WhatsApp.
Dengan risiko yang ada, ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko ibu hamil mengalami keguguran:
- Penyakit infeksi, seperti toxoplasmosis, rubella, sifilis, malaria, HIV, gonore, atau sepsis.
- Penyakit autoimun, seperti lupus dan sindrom antifosfolipid.
- Penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit ginjal.
- Gangguan hormon, seperti penyakit tiroid atau PCOS. Tak hanya keguguran, polycystic ovary syndrome turut dikenal sebagai penyebab utama infertilitas karena dapat menurunkan produksi sel telur.
- Kelainan pada bentuk rahim atau leher rahim.
- Penggunaan obat-obatan, seperti obat antiinflamasi non-steroid, methotrexate, dan retinoid.
- Usia. Wanita berusia di atas 35 tahun memiliki risiko keguguran sebanyak 20 persen. Pada usia 40 tahun, risikonya sekitar 40 persen. Sementara usia 45 tahun risiko keguguran meningkat menjadi 80 persen.
- Riwayat keguguran lebih dari 2 kali.
- Trauma fisik. Kecelakaan yang membentur perut dapat meningkatkan risiko keguguran.
- Pola hidup tidak sehat, seperti kecanduan alkohol, merokok, atau penyalahgunaan NAPZA.
- Kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan (obesitas).
- Paparan zat beracun.
- Radiasi tingkat tinggi.
- Tes prenatal invasif. Beberapa tes genetik seperti pengambilan sampel chorionic villus dan amniocentesis membawa sedikit risiko keguguran.
Artikel Terkait: 13 Tanda Keguguran yang Harus Bumil Waspadai dan Cara Mencegahnya
Seperti Apa Gejala Keguguran?
Setiap ibu hamil kondisi tubuhnya berbeda. Namun, keguguran biasanya ditandai dengan tanda berikut ini:
- Keguguran yang tidak bisa dihindari (abortus insipiens). Abortus insipiens ditandai dengan perdarahan, kram perut, dan pembukaan jalan lahir. Dalam kondisi ini, janin yang luruh belum keluar dari rahim.
- Keguguran tidak lengkap (abortus inkomplit). Abortus inkomplit ditandai dengan perdarahan berat pada vagina, kram hebat, keluarnya plasenta atau janin. Sesuai namanya, sebagian jaringan atau plasenta masih ada yang tertinggal di dalam rahim.
- Keguguran lengkap (abortus komplit). Berkebalikan dengan abortus inkomplit, keguguran yang satu ini meluruhkan seluruh jaringan dari dalam rahim. Setelahnya, nyeri dan perdarahan akan berkurang signifikan.
- Keguguran yang terlewatkan (missed abortion). Berbeda dari jenis lain, missed abortion terjadi karena janin tidak berkembang atau kehamilan kosong (blighted ovum). Missed abortion tidak menimbulkan gejala seperti keguguran pada umumnya sehingga ibu yang mengalaminya sering tidak sadar bahwa dirinya sedang hamil.
- Keguguran berulang (recurrent abortion). Keguguran berulang terjadi ketika ibu hamil mengalami dua kali atau lebih keguguran berturut-turut. Penyebabnya kelainan genetik pada ibu, misalnya sindrom antifosfolipid.
Artikel terkait: Hindari Dulu 11 Makanan Pemicu Keguguran, Ini Kata Dokter!
Bagaimana Cara Mencegah Keguguran?
Jika keguguran disebabkan kelainan genetik, tak ada hal yang bisa dilakukan. Namun, bukan berarti keguguran tidak bisa dicegah. Berikut beberapa cara mencegah keguguran yang bisa dilakukan:
1. Konsumsi Asam Folat
Merujuk hasil penelitian bertajuk Maternal pre-pregnancy folate intake and risk of spontaneous abortion and stillbirth yang terbit pada Obstetrics & Gynecology, terdapat hubungan antara asupan folat sebelum hamil, risiko keguguran spontan serta bayi lahir mati (stillbirth).
Rutin minum suplemen asam folat sebelum merencanakan kehamilan dapat menurunkan risiko keguguran spontan.
Dosis yang dianjurkan yaitu 400 mikrogram (mcg) setiap hari.
2. Terapkan Pola Hidup Sehat
Bagi Bunda yang masih merokok dan tidak bisa jauh dari alkohol cobalah untuk menjauhi itu ketika hamil.
Jangan terlalu banyak minum kopi, kurangi asupan kafein hingga 300 miligram (mg) atau kurang per harinya.
Olahraga secara teratur, istirahat yang cukup, dan konsumsi makanan sehat juga jangan diabaikan demi kehamilan selalu sehat.
3. Pencegahan dalam Bentuk Lain
- Memantau kesehatan sebelum merencanakan dan selama proses kehamilan berlangsung.
- Konsumsi multivitamin untuk memperkuat janin dalam kandungan
- Kelola stres dengan aktivitas menenangkan favorit Bunda. Bisa dengan meditasi, olahraga, atau terapi relaksasi.
- Menghindari aktivitas yang dapat memicu trauma atau benturan keras pada perut.
- Gunakan alas kaki yang datar sesuai dengan bentuk dan ukuran kaki, serta tidak licin.
- Cek riwayat penyakit kronis dalam genetik keluarga seperti tekanan darah tinggi dan sakit jantung agar dapat terjaga dengan baik.
- Hindari paparan sinar radiasi dan zat beracun, seperti arsenik, timbal, dan formaldehida
Selain lingkup internal, pemerintah juga mendukung calon ibu yang karena satu dan lain mengalami keguguran.
Melansir laman Hukum Online, Cuti Keguguran diatur dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 82 ayat (2) mengatur:
“Pekerja perempuan yang mengalami keguguran berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan, atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan.”
Dalam aturan tersebut, perusahaan wajib memberikan istirahat bagi karyawan yang baru mengalami keguguran.
Jika melanggar, perusahaan dapat dikenakan sanksi yang tertuang dalam pasal 185 ayat (1).
Instansi terkait bisa terkena sanksi pidana berupa penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun.
Perusahaan juga akan dikenakan denda berkisar Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp400.000.000,- (empat ratus juta rupiah).
Artikel Terkait: 6 Perbedaan Darah Haid dan Keguguran, Jangan Sampai Keliru
Itu dia ragam informasi mengenai penyebab umum keguguran yang bisa berasal dari internal, bisa juga dari faktor gaya hidup. Semoga menjadi pembelajaran untuk kita semua.
***
Baca Juga:
6 Jenis Tes Kesuburan Genetik, Bermanfaat untuk Kurangi Risiko Keguguran